[nasional_list] [ppiindia] Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (1 + 2 )

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 16 Jan 2006 00:45:45 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/14/nas03.htm

Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (1)
Jangan Keluar dari Rombongan di Jamarat
Seorang kiai mengatakan, lokasi jamarat merupakan tempat wingit atau angker. 
Karena di tempat itulah, Nabi Ibrahim As melakukan perlawanan terhadap setan 
yang akan mengganggunya. Caranya adalah melemparinya dengan kerikil. Berikut 
catatan wartawan Suara Merdeka Agus Fathuddin Yusuf sekitar pengalaman melempar 
jumrah.

UNTUK apa sih ramai-ramai datang ke jamarat, kan boleh diwakilkan? Mengapa 
harus capai-capai melempar jumrah sendiri? 

Sederet pertanyaan itu dilemparkan seorang calon haji kepada Drs KH Ahmad 
Hadlor Ikhsan, sesaat setelah tiba di Mina. Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang 
yang satu tenda rombongan dengan saya pada musim haji 2005 itu mengungkapkan, 
dalam ibadah haji terdapat rukun, wajib, sunah, dan larangan. Rukun haji 
terdiri atas ihram, niat melakukan haji, wukuf di Arafah, tawaf ifadah, sai, 
memotong atau mencukur rambut (tahalul), dan tertib. 

Sementara itu, wajib haji meliputi ihram dari mikat, menginap di Muzdalifah, 
mabit (bermalam) di Mina dua tiga malam, melempar jumrah, dan menghindarkan 
diri dari segala yang diharamkan oleh sebab ihram. Jadi, melempar jumrah 
termasuk wajib haji. 

''Artinya, kalau sampai tidak melaksanakan, hajinya memang tetap sah. Dengan 
catatan, yang bersangkutan membayar dam atau denda. Bisa juga dengan cara badal 
jumrah, yaitu lemparan dilakukan orang lain karena faktor uzur atau sakit,'' 
papar pengasuh Pondok Pesantren Al-Islah, Mangkang Kulon, Kota Semarang itu.

Bagi mualaf atau umat Islam yang pengetahuan agamanya tentang haji pas-pasan, 
menjadi anggota Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) memang sangat bermanfaat. 

Sebab, ketika terjadi kesulitan atau keraguan sebelum beribadah termasuk yang 
berkait dengan mbalang jumrah, bisa langsung dipandu pimpinan kelompoknya. 

Sampai dengan kapan waktu yang tepat untuk melempar pun diatur sedemikian 
ketat. Disarankan berangkat bersama-sama, tidak sendiri-sendiri, menggunakan 
identitas jamaah haji Indonesia dan tidak memilih waktu afdal.

Memang ada jamaah yang tetap nekat dengan alasan ingin mendapat fadhilah yang 
lebih, lalu mereka keluar dari rombongan dan tetap melempar pada waktu afdal. 
Kalau sudah memaksa seperti itu, biasanya ketua rombongan (karom) ataupun ketua 
regu (karu) tidak bisa menghalangi. Dengan catatan, risiko tanggung sendiri dan 
mereka pun harus menandatangani surat pernyataan. Karena kalau berangkat lempar 
jumrah sendiri, risiko yang paling ringan adalah tersesat. 

Jamaah haji ONH biasa mungkin bisa diatur secara ketat namun pada ONH plus atau 
KBIH khusus kelihatannya lebih longgar. Sebab, pada jamaah haji khusus itu 
tidak ada karom atau karu.

Pakai Kerikil

Jumrah sebagai kata tunggal dalam bahasa Indonesia, berarti batu kecil, 
kerikil, kumpulan batu, atau tempat lemparan batu. Sementara itu, jamarat 
merupakan kata jamaknya. Mengapa harus pakai kerikil? Sebab, apabila dengan 
batu besar dikhawatirkan bisa membahayakan orang lain apabila salah sasaran. 
Kenyataan di lapangan menunjukkan, kadang-kadang saking semangatnya melempar, 
sampai-sampai sudah melempar jauh sebelum tugu jamarat jelas terlihat di 
depannya. Akibatnya bisa ditebak, salah sasaran mengenai kepala orang yang ada 
di dekat sumur jamarat.

