** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/14/nas03.htm Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (1) Jangan Keluar dari Rombongan di Jamarat Seorang kiai mengatakan, lokasi jamarat merupakan tempat wingit atau angker. Karena di tempat itulah, Nabi Ibrahim As melakukan perlawanan terhadap setan yang akan mengganggunya. Caranya adalah melemparinya dengan kerikil. Berikut catatan wartawan Suara Merdeka Agus Fathuddin Yusuf sekitar pengalaman melempar jumrah. UNTUK apa sih ramai-ramai datang ke jamarat, kan boleh diwakilkan? Mengapa harus capai-capai melempar jumrah sendiri? Sederet pertanyaan itu dilemparkan seorang calon haji kepada Drs KH Ahmad Hadlor Ikhsan, sesaat setelah tiba di Mina. Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang yang satu tenda rombongan dengan saya pada musim haji 2005 itu mengungkapkan, dalam ibadah haji terdapat rukun, wajib, sunah, dan larangan. Rukun haji terdiri atas ihram, niat melakukan haji, wukuf di Arafah, tawaf ifadah, sai, memotong atau mencukur rambut (tahalul), dan tertib. Sementara itu, wajib haji meliputi ihram dari mikat, menginap di Muzdalifah, mabit (bermalam) di Mina dua tiga malam, melempar jumrah, dan menghindarkan diri dari segala yang diharamkan oleh sebab ihram. Jadi, melempar jumrah termasuk wajib haji. ''Artinya, kalau sampai tidak melaksanakan, hajinya memang tetap sah. Dengan catatan, yang bersangkutan membayar dam atau denda. Bisa juga dengan cara badal jumrah, yaitu lemparan dilakukan orang lain karena faktor uzur atau sakit,'' papar pengasuh Pondok Pesantren Al-Islah, Mangkang Kulon, Kota Semarang itu. Bagi mualaf atau umat Islam yang pengetahuan agamanya tentang haji pas-pasan, menjadi anggota Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) memang sangat bermanfaat. Sebab, ketika terjadi kesulitan atau keraguan sebelum beribadah termasuk yang berkait dengan mbalang jumrah, bisa langsung dipandu pimpinan kelompoknya. Sampai dengan kapan waktu yang tepat untuk melempar pun diatur sedemikian ketat. Disarankan berangkat bersama-sama, tidak sendiri-sendiri, menggunakan identitas jamaah haji Indonesia dan tidak memilih waktu afdal. Memang ada jamaah yang tetap nekat dengan alasan ingin mendapat fadhilah yang lebih, lalu mereka keluar dari rombongan dan tetap melempar pada waktu afdal. Kalau sudah memaksa seperti itu, biasanya ketua rombongan (karom) ataupun ketua regu (karu) tidak bisa menghalangi. Dengan catatan, risiko tanggung sendiri dan mereka pun harus menandatangani surat pernyataan. Karena kalau berangkat lempar jumrah sendiri, risiko yang paling ringan adalah tersesat. Jamaah haji ONH biasa mungkin bisa diatur secara ketat namun pada ONH plus atau KBIH khusus kelihatannya lebih longgar. Sebab, pada jamaah haji khusus itu tidak ada karom atau karu. Pakai Kerikil Jumrah sebagai kata tunggal dalam bahasa Indonesia, berarti batu kecil, kerikil, kumpulan batu, atau tempat lemparan batu. Sementara itu, jamarat merupakan kata jamaknya. Mengapa harus pakai kerikil? Sebab, apabila dengan batu besar dikhawatirkan bisa membahayakan orang lain apabila salah sasaran. Kenyataan di lapangan menunjukkan, kadang-kadang saking semangatnya melempar, sampai-sampai sudah melempar jauh sebelum tugu jamarat jelas terlihat di depannya. Akibatnya bisa ditebak, salah sasaran mengenai kepala orang yang ada di dekat sumur jamarat. Ketua KBIH Riyadul Jannah Kota Semarang Drs KH Ahmad Anas MAg mengemukakan, dahulu setan muncul dalam rupa seorang lanjut usia. Dia menggoda Nabi Adam, Ibrahim, dan Ismail. Malaikat Jibril kemudian mengajari ketiga nabi itu mengenai cara mengusir setan, yaitu dengan melempar tujuh batu kerikil. Ada tiga macam jumrah yang dikenal, yaitu jumrah ula, wustha, dan aqabah. Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani (Madinah) dalam buku Sejarah Makkah mengungkapkan, kemunculan setan yang menggoda Ibrahim itu kemudian diabadikan dalam bentuk tiga tugu. Namun pada zaman Ibrahim belum ada tugu, hanya bundaran kolam. Pada 1292 H barulah diperbarui hingga menjadi seperti sekarang. Tugu jumrah ula ataupun wustha masing-masing dikelilingi lingkaran menyerupai sumur. Tujuannya agar kerikil tidak berceceran. Sementara itu, tugu jumrah aqabah hanya setengah lingkaran. Menurut keterangan buku itu, dahulu aqabah menempel pada bukit dengan ketinggian 100 meter. Apabila lempar jumrah ula dan wustha bisa dilakukan dari berbagai sisi lingkaran, jumrah aqabah hanya bisa dilakukan pada sisi kiri kanan dan depan saja. Dari belakang tidak diperbolehkan karena sumur hanya setengah lingkaran. Jarak antara jumrah ula dan wustha sekitar 247 meter sedangkan wustha dan aqabah 200 meter. Karena jamaah haji setiap tahun terus bertambah, Pemerintah Arab Saudi Khadimul Haramain (pelayan dua tempat suci) membuat tempat pelemparan jamarat menjadi dua lantai. Jamaah yang semula berjubel di lantai bawah bisa melempar jumrah dari lantai dua. Meski mampu mengurangi kepadatan, upaya ini pun tetap berisiko. Terbukti pada 2002, ratusan haji meninggal karena berdesak-desakan di tempat jamarat lantai dua. Akibatnya, mereka terlempar berjatuhan ke bawah. Pada 2003 saat saya menunaikan ibadah haji, Almaghfurlah KHM Cholil Bisri mengusulkan agar di tempat tersebut dibuat dua jalur. Satu jalur untuk jamaah yang datang melempar, satu jalur yang lain untuk jamaah yang keluar. ''Dahulu tempat sai antara Bukit Safa dan Marwa dibuat satu jalur. Ketika Presiden Soekarno menunaikan haji, dia mengusulkan jalur itu dibagi menjadi dua. Pemerintah Arab Saudi setuju. Di bagian tengah kedua bukit itu diberi jalur khusus untuk kursi roda. Tidak ada lagi jamaah haji yang bertabrakan sampai sekarang,'' papar Mbah Cholil waktu itu. Ketika 2005 saya naik haji lagi, saya melihat usulan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang itu telah dipenuhi oleh Pemerintah Arab Saudi. Untuk lempar jumrah di lantai dua telah diatur sangat ketat diawasi oleh para askar, tentara Arab Saudi baik yang berseragam cokelat keki maupun doreng pasukan gurun. Di lantai dua, jamaah yang akan melempar hanya lewat satu pintu sedangkan yang keluar lewat pintu yang lain. Namun di lantai bawah, tempat berjubelnya ribuan manusia, aturan dua jalur itu justru tidak bisa dipatuhi. Papan dan tanda petunjuk sudah terpampang di sekitar jamarat. Namun, masih banyak calon haji terutama yang berpostur tinggi besar dan berkulit hitam selesai melempar jumrah bukannya ke arah keluar jalur kanan atau kiri melainkan berbalik arah. Dan, terjadilah tabrakan manusia seperti