[nasional_list] [ppiindia] Posisi Soeharto dalam Sejarah Indonesia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 6 Sep 2006 01:09:48 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=245315

Rabu, 06 Sept 2006,



Posisi Soeharto dalam Sejarah Indonesia


Oleh Asvi Warman Adam 



PADA 30 Agustus 2006, diluncurkan buku Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto 
di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Buku yang ditulis Dewi Ambar Sari dan 
Lazuardi Sage itu menggambarkan jasa-jasa sang mantan presiden tersebut bagi 
bangsa Indonesia. Namun, "jasa-jasa" itu mengundang kontroversi. Pengembalian 
Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi apakah tidak lebih banyak merupakan 
keberhasilan Soekarno dan Subandrio berdiplomasi sehingga AS berpihak dan 
mendukung Indonesia dalam menekan Belanda.

Apakah integrasi Timor Timur itu suatu prestasi? Sebab, dalam Negara Proklamasi 
17 Agustus 1945, daerah itu tidak termasuk wilayah Indonesia (bukan bekas 
jajahan Belanda). 

Seminggu sebelumnya (24 Agustus), didiskusikan buku Soeharto Sehat di Kantor 
Kontras Jakarta. Buku ini menegaskan bahwa Soeharto setelah dirawat di rumah 
sakit menjadi sehat sehingga dapat diadili. Secara politis dan ekonomi, dia 
masih sangat sehat, dalam arti, tidak ada aparat hukum yang berani menyentuh 
sang Jenderal Besar dan kondisi keuangan keluarga serta kroninya masih 
berlimpah. 

Kedua buku yang isinya bertentangan itu memperlihatkan bahwa posisi Soeharto 
dalam sejarah Indonesia masih dan akan terus diperdebatkan. Tulisan ini akan 
menggambarkan spektrum penulisan atau penilaian terhadap The Smiling General 
dari yang sangat positif sampai yang paling negatif terhadap Soeharto. 

Bapak Pembangunan

Di sebuah negeri ketika "pembangunan adalah segala-galanya", maka gelar apa 
lagi yang lebih tinggi daripada "Bapak Pembangunan". Itulah yang diperoleh 
Soeharto secara formal melalui Tap MPR No V/MPR/1983. Maka, yang diterima 
setelah itu tak lebih dari pelengkap pujaan yang diberikan para pembantu dan 
orang-orang di sekelilingnya.

Itu tergambar dari judul artikel yang disumbangkan para tokoh ketika dia 
berulang tahun ke-70 pada 1991. Jailani Naro menilai dia sebagai "Penyelamat 
Pancasila". R. Sukardi menganggap dia "Memegang Teguh Konstitusi". R Soeprapto 
mengatakan Soeharto "Memiliki Indra Keenam". Menurut Habibie, sang Jenderal 
"Menyatu dengan Aspirasi Bangsa". Edi Sudradjat memandangnya sebagai "Negarawan 
Puncak Bangsa", dan Try Sutrisno memujanya sebagai "Pemimpin Paripurna". 

Walaupun tidak terlalu muluk-muluk, para teknokrat yang mendampinginya selama 
belasan tahun bersikap pragmatis saja. Kekaguman mereka diperlihatkan dengan 
mengatakan, walau tidak bersekolah tinggi, Soeharto cepat belajar dan menguasai 
beberapa aspek ekonomi atau pertanian. Sementara itu, kerabatnya tentu membela 
Soeharto mati-matian, seperti Probosutedjo yang bersikukuh bahwa Soeharto tidak 
memiliki simpanan kekayaan di luar negeri. Birokrat yang tidak sudi mantan 
presiden itu dihujat berdalih dengan rumusan klise bahwa setiap pemimpin pasti 
mempunyai kelebihan dan kekurangan. 

Orang Kuat 

Konsep orang kuat ditujukan terhadap pemimpin yang memerintah sangat lama di 
tanah air seperti Soeharto. Karena berkuasa demikian lama, maka penyimpangan 
tentu tak terhindarkan. Kekuasaan dimilikinya dari penentuan menteri, gubernur, 
Pangdam, bahkan sampai bupati. Keputusan yang bersangkutan dengan keuangan 
negara sampai BUMN berada di tangannya. Tidak boleh ada penolakan yang tidak 
langsung sekalipun, apalagi yang ditujukan frontal. 

Pernyataan Kelompok Petisi 50 adalah contoh sikap kritis yang tidak disukai dan 
akibatnya mereka mengalami kematian perdata, bahkan tidak boleh datang ke pesta 
pernikahan yang dihadiri oleh bapak presiden. 

Maka, praktik korupsi pun merajalela. Yayasan menjadi multifungsi, menebar 
citra filantrofi sekaligus jadi bank untuk bisnis kroni dan keluarga seperti 
yang ditulis George Junus Aditjondro. 

Bahkan, menurut Aditjondro, kasus korupsi itu terkait pula dengan pelanggaran 
HAM, baik pelanggaran HAM berat maupun pelanggaran HAM yang bersifat 
ekonomi-sosial. 

Ketika Ariel Heryanto mendefinisikan "terorisme negara" sebagai "upaya yang 
dilakukan untuk membuat takut warga agar terjadi kepatuhan yang mutlak terhadap 
penguasa", maka dia juga mengacu kepada praktik yang terjadi pada era Orde 
Baru. 

Pembantaian masal 1965, pembuangan paksa ke Pulau Buru, pembunuhan misterius, 
kasus DOM di Aceh dan Papua, kasus Timtim, kasus Tanjung Priok, kasus 27 Juli 
1996, kerusuhan Mei 1998 termasuk kasus Trisakti, semuanya terjadi ketika 
republik ini dipimpin Jenderal Soeharto. Tentu pelaku, apalagi dalang terorisme 
negara, itu dapat disebut teroris. 

Yang unik tentu buku yang ditulis Kharil Ghazali Al-Husni, 15 Dalil Mengapa 
Soeharto Masuk Neraka (Jakarta, Pustaka Muthmainnah, 1999, 213 halaman). Buku 
itu, tampaknya, hanya dicetak satu kali setelah itu hilang dari pasaran, namun 
terdapat pada katalog perpustakaan University of Washington, AS. Sangat sulit 
menilai Soeharto dewasa ini. Demikian pendapat saya setelah dia lengser pada 
1998. 

Ungkapan itu saya ulang kembali ketika menulis pengantar buku R.E.Elson, 
Biografi Politik Soeharto. Namun, pernyataan seorang warga Jakarta di dalam 
sebuah polling bahwa Soeharto adalah Pembangun Terbesar sekaligus Perusak 
Terbesar di negara ini adalah ungkapan yang lebih inovatif ketimbang ungkapan 
klise "setiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan". 


Dr Asvi Warman Adam, ahli peneliti Utama LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan 
Indonesia) di Jakarta



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Posisi Soeharto dalam Sejarah Indonesia