Ketua KBIH Riyadul Jannah Kota Semarang Drs KH Ahmad Anas MAg mengemukakan, 
dahulu setan muncul dalam rupa seorang lanjut usia. Dia menggoda Nabi Adam, 
Ibrahim, dan Ismail. Malaikat Jibril kemudian mengajari ketiga nabi itu 
mengenai cara mengusir setan, yaitu dengan melempar tujuh batu kerikil. Ada 
tiga macam jumrah yang dikenal, yaitu jumrah ula, wustha, dan aqabah.

Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani (Madinah) dalam buku Sejarah Makkah 
mengungkapkan, kemunculan setan yang menggoda Ibrahim itu kemudian diabadikan 
dalam bentuk tiga tugu. Namun pada zaman Ibrahim belum ada tugu, hanya bundaran 
kolam. 

Pada 1292 H barulah diperbarui hingga menjadi seperti sekarang. Tugu jumrah ula 
ataupun wustha masing-masing dikelilingi lingkaran menyerupai sumur. Tujuannya 
agar kerikil tidak berceceran. Sementara itu, tugu jumrah aqabah hanya setengah 
lingkaran. 

Menurut keterangan buku itu, dahulu aqabah menempel pada bukit dengan 
ketinggian 100 meter. Apabila lempar jumrah ula dan wustha bisa dilakukan dari 
berbagai sisi lingkaran, jumrah aqabah hanya bisa dilakukan pada sisi kiri 
kanan dan depan saja. Dari belakang tidak diperbolehkan karena sumur hanya 
setengah lingkaran. Jarak antara jumrah ula dan wustha sekitar 247 meter 
sedangkan wustha dan aqabah 200 meter. 

Karena jamaah haji setiap tahun terus bertambah, Pemerintah Arab Saudi Khadimul 
Haramain (pelayan dua tempat suci) membuat tempat pelemparan jamarat menjadi 
dua lantai. Jamaah yang semula berjubel di lantai bawah bisa melempar jumrah 
dari lantai dua. 

Meski mampu mengurangi kepadatan, upaya ini pun tetap berisiko. Terbukti pada 
2002, ratusan haji meninggal karena berdesak-desakan di tempat jamarat lantai 
dua. Akibatnya, mereka terlempar berjatuhan ke bawah. 

Pada 2003 saat saya menunaikan ibadah haji, Almaghfurlah KHM Cholil Bisri 
mengusulkan agar di tempat tersebut dibuat dua jalur. Satu jalur untuk jamaah 
yang datang melempar, satu jalur yang lain untuk jamaah yang keluar. 

''Dahulu tempat sai antara Bukit Safa dan Marwa dibuat satu jalur. Ketika 
Presiden Soekarno menunaikan haji, dia mengusulkan jalur itu dibagi menjadi 
dua. Pemerintah Arab Saudi setuju. Di bagian tengah kedua bukit itu diberi 
jalur khusus untuk kursi roda. Tidak ada lagi jamaah haji yang bertabrakan 
sampai sekarang,'' papar Mbah Cholil waktu itu. 

Ketika 2005 saya naik haji lagi, saya melihat usulan Pengasuh Pondok Pesantren 
Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang itu telah dipenuhi oleh Pemerintah Arab 
Saudi. Untuk lempar jumrah di lantai dua telah diatur sangat ketat diawasi oleh 
para askar, tentara Arab Saudi baik yang berseragam cokelat keki maupun doreng 
pasukan gurun. Di lantai dua, jamaah yang akan melempar hanya lewat satu pintu 
sedangkan yang keluar lewat pintu yang lain.

Namun di lantai bawah, tempat berjubelnya ribuan manusia, aturan dua jalur itu 
justru tidak bisa dipatuhi. Papan dan tanda petunjuk sudah terpampang di 
sekitar jamarat. Namun, masih banyak calon haji terutama yang berpostur tinggi 
besar dan berkulit hitam selesai melempar jumrah bukannya ke arah keluar jalur 
kanan atau kiri melainkan berbalik arah. Dan, terjadilah tabrakan manusia 
seperti beberapa hari lalu. (46j) 


+++

http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/15/nas06.htm

Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (2-Habis)
Sulitnya Mendapat Informasi di Makkah
       
      SUDAH DIPERLEBAR: Sejumlah jamaah haji melihat dari dekat tempat melontar 
Jumrah Aqobah yang sudah diperlebar di Mina, Makkah, Sabtu (7/1) lalu. (30v) - 
SM/Antara   
     
ANEH, ketika di seluruh dunia semua media cetak elektronik menyiarkan musibah 
jamarat, jamaah haji Indonesia di Tanah Suci justru tidak mendengar kejadian 
apa-apa. 

Bahkan sampai petugas pun ketika ditanya menyatakan tidak tahu apa-apa. Anggota 
Tim Pemantau Penyelenggara Pembimbing dan Petugas Haji (TP4H) Jateng Prof Dr H 
Ahmad Rofiq MA dan KHM Busro ketika dihubungi melalui telepon internasional 
juga mengaku tidak mendengar musibah memilukan itu.

''Memang di kantor Daerah Kerja (Daker) Mina terpampang pengumuman terbuka, 
pada Kamis pagi Waktu Arab Saudi (WAS) sekitar pukul 06.00, jamaah haji 
Indonesia dilarang melempar jumrah. Pengumuman itu baru dicabut pada pukul 
16.00 WAS,'' ungkap Rofiq. Akibatnya, jamaah haji yang kebanyakan mau mengambil 
nafar awal mengubahnya menjadi nafar tsani.

Rois Syuriyah PWNU KH Masruri Mughni yang tengah menunaikan haji bersama kloter 
dari Kabupaten Brebes juga mengaku tidak mendengar kabar tragedi di jamarat. 
''Kami hanya diberitahu dari teman ada beberapa orang wafat di jamarat karena 
terinjak-injak. Jumlahnya berapa dan dari negara mana kami tidak tahu,'' tutur 
Kiai Masruri.

Selama ini dalam setiap kejadian apa pun di Arab Saudi, pemerintah setempat 
sangat membatasi informasi. Mereka sangat menutup diri dari pemberitaan media 
massa. 

Tahun 2003 misalnya, ketika pelaksanaan uji coba sistem taraddudi, angkutan bus 
pergi pulang (pp) Arafah-Muzdalifah-Mina, ketertutupan serupa terlihat. Uji 
coba itu ternyata gagal yang berakibat ratusan ribu calon haji dari Asia 
Tenggara berjalan kaki dari Muzdalifah sampai ke Mina. 

Pada waktu itu, betapa sulit mendapat konfirmasi dari Pemerintah Kerajaan Arab 
Saudi. Demikian pula dalam setiap musibah di jamarat, wartawan dari Tanah Air 
yang bertugas meliput sambil menunaikan ibadah haji tidak akan mendapatkan 
informasi yang pasti. Kalau pas kebetulan mendapati kasusnya di depan mata 
mungkin tidak sulit menulis. Namun kalau sudah lewat, hanya akan mendapat 
berita dari mulut orang lain tanpa bisa melihat fakta yang sebenarnya di 
lapangan.

Mungkin ada manfaatnya juga jamaah haji tidak mendengar berbagai kejadian di 
sekitar mereka. Karena kalau sampai mendengar, dikhawatirkan akan mengganggu 
kekhusyukan ibadah mereka.

Ketika tahun lalu Kota Makkah dan Mina diserang badai dan angin topan pun, di 
Tanah Suci kami tidak bisa memperoleh informasi tentang berapa jumlah korban 
manusia, kerugian secara fisik, dan lain-lain.

Dalam kecelakaan lalu lintas atau kasus kriminalitas yang mengakibatkan korban 
jiwa, sebab musabab, siapa yang salah dan benar bisa diketahui secara cepat dan 
transparan. Namun, korban-korban yang berjatuhan dalam ibadah haji sejak dahulu 
hingga sekarang tidak pernah terdengar ada pengusutan dan pihak mana yang 
dinyatakan bersalah. Mengapa? Karena selalu dianggap sebagai musibah dan 
korbannya selalu dinyatakan sebagai syuhada (mati syahid). Ya, selesai sudah. 
Mau diusut apanya lagi wong namanya musibah. Korbannya juga dinyatakan syahid 
dan syuhada yang dijamin masuk surga.

Banyak yang meyakini, meninggal di Tanah Suci selagi menunaikan ibadah haji 
dijamin diterima ibadahnya sehingga langsung masuk surga. Lebih dari itu, 
pahala ibadah haji akan lebih besar jika dilaksanakan dengan mengalami banyak 
kesulitan dan kemuskilan. Akibatnya pula, banyak dari jamaah haji yang sengaja 
berpayah-payah atau bersusah diri agar mendapat imbalan sebesar-besarnya. 

Dasar sikap yang mereka ambil dari hadis: al-ajru bi qadrit ta'ab, pahala amal 
ibadah tergantung pada kadar susahnya saat dilakukan. Akibatnya, tidak sedikit 
jamaah haji yang dengan sadar mengambil risiko melaksanakan wukuf di luar kemah 
dan berada di Jabal Rahmah di Padang Arafah yang amat panas.

Untuk lempar jumrah aqabah mereka memilih waktu yang dianggap afdal, yaitu 
waktu duha (dari pukul 07.00 hingga 11.00 WAS). Untuk lempar jumrah ula, 
wustha, dan aqabah pada yaumu tasyrik mereka memilih waktu afdal tepat bakda 
zawal, beberapa saat setelah matahari tergelincir ke barat (bakda zuhur sampai 
asar) yang merupakan saat-saat paling panas.

Tampaknya kecenderungan tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya 
musibah jamarat yang berulang-ulang. Padahal, Pemerintah Arab Saudi sudah 
memberikan jadwal melempar berdasarkan asal negara. Untuk haji Indonesia dan 
Asia Tenggara melempar jumrah aqabah pada yaumu nahr ataupun yaumu tasyrik 
(jumrah ula, wustha, dan aqabah) dijadwalkan setelah pukul 17.00 WAS. 

KHA Mustofa Bisri yang tengah menunaikan ibadah haji menganjurkan umat Islam 
untuk mengerti benar-benar antara ibadah ritual yang harus dilakukan 
bersama-sama dan ibadah sosial. Keinginan menjadi haji mabrur itu ritual. 
Namun, jangan sampai ritual menjadi haji mabrur itu meninggalkan ibadah sosial 
kemasyarakatan.

''Semangat ingin mabrur kadang-kadang membuat seseorang menjadi egois. Ada 
orang jatuh dibiarkan, tidak mau menolong. Mau mencium Hajar Aswad (batu hitam 
yang menempel di Kakbah-Red), tidak peduli berdesak-desakan, kalau perlu 
menginjak kepala orang lain. Yang penting dirinya bisa menciumnya. Apa ibadah 
seperti ini yang dikehendaki Islam?'' ungkap Pengasuh Pondok Pesantren 
Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang itu.

Adik kandung KHM Cholil Bisri (almarhum) itu mengemukakan, dalam ibadah asal 
tidak haram disarankan sebaiknya pilih yang enteng atau mudah. Contoh mencium 
Hajar Aswad, kalau tidak memungkinkan karena jutaan manusia yang berdesakan, 
boleh hanya memegang (nggepok). Kalau memegang saja sulit, dari jarak jauh 
boleh hanya dengan isyarat atau melambai atau dengan model kiss by. 

Dia mengutip hadis, ''Innad dina yusrun. Walam yusaddadinnu Illa ghalabah.'' 
Maksudnya, sesungguhnya ibadah agar dipermudah. Kalau diperberat, akan kalah. 

Gus Mus mengaku, selama ini jika menunaikan ibadah haji tidak pernah mengambil 
waktu afdal. ''Asal semua bisa kecandhak dan aman saya lakukan,'' ujarnya. 

KH Abdul Wahid Zuhdi, wakil Rois Syuriyah PWNU Jateng, menuturkan, bimbingan 
manasik kadang-kadang dibuat jelimet dan meden-medeni. Harus baca ini dan itu. 
''Padahal seperti tawaf, hanya mubeng-mubeng ping pitu tanpa membaca apa-apa 
juga sah kok.'' (Agus Fathuddin Yusuf-41j) 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (1 + 2 )