beberapa hari lalu. (46j) +++ http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/15/nas06.htm Pengalaman Ritual ''Mbalang'' Setan (2-Habis) Sulitnya Mendapat Informasi di Makkah SUDAH DIPERLEBAR: Sejumlah jamaah haji melihat dari dekat tempat melontar Jumrah Aqobah yang sudah diperlebar di Mina, Makkah, Sabtu (7/1) lalu. (30v) - SM/Antara ANEH, ketika di seluruh dunia semua media cetak elektronik menyiarkan musibah jamarat, jamaah haji Indonesia di Tanah Suci justru tidak mendengar kejadian apa-apa. Bahkan sampai petugas pun ketika ditanya menyatakan tidak tahu apa-apa. Anggota Tim Pemantau Penyelenggara Pembimbing dan Petugas Haji (TP4H) Jateng Prof Dr H Ahmad Rofiq MA dan KHM Busro ketika dihubungi melalui telepon internasional juga mengaku tidak mendengar musibah memilukan itu. ''Memang di kantor Daerah Kerja (Daker) Mina terpampang pengumuman terbuka, pada Kamis pagi Waktu Arab Saudi (WAS) sekitar pukul 06.00, jamaah haji Indonesia dilarang melempar jumrah. Pengumuman itu baru dicabut pada pukul 16.00 WAS,'' ungkap Rofiq. Akibatnya, jamaah haji yang kebanyakan mau mengambil nafar awal mengubahnya menjadi nafar tsani. Rois Syuriyah PWNU KH Masruri Mughni yang tengah menunaikan haji bersama kloter dari Kabupaten Brebes juga mengaku tidak mendengar kabar tragedi di jamarat. ''Kami hanya diberitahu dari teman ada beberapa orang wafat di jamarat karena terinjak-injak. Jumlahnya berapa dan dari negara mana kami tidak tahu,'' tutur Kiai Masruri. Selama ini dalam setiap kejadian apa pun di Arab Saudi, pemerintah setempat sangat membatasi informasi. Mereka sangat menutup diri dari pemberitaan media massa. Tahun 2003 misalnya, ketika pelaksanaan uji coba sistem taraddudi, angkutan bus pergi pulang (pp) Arafah-Muzdalifah-Mina, ketertutupan serupa terlihat. Uji coba itu ternyata gagal yang berakibat ratusan ribu calon haji dari Asia Tenggara berjalan kaki dari Muzdalifah sampai ke Mina. Pada waktu itu, betapa sulit mendapat konfirmasi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Demikian pula dalam setiap musibah di jamarat, wartawan dari Tanah Air yang bertugas meliput sambil menunaikan ibadah haji tidak akan mendapatkan informasi yang pasti. Kalau pas kebetulan mendapati kasusnya di depan mata mungkin tidak sulit menulis. Namun kalau sudah lewat, hanya akan mendapat berita dari mulut orang lain tanpa bisa melihat fakta yang sebenarnya di lapangan. Mungkin ada manfaatnya juga jamaah haji tidak mendengar berbagai kejadian di sekitar mereka. Karena kalau sampai mendengar, dikhawatirkan akan mengganggu kekhusyukan ibadah mereka. Ketika tahun lalu Kota Makkah dan Mina diserang badai dan angin topan pun, di Tanah Suci kami tidak bisa memperoleh informasi tentang berapa jumlah korban manusia, kerugian secara fisik, dan lain-lain. Dalam kecelakaan lalu lintas atau kasus kriminalitas yang mengakibatkan korban jiwa, sebab musabab, siapa yang salah dan benar bisa diketahui secara cepat dan transparan. Namun, korban-korban yang berjatuhan dalam ibadah haji sejak dahulu hingga sekarang tidak pernah terdengar ada pengusutan dan pihak mana yang dinyatakan bersalah. Mengapa? Karena selalu dianggap sebagai musibah dan korbannya selalu dinyatakan sebagai syuhada (mati syahid). Ya, selesai sudah. Mau diusut apanya lagi wong namanya musibah. Korbannya juga dinyatakan syahid dan syuhada yang dijamin masuk surga. Banyak yang meyakini, meninggal di Tanah Suci selagi menunaikan ibadah haji dijamin diterima ibadahnya sehingga langsung masuk surga. Lebih dari itu, pahala ibadah haji akan lebih besar jika dilaksanakan dengan mengalami banyak kesulitan dan kemuskilan. Akibatnya pula, banyak dari jamaah haji yang sengaja berpayah-payah atau bersusah diri agar mendapat imbalan sebesar-besarnya. Dasar sikap yang mereka ambil dari hadis: al-ajru bi qadrit ta'ab, pahala amal ibadah tergantung pada kadar susahnya saat dilakukan. Akibatnya, tidak sedikit jamaah haji yang dengan sadar mengambil risiko melaksanakan wukuf di luar kemah dan berada di Jabal Rahmah di Padang Arafah yang amat panas. Untuk lempar jumrah aqabah mereka memilih waktu yang dianggap afdal, yaitu waktu duha (dari pukul 07.00 hingga 11.00 WAS). Untuk lempar jumrah ula, wustha, dan aqabah pada yaumu tasyrik mereka memilih waktu afdal tepat bakda zawal, beberapa saat setelah matahari tergelincir ke barat (bakda zuhur sampai asar) yang merupakan saat-saat paling panas. Tampaknya kecenderungan tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya musibah jamarat yang berulang-ulang. Padahal, Pemerintah Arab Saudi sudah memberikan jadwal melempar berdasarkan asal negara. Untuk haji Indonesia dan Asia Tenggara melempar jumrah aqabah pada yaumu nahr ataupun yaumu tasyrik (jumrah ula, wustha, dan aqabah) dijadwalkan setelah pukul 17.00 WAS. KHA Mustofa Bisri yang tengah menunaikan ibadah haji menganjurkan umat Islam untuk mengerti benar-benar antara ibadah ritual yang harus dilakukan bersama-sama dan ibadah sosial. Keinginan menjadi haji mabrur itu ritual. Namun, jangan sampai ritual menjadi haji mabrur itu meninggalkan ibadah sosial kemasyarakatan. ''Semangat ingin mabrur kadang-kadang membuat seseorang menjadi egois. Ada orang jatuh dibiarkan, tidak mau menolong. Mau mencium Hajar Aswad (batu hitam yang menempel di Kakbah-Red), tidak peduli berdesak-desakan, kalau perlu menginjak kepala orang lain. Yang penting dirinya bisa menciumnya. Apa ibadah seperti ini yang dikehendaki Islam?'' ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang itu. Adik kandung KHM Cholil Bisri (almarhum) itu mengemukakan, dalam ibadah asal tidak haram disarankan sebaiknya pilih yang enteng atau mudah. Contoh mencium Hajar Aswad, kalau tidak memungkinkan karena jutaan manusia yang berdesakan, boleh hanya memegang (nggepok). Kalau memegang saja sulit, dari jarak jauh boleh hanya dengan isyarat atau melambai atau dengan model kiss by. Dia mengutip hadis, ''Innad dina yusrun. Walam yusaddadinnu Illa ghalabah.'' Maksudnya, sesungguhnya ibadah agar dipermudah. Kalau diperberat, akan kalah. Gus Mus mengaku, selama ini jika menunaikan ibadah haji tidak pernah mengambil waktu afdal. ''Asal semua bisa kecandhak dan aman saya lakukan,'' ujarnya. KH Abdul Wahid Zuhdi, wakil Rois Syuriyah PWNU Jateng, menuturkan, bimbingan manasik kadang-kadang dibuat jelimet dan meden-medeni. Harus baca ini dan itu. ''Padahal seperti tawaf, hanya mubeng-mubeng ping pitu tanpa membaca apa-apa juga sah kok.'' (Agus Fathuddin Yusuf-41j) [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **