[nasional_list] [ppiindia] Masalah Busung Lapar

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 15 Jan 2006 02:14:27 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/14/opi01.html

Masalah Busung Lapar 

Oleh
dr drh Mangku Sitepoe


Dari sudut pandang epidemiologi penyakit busung-lapar (chronic starvation) 
disebabkan kekurangan kalori dan protein (PCM=protein calory malnutrition) 
secara kronis dan berkesinambungan. Kebutuhan anak usia di bawah 5 tahun 
(balita) akan kalori rata-rata 1.500 kalori/hari/kapita. Sedangkan kebutuhan 
protein (nabati + hewani) rata-rata 20 gr/hari/kapita. 


Kebutuhan protein hewani 25% dari jumlah protein yang diperlukan. Separoh 
protein dari ikan, separoh lainnya dari ternak. Ini untuk memenuhi asupan gizi 
yang dipersyaratkan: "empat sehat lima sempurna".


Di era Orde Baru ada Bimas (Bimbingan Masal dalam bidang pertanian, peternakan 
dan perikanan) dalam rangka Revolusi Hijau untuk mencapai swasembada pangan 
khusus beras (tahun 1984 Indonesia swasembada beras), diikuti Inpres dan 
Banpres yang bersifat in-natura. 
Kala itu, di puskesmas dan posyandu bekerja sama dengan BKKBN (Badan Koordinasi 
Keluarga Berencana Nasional) dibagikan makanan tambahan berupa bubur kacang ijo 
dan susu kepada balita yang gizi buruk untuk memutus mata rantai lapar pangan 
yang berkesinambungan. Dananya dari APBN.


Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan menyandang risiko tinggi akan 
munculnya penyakit busung-lapar, kendati ada juga penyakit busung lapar di 
kalangan mereka yang hidup di atas garis kemiskinan yang disebabkan oleh 
kebutaan mereka terhadap gizi. 



Miskin dan Buta Gizi
Penyebab penyakit busung lapar adalah: pertama, kemiskinan. Tahun 1987 
kemiskinan digariskan oleh Biro Pusat Statistik (kini Badan Pusat 
Statistik-BPS) dengan basic need approach, serta dikonseptualisasikan sebagai 
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. 
Penghasilan setara 2.100 kalori/hari merupakan garis batas bagi mereka yang 
disebut miskin. Dalam beras dijumpai: 360 kalori/100 gram atau 3.600 kalori 
untuk 1 kg beras. Berarti dengan 2.100 kalori senilai dengan 2100/3600 kg beras 
atau 0,58 kg beras per hari/kapita. 


Bank Dunia membuat definisi yang dikategorikan di bawah garis kemiskinan yakni 
mereka yang berpenghasilan US$ 1 (kini Rp 9.000) per kapita sehari. Rata-rata 1 
keluarga 2 anak yang bekerja 2 orang bapak dan ibu dengan kalori yang 
dihasilkan 2X 2.100 = 4.600 kalori untuk 4 orang atau rata-rata 1.150 
kalori/kapita/hari. Dengan 1.150 kalori/kapita/hari bagi seorang anak sudah di 
bawah kebutuhan dasar. 


Belum tentu pula penghasilan, produksi dan kalori yang diperoleh pekerja, 
petani atau peternak dan nelayan itu dikonsumsi sebagai makanan, karena masih 
ada yang dipergunakan untuk membeli rokok, sehingga kemungkinan yang dikonsumsi 
jauh di bawah 1.150 kalori/hari. 


Kedua, ketidak-tahuan tentang gizi atau buta gizi. Mereka yang hidup di bawah 
garis kemiskinan memiliki ayam dan kambing yang dipelihara, nelayan penangkap 
ikan, memiliki pohon jambu mete, serta berbagai sumber pangan alam lainnya 
misalnya: jangkrik, belalang, gendon, ikan di sungai dan sebagainya yang dapat 
dimakan. 


Mereka memiliki ayam petelur. Telur dijual untuk membeli rokok dan bukan untuk 
konsumsi makanan. Nelayan penangkap ikan menjual hasil tangkapannya, dan 
uangnya dipakai membeli kebutuhan lainnya, bukan membeli bahan makanan. 
Demikian pula mereka yang memiliki kambing. Susunya dijual semua, tidak ada 
yang dikonsumsi sendiri. 


Kemiskinan dan buta gizi merupakan penyebab busung lapar. Pada era Orde Baru, 
puskesmas dan posyandu menjadi garda depan untuk perbaikan gizi dan memerangi 
busung lapar. Tetapi kini, berbagai peraturan yang dibuat oleh pemerintah mulai 
menggeser peranan puskesmas maupun posyandu dari fungsi sosial ke arah 
komersial. 

Komersialisasi Dinas Pelayanan 
Desentralisasi pemerintahan dan otonomi seluas-luasnya kepada daerah 
memunculkan peraturan daerah (perda) yang menjadikan dinas pelayanan menjadi 
dinas sumber keuangan daerah. Di puskesmas ditetapkan uang restribusi, ongkos 
periksa, biaya obat-obatan, uang pendaftaran dan sebagainya. 


Privatisasi rumah sakit daerah (RSD) dan puskesmas yang disebut dengan swadana 
dan swakelola mengakibatkan mereka yang berpenghasilan rendah atau masyarakat 
miskin terputus aksesnya ke pelayanan kesehatan. 


Dengan UU No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengkomersialkan praktik 
dokter, lengkaplah komersialisasi sarana pelayanan kesehatan maupun SDM 
pelayanan kesehatan. Maka muncullah berbagai derita anak manusia yang 
mengenaskan.


Misalnya seorang ibu menggadaikan anaknya untuk menebus obat, kelahiran bayi di 
luar salah satu Rumah Sakit karena tidak sanggup membayar biaya melahirkan. 
Seorang suami yang meminta isterinya disuntik mati atau eutenasia disebabkan 
ketidaksanggupan membayar biaya pelayanan kesehatan. Seorang ayah yang 
menggendong anaknya yang telah meninggal di kereta api untuk dikebumikan sebab 
tidak sanggup membayar biaya ambulans. 


Tragedi yang mengenaskan lainnya ialah munculnya penyakit busung lapar di 
banyak tempat di Indonesia. KLB (kejadian luar biasa) penyakit busung lapar 
disebabkan kekurangan makan yang sangat atau kekurangan kalori dan protein 
secara kronis dan berkesinambungan. 
Tapi sebab musababnya bukan hanya karena tidak mampu menggapai kenaikan harga 
bahan makanan pokok dan susu atau oleh acuh dan tidak tahu, tapi ternyata 
ditunjang berbagai faktor lain, yakni berlakunya sejumlah UU yang 
sewenang-wenang antisosial. 

Penulis adalah anggota IDI dan PDHI


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Masalah Busung Lapar