[nasional_list] [ppiindia] Kejayaan Bahari Negara Miskin Papa

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 5 Jan 2006 22:51:24 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.gatra.com/artikel.php?id=91275



Kejayaan Bahari Negara Miskin Papa




SETIAP tahun, kapal-kapal asing penjarah ikan tak kunjung jera memasuki 
perairan Indonesia. Tak jarang mereka menyaru sebagai nelayan Indonesia dengan 
menggunakan nama kapal dan bendera Indonesia. Sedihnya, nelayan Indonesia 
justru tak bisa melaut karena tak mampu membeli BBM.

Berbagai masalah kelautan dan perikanan tersebut kini menjadi tugas besar 
Freddy Numberi. "Saya akan berusaha untuk mengembalikan kejayaan Indonesia 
sebagai negara bahari," ujarnya usai dilantik sebagai Menteri Kelautan dan 
Perikanan, tahun lalu. Bagaimana ia mewujudkannya? Wartawan Gatra Dwitri 
Waluyo, Nur Hidayat, Alexander Wibisono, dan pewarta foto Tatan Agus RST 
mewawancarai pria kelahiran Serui, 15 Oktober 1947, itu, awal Desember lalu. 
Berikut petikannya:

Bagaimana upaya Anda meningkatkan pendapatan para nelayan?
Perikanan tangkap banyak masalah karena illegal fishing. Sekarang bisa 
diminimalkan setelah bekerja sama dengan aparat keamanan. Selain itu, ada 
beberapa kerja sama bilateral yang harus dihentikan dan diubah polanya karena 
tidak menyejahterakan masyarakat kecil.

Memang, ada ketentuan internasional bahwa negara-negara yang memiliki potensi 
laut harus berbagi dengan negara lain. Tetapi, kita harus berkomitmen membuka 
lapangan kerja untuk orang Indonesia, membantu pemerintah mengentaskan rakyat 
dari kemiskinan.

Seperti apa pola kerja samanya?
Pola kerja sama itu kami ubah menjadi pola investasi. Kami katakan kepada 
mereka para investor asing itu, ''Anda berapa persen, saya berapa persen?'' 
Kami bangun industri, buka lapangan kerja buat rakyat Indonesia. Toh, pembagian 
keuntungan tetap sama. Para investor asing tidak rugi, malahan mendapatkan 
banyak kemudahan.

Apakah pola seperti itu sudah diterapkan?
Sudah, dengan investor dari Filipina kontraknya bahkan berakhir Desember ini. 
Di Bitung malahan ada kapal-kapal Filipina yang sudah beralih bendera ke 
Indonesia. Ada juga Filipina yang akan masuk ke Sorong, buka industri di sana. 
Sedangkan Thailand dan Cina sedang ancang-ancang.

Perlu kami tekankan, kebijakan Menteri Kelautan itu bukan menentang kerja sama 
asing, tetapi lebih pro kepada rakyat Indonesia. Pengusaha boleh cari 
keuntungan sebesar-besarnya, namun harus ada rasa, bagaimana saya bantu 
Pemerintah Indonesia supaya saudara-saudara kita bisa terangkat.

Apakah Anda menemui hambatan dalam melaksanakan kebijakan ini?
Pemikiran yang pro-rakyat Indonesia ini yang belum ada. Saya katakan pada 
pengusaha nasional, Anda punya usaha dan besar. Pertanyaan saya cuma satu: Anda 
dibesarkan oleh siapa? Negara yang miskin papa ini paling tidak pernah 
membesarkan Anda. Pertanyaan selanjutnya, apa kontribusi Anda? Kita tidak minta 
uang. Usaha tetap jalan, kerja sama dialihkan menjadi investasi. Ini kan penuh 
pahala.

Apa yang telah Anda lakukan dalam menjalankan pola investasi ini?
Kalau pengusaha asing kesulitan mengalihkan benderanya ke bendera Indonesia, 
kami akan bantu memberi izin. Tetapi statusnya tetap kapal asing. Kalau dia 
kapal asing dengan bendera asing, bayarnya dolar. Kalau dia kapal asing 
berbendera Indonesia, bayarnya rupiah.

Selain itu, pola investasi ini kita kembangkan menjadi budidaya perikanan skala 
besar. Apalagi dikaitkan dengan pencanangan revitalisasi oleh Bapak Presiden, 
11 Juni lalu. Di perikanan ada tiga komoditas yang ingin kami kembangkan secara 
besar: tuna, udang, dan rumput laut. Rumput laut bisa panen lima kali setahun. 
Biayanya relatif lebih murah dan bisa dikerjakan skala rumah tangga.

Saya sudah bicara dengan Wakil Presiden Jusul Kalla, untuk melibatkan Bosowa, 
karena mereka mengekspor rumput laut secara besar dari Makassar. Wapres setuju. 
Jadi, sepulang mengirim semen ke daerah-daerah di timur, Bosowa mengangkut 
rumput laut. Masyarakat senang karena terlibat langsung. Apalagi bapak 
angkatnya langsung membayar tunai.

Kita juga mendorong mencari terobosan baru untuk membantu mengolah hasil 
tangkapan. Ini kita kerjakan simultan. Di samping untuk ekspor, kita juga telah 
menciptakan unit-unit pengolahan rumput laut skala rumah tangga, bisa dibikin 
es krim, agar-agar.

Tetapi bagaimana dengan dana? Biasanya menjadi hambatan.
Anggaran kami distribusikan ke seluruh kabupaten/kota seluruh Indonesia. 
Rata-rata mereka terima Rp 727 juta per kabupaten/kota. Dengan membagi sama 
rata, artinya pemerintah mendukung otonomi daerah. Di samping itu, dalam 
Undang-Undang Perimbangan Keuangan Nomor 33 Tahun 2004, bagi hasil daerah 
termasuk perikanan.

Apa ini juga efektif mencegah pencurian ikan?
Dengan mengetahui jumlah kapal yang masuk dan jumlah industrinya, otomatis kami 
sudah mencegah illegal fishing. Jadi di luar kapal yang terdaftar, pasti 
ilegal. Pasti dilaporkan, karena pengusaha merasa terganggu jumlah 
penangkapannya menurun. Dalam pola investasi, pengusaha sudah taruh US$ 300 
juta. Jadi tidak mungkin kapalnya dibikin macam-macam. Kalau kapalnya tidak 
mendukung, rugilah.

Sebenarnya, seberapa parah kejadian pencurian ikan di Indonesia?
Banyak kapal berizin yang menyalahgunakan wewenangnya. Kadang-kadang kami kasih 
izin kapal dengan nama "Anna". Tetapi kemudian ada yang nakal dengan membuat 
lima kapal dengan nama yang sama. Ada juga yang diberi izin transshipment, 
malah dimanfaatkan menjual bahan bakar di laut. Misalnya, perusahaan Goldnet 
milik David Siahaan yang ditangkap di Ambon itu. Dia sudah beberapa kali bikin 
masalah terkait penjualan bahan bakar ilegal. Mereka yang ketahuan menjalankan 
usaha ilegal akan di-blacklist. Mereka merusak sistem.

Bagaimana pengawasan terhadap kapal-kapal ilegal tersebut?
Kami pakai vessel monitoring system (VMS). Kita harus belajar mengikuti standar 
internasional. Ini adalah kewajiban negara-negara yang mengelola pengolahan 
ikan dalam rangka responsible fisheries.

Jadi kapal-kapal yang menangkap ikan terpantau dengan baik. Nelayan ikan tuna, 
misalnya, wajib melapor hasil tangkapan untuk mengetahui populasi tuna di 
dunia. Apakah pertumbuhannya menurun drastis, atau berkembang secara normal. 
Kita sama-sama menyelamatkan supaya masyarakat dunia tetap makan ikan dalam 
jangka panjang. Untuk itu perlu aturan main, regulasi yang jelas.

Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan nelayan akibat kenaikan BBM?
Kami bangun Solar Paket Dealer Nelayan (SPDN). Kita berikan hibah dari APBN 
kepada nelayan melalui koperasi. Jadi, jangka panjangnya, sang nelayan punya 
aset, yakni pompa bensin. Dia bisa agunkan ke bank untuk mendapatkan dana. 
Selain itu, kami mendekatkan bahan bakar pada sentra nelayan. Ini bisa sangat 
mengurangi biaya mereka. Semakin dekat dengan sumber, bahan bakar lebih mudah 
didapat dan lebih murah.

Apakah rencana ini sudah dijalankan?
Sudah. Sementara ini sudah 101 titik SPDN. Tahun ini selesai 140-an. Target 
kami ada 1.260 titik di seluruh Indonesia sampai tahun 2014.

Apakah bensinnya boleh dijual pada selain nelayan?
Tentu, boleh saja. SPDN itu kan milik mereka. Jadi unit usaha sendiri yang 
dikelola koperasi nelayan.

Ada langkah lainnya?
Saya juga mengeluarkan Peraturan Menteri tentang Paket Insentif. Saya minta 
pungutan terhadap nelayan oleh pemerintah daerah dihapus. Toh, rata-rata mereka 
dapat dana alokasi khusus yang dihitung-hitung mencapai Rp 2 milyar per 
kabupaten/kota. Sementara, pungutan itu ada Rp 150 juta-Rp 300 juta per tahun.

Sebenarnya, seberapa besar pendapatan negara dari hasil kelautan saat ini?
Kalau dihitung dari hasil penangkapan di luar industri hanya 3%. Total devisa 
negara US$ 2,4 milyar Kontribusi ke PDB 2,8%
meningkat tajam dari tahun lalu. Kalau digabungkan dengan industri, kontribusi 
PDB nasional bisa mencapai 9%.

[Wawancara, Gatra Edisi Khusus, Beredar Jumat, 30 Desember 2005] 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Clean water saves lives.  Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Kejayaan Bahari Negara Miskin Papa