[nasional_list] [ppiindia] Re: Syariat Islam, sebuah wacana

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 17 Jul 2006 11:37:35 -0000

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **1) Demokrasi, komunisme dan islam. Ini 
tiga benda yang beda 
substansinya, mana mungkin dideret deretkan untuk perbandingan?

Demokrasi adalah just a system of governing a country. Instead 
dipimpin oleh seseorang yang memerintah turun temurun, diganti oleh 
team yang dipilih oleh rakyat. That's it. jalan tidaknya, ya 
tergantung yang menjalankannya. Austria, swiss, Finnlandia, 
Norwegia, Luxemburg, misalnya, berhasil. yang gagal, ya jangan 
salahkan systemnya.

2) Komunisme adalah sebuah system dan program politik. Instead 
pimpinan dari team yang dipilh rakyat, pimpinan dipegang oleh SATU 
partai, dan pemilikan faktor produksi oleh individu dilarang.


Konsep 1 dan 2, adalah konsep politik ekonomi, yang sangat duniawi, 
tak ada unsur rohani, atau wahyu wahyuan. Semua dapat dibuktikan 
oleh nalar. Yang ada hanya system reward atau hukuman duniawi, tak 
ada sorga atau neraka.

3) Islam adalah agama. Yang walaupun ada aspekt duniawi, namun hanya 
sebagian dari seluruh substansi. Bukan masalah nalar, tapi iman, 
karena di adalah dianggap wahyu.

Tiap bangsa berbeda dalam menjalankan agama, dan mentafsirkannya.
Komunisme memusuhi kaum kapitalis, karena memang tak boleh ada yang 
memiliki kapital. Demokrasi memusuhi tyran, karena memang tak boleh 
ada tyrani.

Islam mengandung semua unsur, ada yang kapitalis, ada yang proletar, 
ada tuan tanah, ada buruh tani, ada banker ada nasabah. Jadi terdiri 
dari manusia, yang economically dan sosially ber-hadap hadapan.

Juga negara jiran yang beragama sama, belum tentu mempunyai posisi 
yang sama, karena kepentingan sosial ekonomi beda. Saudi Arabia 
takkan mau, sampai matipun, menggabung dengan negara islam yang 
melarat.

jadi, jangan di-aduk aduk, mbak.

Salam

danardono







--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, aris solikhah <fm_solihah@...> 
wrote:
>
> 
> Dan seperti layaknya demokrasi dan komunisme yang bermula dari 
sebuah wacana kemudian berkembang diterapkan dalam banyak negara. 
Begitu pula syariat Islam. Semua berawal dari wacana... so, Wahai  
umat yang Beriman pada Allah dan Rasul-Nya serta hari kiamat mari 
kita wacanakan di mana pun kita berada. Always Keep spirit. ^_^
>    
>   Never ending improvement............
> Samsul Bachri <samsul@...> wrote:
>   Sedikit menambahkan, bahwa kelompok liberalis yang mengusung 
bendera
> Islampun pun ternyata belum pernah menyampakan statement yang 
membela
> kepentingan Islam itu sendiri. Jadi kita sudah tahu seperti apa 
dan siapa
> mereka. Bahwa meraka secara tidak langsung telah mengatakan bahwa 
mereka
> memang tidak membela kepntingan Islam. Semoga bukan karena faktor 
ekonomi,
> karena sangat patut dikasihani jika kerana masalah ekonomi, mereka 
harus
> menggadaikan segalanya.
> 
> ----- Original Message -----
> From: "Al-Badruuni Enterprise" 
> To: 
> 
> Sent: Sunday, July 16, 2006 8:37 PM
> Subject: Re: [ppiindia] Syariat Islam, sebuah wacana
> 
> 
> Assalamu alaikum wr wb,
> 
> Sebagai orang Muslim (insya Allah) dan sebagai manusia biasa 
(dengan
> segudang kekurangan dan kekhilafan) sedikit saya akan memberi 
pandangan saya
> mengenai tulisan dibawah yang diposting oleh Bpk Danardono.
> 
> Ide untuk menjadikan Syariah Islam sebagai pedoman dalam kehidupan 
seorang
> Muslim merupakan kewajiban yang tidak terbantahkan,termasuk Muslim 
di
> Indonesia. Syariah Islam memang sudah ditegakkan sejak masa 
Rasulullah dan
> menjadi satu paket antara pedoman hidup sebagai pemeluk Islam dan 
pedoman
> dalam hubungan kenegaraan atau masyarakat non Islam (yang diatur 
dalam
> Piagam Madinah).
> 
> Sistem ini dilanjutkan oleh para Sahabat Khulafaur Rasyidin dengan
> serba-serbi beserta kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun 
syariah
> Islam yang diterapkan sampai dengan Khalifah keempat dapatlah kita 
jadikan
> contoh bagaimana sebenarnya aplikasi Syariah Islam secara benar.
> 
> Adapun masa dinasti Umayah,Abbassiyah dan seterusnya sampai yang 
terakhir
> (Pemerintah Turki Ustmani) merupakan aplikasi Syariah Islam yang 
tidak bisa
> kita pungkiri sebagai awan kelabu dalam sejarah perkembangan 
Islam,meski di
> beberapa sisi juga sempat mengangkat nama Islam ke seluruh penjuru 
dunia
> (tentunya hal ini juga kehendak Allah SWT).
> 
> Wacana penegakan Syariah Islam di Indonesia mulai tercatat dalam 
sejarah
> dimana para ulama dan perwakilan Muslim waktu penandatanganan 
Piagam Jakarta
> dengan sangat legawa (demi persatuan dan kesatuan bangsa) 
menghilangkan
> beberapa kata sentral dalam penegakan Syariah Islam di bumi 
Indonesia. Dan
> hingga sekarang kita semua tahu wacana Syariah Islam telah 
ditiupkan oleh
> orang-orang yang tidak bertanggung jawab sebagai sesuatu yang tabu 
dan bagi
> siapa yang membuka kembali pasti akan dicap sebagai pemberontak.
> 
> Sebenarnya satu hal yang ingin saya tanyakan kepada para Saudara
> (khususnya yang beragama Islam), "Apa sih kekurangan dan 
mudharatnya Syariah
> Islam?Tentunya seorang Muslim berpegang teguh kepada Syariah Islam
> bukan?Tapi mengapa banyak sekali orang yang mengaku Muslim namun 
seperti
> menghina syariahnya sendiri."
> 
> Adanya pengalaman buruk di beberapa negara dan kawasan,bukan 
merupakan
> alasan untuk men-diskreditkan Syariah Islam. Kita semua tahu 
pengalaman
> tersebut merupakan kesalahan dalam aplikasi Syariah secara benar.
> 
> Salam,
> Ahmad
> 
> RM Danardono HADINOTO wrote:
> Judul Buku: Syariat Islam, Pandangan Muslim Liberal
> 
> Penulis: Al Asymawi, Saiful Mujani, Azyumardi Azra, Taufik Adnan
> Amal, Ulil Abshar-Abdalla, et all.
> 
> Editor: Burhanuddin
> 
> Wacana syariat Islam bersifat pelik berkenaan dengan sifat hubungan
> Islam sebagai sebentuk keyakinan atau agama dengan formulasi hukum
> Islam historis yang selama ini disebut syariat (An-Na'im, 1994).
> Pada saat syariat Islam dibicarakan dalam locus dan konteks 
historis
> dan profan, maka syariat Islam harus siap didudukkan dalam bingkai
> penilaian yang fair tanpa berharap ada keistimewaan apapun karena
> anggapan akan sakralitas fungsi dan sumbernya.
> 
> Kebanyakan aktivis syariat Islam tidak siap meletakkan syariat 
Islam
> dalam diskusi publik yang rasional. Statemen-statemen
> semacam "syariat tak bisa divoting," "syariat lebih unggul daripada
> konstitusi sekuler" misalnya, selalu mewarnai sidang-sidang tahunan
> di MPR belakangan ini. Ruang pergumulan untuk mengisi cetak biru
> (blue print) konstitusi, terutama di negara-negara Muslim, sering
> diramaikan oleh aspirasi religius sebagian kelompok untuk memberi
> visi Islami pada konstitusi.
> 
> Memang dewasa ini muncul kecenderungan baru di banyak negara Muslim
> untuk menerapkan syariat Islam dengan cara memanfaatkan kebebasan
> dan demokrasi yang -suka tidak suka- juga memberi peluang bagi
> munculnya ekspresi keagamaan dalam kutub paling ekstrem sekalipun.
> Aspirasi penerapan syariat Islam berbanding lurus dengan pasang 
naik
> demokrasi di negara-negara muslim. Di antara mereka juga fasih
> melantunkan idiom-idiom demokrasi dan memaksimalkan lembaga-lembaga
> demokrasi sebagai sarana mencapai tujuan.
> 
> Partai Keadilan di Indonesia, FIS di Aljazair yang memenangkan
> pemilu putaran pertama tahun 1991 yang kemudian dibatalkan oleh
> rezim militer, hanyalah sebagian contoh partai-partai Islamis yang
> memperjuangkan agenda syariat Islam dalam pemerintahan. Di sejumlah
> negara Muslim lain seperti Pakistan, Yordania, Mesir, Maroko, Iran,
> dan Kuwait, kelompok-kelompok Islamis mereka ikut bersaing di 
pentas
> politik nasional masing-masing dengan menggunakan prosedur 
pemilihan
> umum.
> 
> Namun demikian, sebagian besar pemerintahan Islam dibangun lewat
> prosedur non-demokrasi. Arab Saudi misalnya, secara konsisten
> memberlakukan syariat Islam dalam kehidupan sosial-politik melalui
> jalur otoritarianisme sejak Muhammad al-Saud dan Muhammad bin Abd 
al-
> Wahhab menyepakati suatu kontrak politik yang melahirkan kerajaan
> kaya minyak itu.
> 
> Pemerintahan Taliban sebelum dirobohkan koalisi Amerika Serikat 
juga
> menjadi contoh yang baik betapa otoritarianisme menjadi jalan tol
> bagi pelaksanaan syariat Islam yang eksesif di di Afghanistan.
> Demikian juga di Pakistan tahun 1980-an di mana 
program "Islamisasi"
> yang digelindingkan rezim militer di bawah Zia ul-Haq menarik minat
> kekuatan politik Islamis -yang tidak pernah menuai simpati rakyat
> dalam pemilu seperti Jamaat-i-Islami yang didirikan Abu A'la al-
> Mawdudi-untuk berkolaborasi dengan militer.
> 
> Buku yang ada di hadapan Anda ini pada dasarnya berambisi
> menyuguhkan sederetan fakta pengalaman negara-negara Islam dalam
> berdialektika dengan syariat Islam dan isu-isu kontemporer soal
> demokrasi, HAM, civil society dan lain-lain.
> 
> Pertanyaan pendek yang kerap menghantui adalah: "Mengapa para
> pengusung syariat Islam tak pernah menarik pelajaran dari banyak
> negara Islam yang melakukan eksperimentasi yang gagal dalam
> memberlakukan syariat Islam?"
> 
> Atau, jangan-jangan, kenyataan yang tersajikan di negara-negara 
yang
> menerapkan syariat Islam itulah yang mereka tempuh dengan sengaja,
> di mana pertumbuhan ekonomi per-kapita yang rendah, tingkat
> pendidikan dengan indikator tingkat melek huruf yang amburadul,
> pendeknya harapan hidup (life span), dan absennya kesetaraan 
gender,
> siap dimaklumkan asalkan syariat Islam terlaksana.
> 
> Alih-alih memberi garansi bagi terpeliharanya hak-hak politik
> (political rights) dan hak-hak sipil (civil liberties) warga 
negara,
> para pengusung syariat Islam juga tidak serius membenahi -apa yang
> disebut Saiful Mujani sebagai- "indeks kemaslahatan publik." 
Jikalau
> sedari awal berdirinya rezim syariat Islam selalu memaklumkan jalan
> pintas otoritarianisme, maka adalah sulit, untuk tidak menyebut
> mustahil, mengharapkan indeks kemaslahatan publik akan lahir dari
> tangan-tangan mereka.
> 
> Realitas sui-generis itulah yang akan diketengahkan buku yang 
dibagi
> menjadi dua bagian ini. Sebelum beranjak pada bagian pertama, buku
> ini didahului "provokasi intelektual" juris asal Mesir, Muhammad
> Sa'id al-Asymawi. Pendahuluan bertajuk "Jalan Menuju Tuhan" ini
> berdasarkan terjemahan dari salah satu sub-bahasan dalam master-
> piece al-Asymawi, Al-Islam al-Siyasi (1992).
> 
> Bagian pertama terdiri dari lima tulisan panjang, yaitu "Syariat
> Islam, Konstitusionalisme, dan Demokrasi," "Negara dan Syariat 
dalam
> Perspektif Politik Hukum Indonesia," "Syariat Islam di
> Aceh," "Simbolisasi, Politisasi dan Kontrol terhadap Perempuan:
> Studi Kasus di Aceh," dan "Selamatkan Indonesia dengan Syariah."
> Tulisan pertama yang ditulis Saiful Mujani dimaksudkan untuk
> memotret gambaran komparatif negara-negara yang menerapkan syariat
> Islam dibandingkan dengan asas paling dasar dari raison d'etre
> berdirinya sebuah negara, yakni kemasla-hatan sebesar-besarnya bagi
> warganya.
> 
> Tulisan kedua dari Arskal Salim dan Azyumardi Azra coba mengulas
> hubungan negara (baca: Indonesia) dengan syariat dari perspektif
> legal-formal dan sejarahnya. Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal
> Panggabean menukikkan kasus penerapan syariat Islam di Nanggroe 
Aceh
> Darussalam (NAD) sejak UU No. 44 tahun 1999 dikeluarkan. Kedua
> penulis dari Forum Kajian Budaya dan Agama (FKBA), Yogyakarta, ini
> menyinggung aspek kesejarahan, sosiologis dan yuridis dari 
penerapan
> syariat Islam di NAD. Sementara aspek kesetaraan perempuan ter-
cover
> dalam tulisan Lily Z. Munir. Adapun tulisan Ir. M. Ismail Yusanto
> memberikan perspektif dari sudut kalangan yang selama ini gencar
> memperjuangkan penerapan syariat Islam di Indonesia.
> 
> Bagian kedua dari buku ini berisi materi perdebatan dalam acara
> workshop terbatas yang diadakan Jaringan Islam Liberal (JIL) pada
> tanggal 10-11 Januari 2003 di Puncak, Jawa Barat. Workshop itu
> bertajuk Shari'a: Comparative Perspective yang diramaikan oleh
> kehadiran Prof. Dr. Abdullahi Ahmed An-Na'im dan kontributor JIL di
> seluruh Indonesia. Workshop itu sendiri terbagi menjadi tiga sesi;
> pertama, Shari'a: Comparative Country Case Studies; kedua, Shari'a:
> The Indonesia Case; dan ketiga, Toward Reformation of Islamic Law.
> Sesi pertama diantarkan oleh Prof. Dr. Abdullahi Ahmed An-Na'im dan
> Prof. Dr. Azyumardi Azra, sementara Ir. M. Ismail Yusanto, Samsu
> Rizal Panggabean dan Lily Z. Munir bertugas mengantarkan sesi 
kedua.
> Adapun sesi ketiga tidak ada "narasumber" yang mengantarkan 
diskusi,
> kecuali Ulil Abshar-Abdalla, Lies Marcoes-Natsir dan Syafiq Hasyim
> yang memandu sesi terakhir ini. Setiap peserta menjadi narasumber
> dalam workshop di awal tahun ini.
> 
> Demikianlah, isu syariat Islam selalu menawarkan perdebatan 
menarik,
> bak tabir misteri yang tak kunjung usai dibicarakan. Dalam konteks
> nation-building kita, perdebatan di seputar isu syariat Islam bisa
> dikatakan setua umur republik ini. Hanya saja, kini kalangan yang
> terlibat dalam perdebatan isu syariat Islam tidak lagi terpaku pada
> narasi-narasi besar. Tak ada lagi oposisi biner antara kalangan
> Islam vis-à-vis nasionalis dalam menerima atau menolak syariat
> Islam. Menariknya, baik yang mengusung maupun mementahkan penerapan
> syariat Islam oleh negara sama-sama berasal dari "rahim" Islam, 
sama-
> sama lahir dan besar dari tradisi Islam, dan sama-sama fasih 
memakai
> justifikasi teologis dari kekayaan khazanah klasik Islam untuk
> membenarkan argumennya.
> 
> Dengan demikian, persepsi dan pandangan umat terhadap konsep 
syariat
> Islam tidaklah monolitik, apalagi jika syariat Islam dikaitkan
> dengan konsep politik, demokrasi dan pemerintahan. Persepsi 
terhadap
> syariat Islam tergantung pada ruang dan waktu di mana faktor
> politis, sosiologis, ekonomis dan antropologis berperan membentuk
> apresiasi dan persepsi yang beragam. Lihatlah suasana sidang-sidang
> konstituante pasca pemilu 1955, Masyumi dan NU merupakan kekuatan
> utama pengusung Islam sebagai dasar negara. Kini NU dan 
Muhammadiyah
> justru paling depan menolak amandemen pasal 29 UUD 1945. NU dan
> Muhammadiyah menjadi "tembok pertama" yang harus dilewati bagi
> kelompok-kelompok baru dalam Islam (new Islamic movement) yang
> belakangan ini gencar mempromosikan syariat Islam sebagai solusi
> krisis.
> 
> Krisis multidimensional yang berkepanjangan di Indonesia memang
> seringkali memunculkan keputusasaan beberapa pihak dalam mencari
> formula penyelesaiannya. Karenanya, dalam menyikapi isu-isu teknis
> yang meniscayakan solusi rasional malah melahirkan respon-respon
> simbolis seperti anggapan bahwa penerapan syariat Islam akan 
menjadi
> panacea, menuntaskan segala krisis bangsa. Ia dianggap sebagai
> eliksir, obat mujarab yang langsung manjur menyembuhkan segala
> penyakit. Ironisnya, pada saat bersamaan, solusi rasional yang
> diharapkan muncul dari orang atau pranata-pranata "sekuler" tidak
> kunjung tiba, malah pranata tersebut dinilai bagian dari sumber
> persoalan yang harus segera diatasi.
> 
> Last but not least, diskusi publik soal syariat Islam di Indonesia
> yang melibatkan "pertarungan" antara "anak-anak kandung" Islam
> membuktikan kebenaran adagium "Islam warna-warni." Syariat Islam
> menjadi korpus teks yang terbuka untuk ditafsirkan siapa saja. 
Tidak
> ada lagi pihak yang berani mengklaim paling punya otoritas
> menafsirkan Islam karena tidak ada satupun orang di muka bumi ini
> yang berhak mengklaim bahwa dialah yang memiliki "hak paten" atas
> Islam. Selamat Membaca !
> 
> Burhanuddin
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
> Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail Beta.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
*********************************************************************
******
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> 
*********************************************************************
******
> 
_____________________________________________________________________
_____
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
*********************************************************************
******
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
> 
*********************************************************************
******
> 
_____________________________________________________________________
_____
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> The great job makes a great man
>   pustaka tani 
>   nuraulia
> 
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
> http://mail.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: