[nasional_list] [ppiindia] Kebohongan Sejarah yang Dibiarkan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 15 Sep 2006 00:08:01 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=246809

Jumat, 15 Sept 2006,



Kebohongan Sejarah yang Dibiarkan


Oleh Endang Suryadinata 



Bangsa dengan 250 juta jiwa ini terus saja hidup dalam satu bencana ke bencana 
yang lain. Tragedi demi tragedi datang silih berganti. Masalah yang satu belum 
kelar, datang 1001 krisis lain. Konflik sosial demi konflik bagai litani tanpa 
ujung. Itu belum terhitung kesalahan dalam mengambil keputusan yang dilakukan 
pemerintah. 

Akibatnya, harapan rakyat untuk melihat perubahan selalu kandas dalam 
kekecewaan. Dalam merespons tragedi lumpur Lapindo, misalnya, terlihat betapa 
lemahnya pemerintah. 

Jujur saja, jika kita melihat apa yang terjadi di segala bidang kehidupan kita 
sebagai bangsa, kita hanya akan digelayuti kekecewaan demi kekecewaan. 
Misalnya, daya saing Indonesia di arena persaingan ekonomi global kian melorot. 
Laporan IFC dan Bank Dunia mengenai Doing Business 2007 menyatakan, Indonesia 
menduduki peringkat 135 dari 175 negara dalam hal kemudahan memulai usaha baru, 
turun dari posisi 131 tahun lalu. 

Berbagai data yang mencoba memberikan harapan, misalnya tentang jumlah orang 
miskin, juga sudah dimanipulasi. Meski Wapres Jusuf Kalla berkoar krisis 
ekonomi sudah terlewati, kegelisahan dan jeritan jutaan orang kecil yang merasa 
hidupnya kian menderita tidak bisa dibungkam.

Di bidang hukum, Amien Rais dan banyak orang kecewa terhadap sandiwara hukum. 
Bidang olahraga yang seharusnya bisa memberikan kebanggaan dan hiburan, kita 
juga belum berbicara banyak di pentas internasional. Sepak bola yang jadi 
tumpuan harapan hanya memberikan kekecewaan karena di peringkat FIFA terbaru, 
Indonesia ada di nomor 145 dari 205 negara. Bidang-bidang lain idem ditto.

***

Mengapa kita gagal dalam banyak bidang? Mengapa impian sebagai bangsa yang 
unggul seperti diharapkan Presiden SBY harus kandas di tengah kenyataan yang 
mengecewakan? Apa sebenarnya yang menjadi akar semua kegagalan dan kekalahan 
kita? 

Jawabnya tentu bisa beragam dan bisa jadi sangat subjektif, tergantung siapa 
yang berbicara. Tetapi dari perspektif sejarah, sesuai kompetensi penulis, kita 
harus mengakui bahwa selama 61 tahun usia negeri ini, kita masih hidup dalam 
banyak kebohongan. Kebohongan jelas tidak bisa dijadikan titik tolak atau modal 
untuk hidup berbangsa atau bernegara. 

Kebohongan bisa dilihat di mana-mana dan yang paling kasat mata terlihat pada 
kebohongan sejarah yang masih tetap terus ditutup-tutupi hingga saat ini. Dalam 
kasus Munir, misalnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dianggap tidak 
melaksanakan Keputusan Presiden No 111/2004 tentang Pembentukan Tim Pencari 
Fakta Kasus Kematian Munir. 

Dalam keppres itu, pemerintah berjanji mengumumkan hasil penyelidikan tim 
kepada masyarakat, tapi hingga kini pemerintah belum juga mengumumkan. Bahkan, 
di ajang ASEM di Helsinki, presiden juga dicecar pertanyaan seputar Munir.

Bukan hanya soal pengumuman terkait Munir itu yang mengecewakan, tapi jika kita 
mencoba melihat ada apa di balik sikap pemerintah yang seperti itu, kita akan 
semakin kecewa karena ternyata pemerintah SBY memang ingin membiarkan banyak 
kebohongan terus dilanggengkan. Ini bukan hanya kasus Munir, tetapi juga 
melibatkan puluhan kasus pelanggaran HAM di masa lalu, dari peristiwa 1965 yang 
korbannya mencapai jutaan hingga kasus orang hilang menjelang reformasi 1998 
atau Tragedi Mei 1998 yang hingga saat ini masih menyisakan kepiluan kepada 
para korban atau keluarga korban. 

Coba tanyakan kepada Sipon, istri Wiji Thukul, atau orang tua Bimo Petrus 
Anugerah? Tanyakan kepada para orang tua yang anaknya hilang yang tergabung 
dalam IKOHI yang belum lama ini berdemo di depan markas AD (30/8)? Tanyakan 
kepada para eksil yang kini merindukan negeri ini?

Sayang, pertanyaan-pertanyaan mereka suka membentur dinding keangkuhan penguasa 
negeri ini? Presiden SBY dan pemerintah sekarang memang bukan dalang semua 
pelanggaran HAM di masa lalu. Tetapi, sebenarnya pemerintahan SBY bisa membuat 
gebrakan baru dengan menyingkap siapa dalang sesungguhnya semua peristiwa itu? 
Sekaligus dengan pengungkapan ini, pemerintah punya komitmen untuk meluruskan 
sejarah yang banyak dimanipulasi semasa Orba. 

Dengan demikian, kita akan bisa menghentikan semua kebohongan sejarah yang 
ditulis penguasa atau orang-orang kuat di masa lalu.

***

Tapi, pemerintah saat ini memang tetap meneruskan tradisi agar sejarah ditulis 
para pemenang. Dengan kata lain, pemerintah SBY hanya bisa membuat repetisi 
dengan pemerintah-pemerintah sebelumnya. Impunitas tetap dinikmati orang-orang 
kuat yang ditengarai sebagai pelanggar HAM. Pemerintah SBY seharusnya bisa 
mengadili orang-orang kuat yang ditengarai sebagai pelaku pelanggaran HAM berat 
seperti Soeharto. 

Akibatnya, negeri kita tidak bisa menjadi negeri yang kuat karena ternyata 
pemerintah tidak berani mengadili orang-orang kuat itu. Guru Besar Western 
University Jeffry Winters dalam diskusi yang bertema Membongkar Kejahatan 
Soeharto di Jakarta (7/6) pernah berkata: Indonesia akan kuat kalau berani 
mengadili orang kuat seperti Soeharto.

Karena tidak berani mengadili orang sekaliber Soeharto atau para kroninya, 
akibatnya hukum kita tetap penuh dengan sandiwara, padahal hukum adalah 
penjamin bagi tegaknya sebuah bangsa yang menganut paham demokrasi. Tanpa hukum 
yang kuat, kita masih terus hidup dalam sandiwara penuh kebohongan. Kebohongan 
seharusnya dihentikan, diganti dengan kecintaan kepada kebenaran. Seharusnya 
prinsip seperti ini yang kita hidupi demi masa depan kita sendiri.

Tapi sayang, masa depan yang indah tetap akan menjadi khayalan selama masa 
silam dibiarkan tetap penuh kebohongan seperti sekarang. Seharusnya pemerintah 
SBY bisa menorehkan sejarah yang berbeda bagi bangsa ini jika berani membongkar 
kejahatan masa silam itu. 


Endang Suryadinata, peminat sejarah Indonesia-Belanda, alumnus Erasmus 
Universiteit Rotterdam


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Kebohongan Sejarah yang Dibiarkan