** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **RIAU POS Keadilan Memperoleh Pendidikan Sabtu, 22 Juli 2006 Negara didirikan salah satu tujuannya adalah untuk melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bila negara itu tidak lagi dapat melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsanya, maka negara itu gagal mengemban misinya, dan karena itu sebenarnya tidak ada lagi gunanya kita bernegara. Setelah 60 tahun Indonesia merdeka nampaknya apa yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan UUD pasca amandemen belum juga tercapai. Cerdas yang dimaksud oleh pembukaan undang-undang dasar itu kita batasi saja sampai tamat sekolah dasar enam tahun, itupun juga belum terlaksana sepenuhnya. Sampai hari ini masuk sekolah dasar bagi anak usia sekolah sebagian masih sangat sulit, bahkan tidak mungkin terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan atau di daerah kumuh di perkotaan. Belum lagi masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini masih sayup-sayup sampai bagi mereka yang tidak beruntung dalam ekonomi. Masuk SMP tahun ini adalah tahun yang sangat meresahkan orang tua murid. Sistem tes masuk yang dilaksanakan oleh sekolah, yang berbeda dengan tahun sebelumnya menuai masalah baru. Satu sisi tes diharapkan akan bisa menyaring siswa yang berprestasi pada sekolah tertentu dan pemerataan distribusi pada sekolah-sekolah negeri ternyata meleset dan berujung pada masalah kolusi antara sekolah dengan orang tua murid yang tidak terjaring. Sebagian orang tua murid dari awal-awal sebelum tes telah memasang janji dengan oknum tertentu pada sekolah di mana anaknya ikut tes. Alhasil anaknya dapat diterima di sekolah itu sekalipun nilainya pas-pasan. Namun tidak begitu bagi mereka yang memang berasal dari kelas bawah, sudahlah melarat ditambah lagi bodoh, maka mereka tidak akan pernah bisa masuk sekolah. Budaya Indonesia sudah terbiasa memberikan kesempatan bagi mereka kelas ekonomi menengah ke atas dan pintar, dan pintu seakan tertutup bagi mereka yang bodoh lagi miskin. Menurut saya hal ini bertentangan dengan undang-undang dasar kita. Dalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Sisdiknas 2003 setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak tanpa melihat kelas ekonomi dan kemampuan intelektualnya. Pemerintah atau pemerintah daerah lebih memperhatikan mereka yang lebih mampu dalam ekonomi dan intelektual atau ekonomi agak lemah, tapi pintar daripada mereka yang miskin dan bodoh. Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah daerah lebih tertarik mendirikan sekolah menengah umum unggul yang biayanya jauh lebih tinggi dari pada memperhatikan pemerataan pembiayaan untuk sekolah-sekolah menengah umum lainnya. SMU unggul dibiayai hampir sepuluh kali lipat dibandingkan dengan SMU Negeri lainnya. Ternyata murid SMU unggul umumnya berasal dari mereka yang berkelas ekonomi menengah ke atas, dan sangat jarang dari mereka yang kelas menengah ke bawah. Sekolah unggul ini sudah pasti tidak akan dapat menerima anak-anak dari kalangan miskin dan bodoh. Sampai di perguruan tinggi mereka akan memasuki universitas negeri ternama yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Sangat luar biasa subsidi dan kesempatan serta penghargaan negara kepada mereka itu. Pada hakekatnya pembiayaan lembaga pendidikan negeri berasal dari seluruh rakyat Indonesia dari APBN atau APBD. Ironis, subsidi itu hanya dapat dinikmati oleh mereka yang beruntung sejak dini dari SD sampai perguruan tinggi, sementara mereka dari kalangan bawah hampir tidak disentuh oleh subsidi pemerintah. Ini adalah kebijakan yang keliru. Seharusnya juga disediakan tempat oleh pemerintah bagi mereka yang tidak beurntung itu, misalnya menyediakan lapangan pekerjaan yang layak, agar mengurangi diskriminasi. Tahun ajaran baru para orang tua jauh lebih sibuk daripada anaknya. Bila anaknya tidak diterima di sekolah tertentu yang paling kecewa itu adalah orang tua sementara anak-anaknya seakan-akan tak peduli saja. Kesibukan orang tua menghubungi kerabat yang mungkin sebagai guru di sekolah menengah ataupun kalau tak ada kolega terpaksa diandalkan kolega yang bergambar Sukarno-Hatta yang berwarna merah itu. Pembicaraan di televisi dan di tempat kerja atau ibuk-ibuk sedang belanja selalu terdengar pembicaraan tentang hal ihwal masuk sekolah. Di antaranya terdengar, saat ini guru dan kepala sekolah sedang panen besar. Mengapa tidak, masuk sekolah melalui pintu belakang ada yang bayar lima sampai sepuluh juta rupiah, tergantung hasil kesepakatan. Bila pandai-pandai berunding dan gaya elegan tarif lebih murah. Yang jelas hasil perundingan itu tidak ada yang gratis, semuanya bayar, cuma besar kecilnya yang jadi masalah. Ada juga yang mengatakan uang baju seragam sampai ratusa n ribu. Untung besar bukan saja dari uang siluman, tapi juga dagang baju seragam. Sudahlah uang masuk besar ditambah lagi uang baju yang harganya selangit. Kata seorang ibu orang tua murid, masuk sekolah menengah sekarang jauh lebih mahal daripada masuk perguruan tinggi. Masuk sebuah program studi di salah satu Fakultas di UIR itu hanya sebesar Rp1,5 juta untuk uang pembangunan. Uang baju sampai ratusan ribu sebenarnya membuat orang tua terpaksa membayar karena takut bila tidak dibayar anaknya akan ditolak. Seorang ibu yang miskin yang juga mempunyai anak tamatan SD yang ikut bersama kelompok ibu-ibu itu ikut angkat bicara: ''Anak kami yang miskin ini tidak pantas masuk sekolah, karena jangankan punya uang, saudara yang jadi gurupun tak punya, bagaimana anak kami bisa mendaftar''. Memang keadilan di negeri ini masih terlalu mahal bagi mereka yang tak berpunya dan bodoh. Menjual Profesi Umar Bakri zaman pasca reformasi ini ternyata tidak sama dengan Umar Bakri pasca kemerdekaan. Umar Bakri zaman sekarang ternyata Umar Bakri yang sudah keren. Umar Bakri itu telah memasang tarif tinggi, beda dengan Umar Bakri pasca kemerdekaan yang hanya semata-mata mengabdi pada pendidikan tanpa mengharapkan pamrih. Menurut saya Umar Bakri yang keren itu tidak lagi layak dipanggil sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Kita menyadari ini sebenarnya hanya segelintir guru yang berbuat seperti itu, tetapi masyarakat menilai seluruh guru dan kepala sekolah. Sebenarnya, masih banyak guru yang layak dinobatkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, mereka masih tetap teguh memegang profesinya sebagai pendidik yang dapat dicontoh dan diteladani, namun niat baik dan kerja keras mereka ini dinodai oleh ulah segelintir oknum yang menangguk di air keruh. Sepengetahuan saya, guru adalah seseorang yang harus mendapat penghargaan secara sadar dari masyarakat. Penghargaan itu bukan karena mereka berbudi luhur dan berilmu, tetapi lebih dari itu mereka dapat dicontoh dan menjadi panutan bagi orang disekelilingnya baik muridnya sendiri ataupun masyarakat karena memang pantas dicontoh. Menjadi guru seharusnya adalah panggilan hati nurani sebagai pendidik, bukan sekadar mencari penghidupan. Bila guru kehilangan penghargaan itu maka guru itu tidak lagi dapat menjalankan fungsi dan profesinya. Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Bila guru sudah tidak lagi orang yang berbudi luhur dan menjadi panutan, maka sebenarnya pada saat itu pulalah pendidikan bangsa ini berhenti. Gagallah tujuan negara ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya sesuai dengan pembukaan undang dasar kita, yang pada gilirannya negara ini akan menjadi bangsa yang bodoh dan biadab. Berhentilah menjual profesi wahai oknum guru, dan sadarlah engkau pa hlawan yang tidak perlu meminta balas jasa, biarlah anak didik yang akan menyelamatkan tanda jasa itu di hati sanubarinya. Sadarlah bahwa bangsa ini masih menempatkan kemuliaan moral itu paling atas dari segala proses hukum.*** Prof Dr H Hasan Basri Jumin MS MSi, Rektor UIR [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **