[nasional_list] [ppiindia] Mengejawantahkan Kearifan Ekologis

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 11 Jan 2006 00:26:15 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=206259
Rabu, 11 Jan 2006,



Mengejawantahkan Kearifan Ekologis
Oleh 
Abdullah Yazid



Banjir, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan kekeringan di Indonesia 
terjadi silih berganti setiap tahun. Jember dan Banjarnegara adalah test case 
riil yang baru saja terjadi di depan mata. Sebelumnya, bencana tanah longsor 
dan banjir dalam skala besar terjadi di Mojokerto. Bahkan, belum hilang dari 
ingatan kita kasus di Bohorok, Langkat, Sumut, yang banyak memakan korban, baik 
nyawa, harta benda, psikologis (trauma), maupun ekologis.

Sayangnya, masih belum ada langkah penanggulangan dan pencegahan bencana yang 
komprehensif. Setiap bencana terjadi, pemerintah lebih sering kalang kabut. 
Justru dalam upaya penyelamatan bencana alam tanah longsor, masyarakatlah yang 
lebih proaktif. Padahal, hampir tidak ada sistem deteksi dini terhadap bencana 
yang bisa diakses langsung masyarakat. Mereka juga jarang terlatih menghadapi 
bencana.

Hasilnya, korban bencana pun sering berjatuhan dalam jumlah besar. Tanpa 
menegasikan sebab-musabab lain, kerusakan lingkungan menjadi faktor dominan 
yang sering dipersalahkan. Secara teoretis, keserakahan yang tecermin dalam 
perilaku manusia memang dapat merusak lingkungan. Dalam pendekatan 
antroposentrisme, pandangan manusia terhadap lingkungan hidup menempatkan 
kepentingan manusia (kepentingan ekonomi) terhadap lingkungan di pusatnya.

Akibatnya, kegiatan ekonomi yang overdosis dapat mempengaruhi lingkungan hidup. 
Sebab, penggunaan beberapa sumber daya, produksi limbah, dan modifikasi 
lingkungan hidup mau tidak mau akan mengubah tatanan natural lingkungan itu 
sendiri. 

Percepatan pembangunan di satu sisi dan perilaku manusia di sisi lain terkadang 
berseberangan satu sama lain. Efeknya, lingkungan menjadi rusak sekaligus tidak 
ada keseimbangan ekologis di dalamnya. Orientasi mengejar pertumbuhan ekonomi 
setinggi-tingginya menjadi pemicu dominan kerusakan lingkungan, baik di desa 
maupun kota. Hukum alam juga kerap tidak diindahkan. 

Segenap elemen masyarakat harus segera mulai menyadari bahwa keselamatan 
lingkungan hidup merupakan persoalan serius. Secara historis, kesadaran akan 
urgensi melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup baru mendapat 
perhatian sejak PBB mengadakan konferensi lingkungan hidup sedunia pada 5 Juni 
1972 (sekaligus awal ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia). 

Bagi saya, penyebab sukarnya pelestarian lingkungan hidup terutama di negara 
berkembang, seperti Indonesia, terjadi karena faktor keterbelakangan dan 
kemelaratan.

Krisis ekonomi berkepanjangan membuat banyak pihak beranggapan bahwa 
pembangunan negeri ini harus digalakkan dengan peningkatan aktivitas ekonomi. 
Akibatnya, seluruh sektor kehidupan bermuara pada pencapaian ekonomis semata. 
Hampir jarang ditemui sikap dan perilaku ramah lingkungan hidup karena titik 
orientasi yang bertolak belakang. 

Di Pulau Jawa, misalnya, hanya sekitar 200 ribu hektare lahan hutan yang 
benar-benar kosong karena mayoritas dikavling masyarakat sebagai perkebunan 
guna budidaya tanaman semusim (JP, 10/1/05). Artinya, perilaku demikian pun 
secara otomatis membentuk sikap hidup yang sepenuhnya berorientasi pada 
materialisme. 

Hutan dieksploitasi kemanfaatannya untuk kepentingan ekonomi an sich tanpa 
mempertimbangkan (a) keperluan generasi mendatang dalam konteks ekonomi dan 
kelestarian alam dan (b) keperluan penyelamatan hutan itu sendiri. Sikap inilah 
yang membuat kompetisi semakin digiatkan. Ironisnya, hal tersebut harus 
mengorbankan keselamatan alam itu sendiri. 

Akibatnya, laju eksploitasi sumber alam terus meningkat. Terjadilah kerusakan 
dan pencemaran lingkungan hidup dengan kualitas yang sangat mengkhawatirkan.

Precaution

Untuk upaya jangka panjang agar tidak lagi terjadi longsor, kawasan-kawasan 
yang rawan longsor harus segera dihijaukan dengan tanaman keras berakar kuat 
dan dalam. Sementara itu, efektivitas kebijakan penangkalan daerah yang setiap 
tahun rentan banjir juga perlu dipertanyakan, seperti pembangunan drainase, 
plengsengan di bantaran sungai, sekaligus disiplin kebersihannya. Sampai di 
mana skala prioritas kebijakan tersebut dan sampai di mana tindakan precaution 
yang sudah dikembangkan untuk menangkal risiko yang mungkin terjadi.

Dalam hal itu, kalau dilibatkan segi kelayakannya, PP tentang AMDAL di daerah 
harus melibatkan BAPPEDA, BPLH, instansi penanaman modal daerah, instansi 
kesehatan, instansi terkait; Pekerjaan Umum, Kehutanan, Pariwisata, Pertanahan, 
wakil instansi pusat, pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi, organisasi 
lingkungan hidup di daerah, warga masyarakat yang terkena dampak.

Juga, harus ada semacam terapi psikologis bagi penduduk di daerah rawan longsor 
dan banjir. Sebab, musim hujan bagi mereka berarti trauma akan datangnya 
bencana.

Tiap tahun mereka dililit ketakutan terjadi banjir yang kadang-kadang mampu 
menenggelamkan atap rumah, genangan air yang memacetkan jalan-jalan protokol, 
dan bencana longsor yang sampai merenggut puluhan bahkan ratusan nyawa manusia. 

Seyogianya, kita mampu mempraktikkan sebuah kearifan ekologi. Cobalah untuk 
hidup adaptif di daerah yang rentan bencana alam di musim penghujan dengan 
mempelajari secara saksama atas dinamika ekologi di kawasan rawan longsor. 
Pilihannya adalah menyesuaikan dan memanfaatkan habitat dengan kreatif tanpa 
mengeksploitasi dan merusak hutan. Keseimbangan hutan dan daerah-daerah lereng 
gunung harus dijaga. 

Abdullah Yazid, mahasiswa FKIP Unisma (Malang), pemimpin umum UKPM Kanjuruhan

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mengejawantahkan Kearifan Ekologis