[nasional_list] [ppiindia] Lemah, Pengawasan Pemulangan TKI

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 29 Jan 2006 01:08:07 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/28/Ekonomi/eko01.htm


SUARA PEMBARUAN DAILY 

Lemah, Pengawasan Pemulangan TKI



Pemerasan TKI Akibat Depnakertrans Tidak Berani Tegas Kepada Semua Operator 
Angkutan 


JAKARTA - Pengawasan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Bandara 
Soekarno-Hatta ke daerah asalnya masih lemah. Akibatnya, masih banyak terjadi 
pemerasan TKI oleh para sopir angkutan yang manajemennya dikelola Koperasi 
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 

Hal itu dikemukakan Penasihat Himpunan Pengusaha Jasa Angkutan TKI (Hipjati), 
Sirra Prayuna di Jakarta, Jumat (27/1). 

Dikatakan, kelemahan itu terutama terletak pada sistem yang lebih mengedepankan 
proaktif TKI korban pemerasan untuk melaporkan kejadian yang menimpanya. 
Sementara, pengelola pemulangan hanya pasif menunggu laporan TKI dan 
masyarakat, tanpa mengimbanginya dengan melakukan pengawasan internal, misalnya 
melakukan pengecekan secara sampling terhadap TKI yang sudah dipulangkan. 

"Kebanyakan TKI pada umumnya enggan melaporkan masalahnya, apalagi bila 
masalahnya melibatkan oknum polisi," katanya. 

Oleh karena itu, lanjutnya, Tim Pemulangan TKI harus membentuk divisi 
monitoring tersendiri, yang personilnya dari unsur masyarakat dan pemerintah 
melalui proses seleksi yang transparan, sehingga diperoleh sosok yang 
kredibilitas dan kemampuannya terjamin. 

Dikatakan, divisi itu harus merupakan bagian dari Tim Pemulangan sehingga 
mempunyai akses internal untuk menelaah berbagai dokumen pemulangan TKI. Dengan 
demikian, divisi tersebut dapat menemukan akar persoalan pemerasan TKI yang tak 
kunjung selesai mulai dari hulu hingga ke hilirnya. 

"Pemulangan TKI itu kasusnya kasat di depan mata dan terjadi di wilayah 
Indonesia, tetapi walau pun menterinya sudah berganti-ganti namun masalahnya 
tak pernah tuntas," katanya. 

Untuk itu, Sirra mengimbau Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar memantau 
langsung pemulangan TKI dan membuat kebijakan baru yang dapat meningkatkan 
kinerja pengawasannya, sehingga TKI dapat benar-benar merasa aman dan nyaman 
sepulang kerja keras di luar negeri. "Berlarutnya pemerasan TKI di tengah 
perjalanan pulang ke daerah asalnya itu tidak terlepas dari internal Tim 
Pemulangan TKI Depnakertrans yang tidak berani tegas kepada semua operator 
angkutan TKI," katanya. 

Diungkapkan, pemerasan itu tetap sulit dikendalikan, diantaranya, karena 
banyaknya sopir angkutan TKI yang tidak mendapat gaji dari pemilik angkutan. 
Para sopir yang bersedia tidak menerima gaji langsung dari pemilik kendaraan 
itu pada umumnya sudah berpengalaman memeras TKI. "Masak yang begini ini tidak 
terpantau oleh Tim Pemulangan TKI," tegasnya. 

Polri Membaik 

Upaya untuk memperbaiki pelayanan pemulangan TKI, katanya, kian terbuka lebar 
karena Mabes Polri belakangan ini juga semakin proaktif menindaklanjuti laporan 
pemberitaan media massa yang menyiarkan terjadinya aksi pemerasan TKI oleh 
oknum polisi. "Saya melihat sendiri seorang polisi yang diberitakan media massa 
(Suara Pembaruan, red) memeras TKI sudah ditangani provost hanya dalam tempo 
seminggu setelah munculnya pemberitaan itu. Ini merupakan angin segar bagi 
pembenahan pemulangan dan perlindungan TKI," katanya. 

Sementara itu, pengusaha angkutan TKI, Oti Soenarti mengemukakan, tidak gampang 
mencari sopir yang jujur meskipun perekrutannya telah melalui tes psikologi dan 
kesehatan yang dilakukan oleh Koperasi Depnakertrans, selaku pengelola 
pemulangan TKI. Bahkan, sebelum diterima bekerja, sopir di lingkungan 
perusahaanya juga diharuskan menandatangani pernyataan, diantaranya dilarang 
keras melakukan pemerasan terhadap TKI dan menaikkan penumpang selain TKI. 

Untuk menjalankan tugasnya, mereka mendapat gaji Rp 1 juta/bulan dan uang 
makan. ''Toh begitu, kami tetap juga kecolongan karena sopir yang lulus tes itu 
ternyata melakukan pemerasan, dan bebannya hanya ditimpakan kepada kami yang 
dikenai skorsing. Kewenangan kami hanya bisa memecatnya, urusan selanjutnya 
terserah pada pihak yang berwenang. Coba pikir, hanya sekali sopir berulah, 
kita yang kena skorsing. Itu adil apa enggak,'' katanya. (L-7) 


Last modified: 28/1/06

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Lemah, Pengawasan Pemulangan TKI