[nasional_list] [ppiindia] KPK Tak Berdaya, Sanksi Terserah Presiden Soal Dua Menteri yang Belum

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 16 Sep 2006 00:38:10 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **RIAU POS
      Jumat, 15 September 2006 

      KPK Tak Berdaya, Sanksi Terserah Presiden Soal Dua Menteri yang Belum 

     
      Soal Dua Menteri yang Belum Laporkan Kekayaan

      JAKARTA (RP)- Peringatan keras akan diberikan Komisi Pemberantasan 
Korupsi (KPK) kepada dua menteri yang tidak patuh melaporkan harta kekayaannya. 
Surat ketiga segera dilayangkan oleh lembaga yang dipimpin Taufiequrachman Ruki 
itu kepada Menkeu Sri Mulyani dan Menteri Perindustrian Fahmi Idris. 

      Surat itu merupakan peringatan bagi keduanya agar secepatnya menyerahkan 
laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) dalam waktu 15 hari. ''Tak 
tanggung-tanggung, kami juga akan mengirimkan tembusan kepada presiden,'' 
ungkap Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN M Sigit kemarin. 

      Langkah tersebut merupakan upaya maksimal yang bisa dilakukan KPK setelah 
dua surat sebelumnya tidak digubris. Presiden sebagai atasan mereka, kata 
Sigit, berhak memberikan sanksi administratif atas ketidakpatuhannya terhadap 
UU No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN. 

      Meski ada sanksi administrasi, lagi-lagi itu bergantung pada keputusan 
presiden. KPK sama sekali tidak mempunyai ''gigi'' untuk memberikan sanksi 
karena tidak memiliki payung hukum. ''Itulah masalahnya, sama sekali tidak ada 
sanksi pidana. Jadi, banyak pejabat yang tidak patuh,'' katanya. 

      Kelambanan dua menteri tersebut dan pejabat lainnya tentu mempersulit 
kerja KPK. Dengan personel terbatas, KPK harus mengurus LHKPN pejabat Indonesia 
yang mencapai 58 ribu orang. ''Kalau cepat diselesaikan, waktu yang terbuang 
kan bisa digunakan untuk mengurus hal lain,'' ujarnya.

      KPK menyayangkan ketidakpatuhan Ani (panggilan Sri Mulyani, red) dan 
Fahmi. Sebab, mereka seharusnya bisa menjadi contoh dan teladan bagi 
bawahannya. ''Kalau atasannya seperti itu, kan bukan contoh yang baik bagi 
bawahannya,'' tegasnya. 

      Setelah diterima, LHKPN selanjutnya dimasukkan dalam data base. Di 
situlah harta kekayaan pejabat bisa dimonitor. Meski memiliki data LHKPN 
pejabat, KPK tidak serta merta mengevaluasi satu per satu. ''Kami baru 
menginvestigasi jika ada laporan dari masyarakat,'' ungkapnya. LHKPN juga 
berguna sebagai data pendukung bila seorang pejabat diduga berkorupsi. 

      Bagaimana dengan kasus Ical (Aburizal Bakrie, red)? Meski tidak ditujukan 
langsung kepada mereka, KPK akan mengklarifikasi kebenaran data yang didapatkan 
Forbes. Walaupun ada indikasi ketidakwajaran antara data LHKPN dan Forbes, hal 
itu tidak serta merta menunjukkan indikasi korupsi atau manipulasi data. 
''Tidak wajar juga bukan berarti harus diperiksa,'' jelasnya. 

      KPK harus mempertimbangkan banyak faktor seperti sumber penghasilan, 
jabatan strategis, dan dampak jabatan untuk memutuskan sebuah indikasi 
ketidakwajaran dilanjutkan dengan pemeriksaan. 

      Juru Bicara KPK Johan SP mengungkapkan, data Forbes harus dicek ulang 
apakah didapatkan sebelum atau sesudah Ical menyerahkan LHKPN. Dia menambahkan, 
saat ini KPK sedang memeriksa 80 pejabat daerah yang data riil lapangannya 
tidak sesuai LHKPN yang dilaporkan.

      Sementara itu, meski kadernya di kabinet belum menyerahkan laporan 
kekayaan ke KPK, Partai Golkar tidak ambil pusing. Bagi mereka, yang dilakukan 
Fahmi Idris tersebut merupakan tanggung jawab pribadi yang bersangkutan. 
''Masalah kekayaan, biar jadi urusan KPK. Itu masalah pribadi Fahmi Idris,'' 
tegas Sekjen DPP Partai Golkar Sumarsono, kemarin.

      Menurut dia, soal harta kekayaan seseorang, partai tidak bisa 
mengintervensi kadernya. Karena itu, Partai Golkar tidak merasa perlu 
mengingatkan Fahmi atas kelalaiannya tidak menyerahkan laporan kekayaan ke KPK. 
''Masalah itu sama sekali tidak berhubungan dengan Partai Golkar. Kami hanya 
ikut memberikan saran terhadap kebijakan partai,'' katanya.

      Bukan hanya soal Fahmi, harta kekayaan semua kader Partai Golkar yang 
menjadi menteri juga tidak akan diawasi. Kalau toh akhirnya ada kader yang 
tersangkut kasus hukum gara-gara perolehan hartanya tidak wajar, itu risiko 
masing-masing.

      ''Apalagi, partai tidak pernah merasakan uang menteri. Golkar tidak 
menjadikan menterinya sebagai mesin uang. Tidak seperti dulu,'' ujar mantan 
Wakasad tersebut.

      Sikap yang sama ditunjukkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Wakil 
Ketua Umum PPP Ali Marwan Hanan menyampaikan, partainya tidak akan mengawasi 
harta kekayaan kadernya yang menjadi menteri. ''Itu wilayah KPK,'' ungkapnya.

      Namun, secara informal, tentu sesama kader akan saling mengingatkan. 
''Alhamdulillah, kader kami di kabinet (Menkop dan UKM Suryadharma Ali serta 
Men BUMN Sugiharto) memenuhi kewajibannya,'' jelasnya.

      Sikap berbeda ditunjukkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Umum PKB 
A Muhaimin Iskandar menyatakan, partainya serius terhadap laporan KPK tentang 
harta kekayaan para menteri dan pejabat. Terutama laporan harta kekayaan 
Menakertrans Erman Suparno, kader PKB. ''Besok (hari ini, Red) kami rapat. Akan 
diputuskan membentuk tim atau ditangani langsung oleh pimpinan PKB,'' jelasnya 
kemarin.

      Sangat mungkin masalah Erman akan ditangani langsung oleh ketua umum dan 
Sekjen DPP PKB. ''Yang jelas, Pak Erman akan kami panggil untuk dimintai 
klarifikasi,'' ujarnya.

      Sepanjang keterangan Erman nanti masuk akal, kata Muhaimin, PKB tidak 
akan mempersoalkan. Tapi, kalau tidak masuk akal, DPP PKB akan mengusutnya. 
''Ini menyangkut nama baik partai. Tapi, sejauh ini, sebagai pengusaha, harta 
Pak Erman masih wajar,'' tegasnya.

      Dia menyatakan, ke depan, pihaknya akan lebih intens mengawasi perolehan 
kekayaan kadernya di kabinet. ''Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban PKB 
kepada konstituennya,'' katanya.(ein/tom/jpnn) 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] KPK Tak Berdaya, Sanksi Terserah Presiden Soal Dua Menteri yang Belum