** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.sinarharapan.co.id/berita/0607/03/opi01.html Komunisme, Masihkah Menakutkan? Oleh Benny Susetyo Komunisme sebagai sebuah ideologi adalah "kenangan" sejarah, tetapi di negeri ini komunisme masih dianggap sebagai musuh yang begitu menakutkan, atau setidaknya dibuat seolah-olah menakutkan. Di masa Orde Baru, bahkan belajar dan menulis tentang komunisme saja dilarang. Begitu dibencinya ideologi ini oleh rezim saat itu, bahkan untuk membacanya saja tidak diperbolehkan. Masyarakat diberikan sebuah pembelajaran yang membodohkan, yaitu menakuti sesuatu yang tidak dipahaminya. Bukan karena banyaknya buku dan orang yang belajar tentang komunisme lalu ideologi ini dipilih orang. Komunisme tidak hidup lantaran wacana marxisme-komunisme hidup kembali, juga tidak berkibar. Masa reformasi ini sudah membuktikannya. Tetapi mengapa masih saja komunisme ditempatkan sebagai hantu yang menakutkan? Mengapakah bukan isu kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan yang dijadikan sebagai kenyataan yang menakutkan yang memang benar-benar terjadi? Kesadaran bangsa ini terjebak dan dijebloskan pada pemahaman tentang keadaan yang maya. Semua isu tentang kebangkitan komunisme sering tidak ditujukan karena kenyataan yang benar, tetapi sebuah intrik politik. Ini dilakukan karena pemahaman bahwa stigma komunisme di tengah masyarakat adalah sesuatu yang buruk sekali, sehingga tidak memiliki aspek kebenaran apapun. Sampai tujuh turunan, anak kaum komunis bahkan tidak memiliki tempat yang baik untuk bersama-sama membangun bangsa ini. Nilai-nilai luhur kemanusiaan dihancurkan oleh intrik kekuasaan dan politik. Sebagai rakyat biasa, kita tidak memahami dengan benar apa sesungguhnya yang terjadi. Mengutip Romo Magnis (2000), komunisme sudah ambruk karena sedikitnya dua kesalahan fatal, yakni di tingkat kesadaran dan tingkat ekonomi. Sejak semula kaum komunis-bahkan sudah sejak Lenin-selalu memaksakan tujuan-tujuannya antara lain dengan metode teror dan pembunuhan. Sejak semula mereka tak pernah berhasil memanfaatkan motivasi masyarakat sendiri. Maka di bawah rezim komunis, masyarakat mau bekerja hanya karena takut, ancaman mau dibunuh-dan jangan lupa 50 juta jiwa mati di Uni Soviet era rezim partai komunis. Suasana jauh berbeda dibanding masyarakat yang bebas, di mana orang bermotivasi untuk berkarya, bekerja, menghasilkan budaya dan seterusnya. Reformasi Buntu Perekonomian komunis itu betul-betul sosialis total, seluruh ekonomi swasta dihapus. Yang ada hanyalah koperasi pertanian dan banyak usaha lain yang melulu dirancang dari pusat dan dengan demikian juga tak ada pasar. Tak ada juga civil society, sehingga ekonomi di negara-negara komunis terus-menerus akan membebani negara. Yang terjadi, negara hancur pelan-pelan seperti rumah yang hancur karena dimakan rayap. Misalnya, di bawah Tsar, pertanian Rusia selalu surplus, setelah Partai Komunis berkuasa langsung drop dan tak pernah mencukupi bagi penduduk Uni Soviet sendiri, hingga terpaksa mengimpor ribuan ton gandum dari AS. Hal sama juga terjadi di dunia industri. Hanya industri nuklir dan teknologi ruang angkasa bisa berkembang di Uni Soviet, sementara lainnya hancur. Secara ideologis, komunisme bukanlah ideologi yang menjanjikan. Inilah pertanda bahwa ideologi sosialisme, komunisme, marxisme-leninisme itu sekarang ini sudah finish (Magnis-Suseno, 2000). Globalisasi telah menggerakkan orang untuk lebih bebas berbicara dan bertindak atas nama dirinya, bukan atas nama negara. Tumbangnya USSR sebagai nisbat dari dunia komunisme sangat boleh jadi bukan cermin runtuhnya sosialisme baik dalam konteks ideologi maupun gerakan, secara keseluruhan maupun parsial. Para elite politik saat ini hendaknya bercermin pada sejarah runtuhnya komunisme di Uni Soviet. Dalam bukunya, Russian in Aufruhr (Rusia dalam Huru-hara), Christian Schmidt-Haeuer menceritakan bahwa krisis ekonomi yang tidak terselesaikan di Rusia bermula dari krisis politik akibat pertentangan para elite yang tidak mau belajar dari kekalahan dan kesalahan. Pada akhirnya, hal itu akan menghambat pembangunan kembali dan keterbukaan. Reformasi di Rusia mengalami jalan buntu dan pada akhirnya menimbulkan masalah seperti meningkatnya angka kriminalitas dan stabilitas politik yang rendah. Setiap hari muncul persoalan baru yang sulit dipecahkan. Para elitenya linglung, dan ini akhirnya membuat Rusia mengalami kegagalan untuk mengadakan pembaruan. Gerakan pembaharuan yang berlangsung hampir tujuh tahun di Rusia ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Sektor ekonomi bahkan bertambah buruk sementara angka kejahatan terus saja meningkat; rakyat benar-benar merasa semakin menderita. Belajar dari Kegagalan Rusia Kondisi masyarakat yang semakin buruk pada akhirnya mendorong rakyat untuk meminta komunis tampil kembali. Rakyat berpikir bahwa meskipun pada zaman komunis mereka tertekan, namun mereka masih bisa mendapatkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan relatif mudah. Rakyat tak tahan lagi menunggu terlalu lama hidup menderita. Dalam zaman komunisme, ada jaminan rasa aman dalam usaha. Rakyat tidak takut keluar malam karena pemerintah bisa menekan angka kriminalitas. Ketika semua pudar maka rakyat mulai tidak tahan dan marah. Seharusnya, bangsa ini bisa bercermin agar apa yang terjadi di Rusia tidak terulang di sini. Syaratnya, sistem politik dan politisinya harus mampu menyelesaikan masalah ekonomi serta tidak menimbulkan huru-hara dalam politik. Tak disadari bahwa perangai elite politik kita selama ini semakin memperkuat sebutan kita sebagai bangsa linglung itu. Kita tahu orang linglung adalah orang yang tak punya pendirian dan ketegasan, orang yang tak mau menerima kenyataan yang ada dan memandang setiap kenyataan dengan sinis. Lalu menderita stress karena merasa tekanan demi tekanan sebagai beban yang tak mampu dipikul. Sikap linglung pada akhirnya membiarkan orang lain menguasai dirinya. Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini membuat keadaban publik saat ini mengalami kehancuran. Fungsi sebagai pelindung rakyat tidak berjalan sesuai dengan komitmen yang ada. Keadaban yang hancur inilah yang seringkali merusak wajah hukum, budaya, pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini rupanya membuat wajah masa depan bangsa ini semakin kabur. Kekaburan yang disebabkan karena etika tidak dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan politik.Uang menjadi penentu segala-galanya dalam ruang publik. Hal ini sangat ironis karena mengakibatkan hilangnya iman dalam kehidupan manusia. Iman tidak lagi menjadi sumber inspirasi batin bagi kehidupan nyata. Iman hanya sekedar simbol lahirilah yang menjelma dalam ritus dan upacara. Iman tidak terkait dengan tata kehidupan dan akibatnya dia tidak menjiwai kehidupan publik. Akhirnya, daripada menuduh dan menakut-nakuti tentang kebangkitan komunisme, bukankah lebih baik merefleksikan secara serius tentang kegagalan bangsa ini mengatasi kemiskinan dan pengangguran? Juga daripada menuduh komunisme ada di balik demonstrasi kaum buruh, bukankah lebih baik mengoreksi kebijakan mengapa buruh harus melakukan demonstrasi. Penulis adalah budayawan dan pendiri Setara Institute [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **