** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REFLEKSI: Bagaimana dengan kasus impor senjata yang ditahan di Hawai dan senjata di rumah jenderal? Jadi apakah ini juga hanya sendiwara perwira tinggi untuk menghibur prajurit bawahan dan umum? http://www.indomedia.com/bpost/092006/4/depan/utama1.htm Jenderal Korup Diperiksa Jakarta, BPost Pengusutan kasus penggelapan dana asuransi milik prajurit TNI AD, terus bergulir. Pusat Polisi Militer TNI telah memeriksa Mayjen Salim Mangga terkait raibnya dana ratusan miliar di tubuh PT ASABRI. Departemen Pertahanan sendiri telah melaporkan empat jenderal TNI terkait dugaan penyelewengan dana sebesar Rp430 miliar milik prajurit itu. Kasus yang disebut-sebut melibatkan para jenderal itu ditangani Tim Koneksitas. Komandan Puspom TNI, Mayjen Hendardji Supandji, Minggu (3/9), membenarkan pemeriksaan terhadap Wakil Komandan Kodiklat TNI AD, Mayjen Salim Mangga. "Sudah diperiksa minggu lalu," ujarnya. Namun, saudara kandung Ketua Tim Tastipikor Hendarman Supandji ini menolak menyebut status Salim Mangga dalam kasus dugaan korupsi dana Tabungan Wajib Perumahan Prajurit tersebut. "Ya kita lihat saja nanti," cetus Hendardji yang juga anggota Tim Koneksitas itu. Salim semula disebut-sebut satu dari empat jenderal yang dilaporkan Departemen Pertahanan ke Puspom TNI karena ditengarai terkait dalam kasus dugaan korupsi senilai Rp100 miliar tersebut. Pelibatan Puspom TNI itu dilakukan karena para pengelola yang terlibat, saat kasus itu terjadi masih berstatus perwira TNI aktif. Sejauh ini, Tim Koneksitas telah menetapkan tiga tersangka, yakni Samuel Kristanto, pemilik Yayasan Mahaneim, pengusaha Dedy Budhiman Garna, dan Ketua BPTWP Kolonel Ngadimin. Sementara salah satu tokoh sentral kasus itu, Henry Leo, kini kabur ke Amerika Serikat. Pengusaha properti di Jakarta itu, disebut-sebut menjadi salah satu pelaku penggelapan dana ratusan miliar, milik prajurit TNI AD itu. Puspom TNI pun telah melayangkan panggilan kedua kepada Henry Leo untuk segera kembali ke Indonesia untuk menjalani pemeriksaan. Jika pada panggilan ketiga Henry tetap mangkir, pihak Puspom akan menjemput paksa. "Panggilan ketiga kali sudah dengan perintah menjemput dan membawanya," cetus Hendardji. Lamban Lambannya penanganan kasus dugaan korupsi di tubuh PT ASABRI itu membuat gemas kalangan DPR. Mereka mendesak Departemen Pertahanan dan Mabes TNI lebih serius menuntaskan kasus tersebut. Anggota Komisi I DPR Yusron Ihza, Minggu (3/9), mengatakan, pemerintah harus mampu membawa paksa pengusaha Henry Leo ke Indonesia guna memudahkan penuntasan kasus ASABRI tersebut. Adik kandung Mensesneg, Yusril Ihza Mahendra ini mengingatkan, kasus ASABRI telah berulang kali dibicarakan dalam Raker Komisi I dengan Menhan maupun Panglima TNI agar segera dituntaskan. "Namun penyelesaiannya berbelit-belit karena Henry Leo bebas berkeliaran di luar negeri," katanya. Ditambahkannya, meski sebagian kerugian ASABRI telah dikembalikan melalui penyitaan maupun penyerahan aset-aset milik Henry Leo, namun tindakan hukum bagi siapa pun yang terbukti terlibat penggelapan dana ASABRI harus dilaksanakan. "Pihak Bank BNI yang mencairkan deposito ASABRI -yang dijadikan agunan oleh Henry Leo- juga harus diperiksa lebih intensif," cetus Yusron. Terpisah, anggota Komisi I DPR lainnya, Boy W Saul, mengatakan, kasus penggelapan dana ASABRI akan tuntas jika mantan Direksi ASABRI, Bank BNI, dan Henry Leo, diperiksa secara lengkap. "Henry Leo harus didatangkan secara paksa ke Indonesia, dan aset-asetnya harus disita terlebih dulu, termasuk yang ada di Hongkong," katanya. Henry Leo sebenarnya bisa didatangkan secara paksa jika ada keseriusan dari pemerintah, karena Interpol bisa diminta bantuannya untuk menangkapnya. "Kunci utama menuntaskan kasus ini adalah mendatangkan Henry Leo ke Indonesia," katanya. Sebelumnya, istri Henry Leo, Yuli dalam jumpa pers di Jakarta, baru-baru ini menyatakan, suaminya bersedia pulang bila memang dipanggil untuk memberi kesaksian. "Saya jamin suami saya akan datang, dia tak akan kabur. Dia berada di Amerika trauma, karena selama 10 tahun kasus ini tak pernah jelas," ungkap Yuli yang mengaku belum menerima panggilan, baik dari Puspom maupun Kejaksaan Agung. Di sisi lain, wanita ini juga mengaku khawatir suaminya akan ditangkap begitu menginjakkan kaki ke Indonesia untuk menutupi kasus tersebut. Namun, Komandan Pumpom TNI Hendardji Supandji menjamin akan memberikan jaminan keamanan penuh kepada Henry Leo jika tiba di Indonesia. Silang Sengketa Terlepas dari upaya pengungkapan yang dilakukan Puspom TNI, kasus penggelapan dana ratusan miliar milik prajurit itu menjadi ajang saling tuding antara Henry Leo dan mantan Direktur Utama PT ASABRI, Mayjen (Purn) Subarda Midjaja. Menurut Yuli, istri Henry, kerja sama investasi antara ASABRI dan suaminya gagal karena dana tersebut tak bisa dijadikan modal kerja sama, tetapi sebaliknya justru mengalir ke tempat lain. Seperti diketahui kerja sama investasi antara ASABRI dan Henry Leo terjadi tahun 1996. ASABRI menyertakan modal berupa certificate deposit (CD) di Bank BNI 46 cabang Kota senilai Rp275 miliar --bukan Rp410 miliar seperti dituduhkan Dephan. Dari penjaminan CD itu, Henry Leo mendapatkan pinjaman kredit dari bank yang sama sebesar Rp255 miliar. Dari dana itu, Henry mentransfer Rp30 miliar ke rekening pribadi Subarda. Kemudian Rp30 miliar lagi ditransfer ke sekitar 30 perusahaan yang menjadi mitra wanprestasi ASABRI. Kemudian Rp104 miliar ke Dana Pensiun ASABRI dan PT ASABRI sendiri. Yuli mengungkapkan, total yang ditrasfer Rp135 miliar. ia pun siap menjawab kalau Subarda komplain karena mengaku punya bukti transfernya. Sementara sisa dana juga digunakan membeli kredit macet (NPL) di Bank Yudha Bakti sebesar Rp11 miliar, membeli tanah di Jatiluhur Rp15 miliar, dan membayar break deposit milik ASABRI di Bank Centris berupa promissory note (surat berharga) senilai Rp60 miliar. Total semua dana yang sudah dikeluarkan berjumlah Rp254 miliar. Desember 1997 ketika kasus ini dipermasalahkan, Sekjen Dephan Letjen Sugeng Subroto dan Henry Leo menandatangani Akta 16 berisi pengakuan investasi ASABRI ke Henry Leo sebesar Rp410 miliar. Mantan Dirut ASABRI, Mayjen Subarda Midjaya membantah adanya aliran dana dari Henry Leo ke rekening pribadinya. "Uang Rp30 miliar itu tidak hilang, karena masuk ke rekening direktur utama ASABRI, bukan ke rekening pribadi. Dana itu serta berbagai agunan lainnya telah diserahkan kepada Dephan, tidak ada sepeser pun yang saya makan," tegas Subarda. Dia menegaskan komitmennya membantu aparat hukum, termasuk Puspom TNI, untuk menuntaskan kasus penggelapan dana PT ASABRI itu secara adil dan obyektif. Karenanya, berbagai dokumen yang dipegangnya secara utuh selama 7 tahun telah diserahkan ke Dephan. Namun yang terpenting, lanjut dia, menangkap terlebih dahulu Henry Leo yang telah menggelapkan dana ASABRI. Dirut ASABRI Tabrie sendiri membantah adanya kredit macet sebesar Rp430 miliar seperti dilaporkan anggota Komisi I DPR, Ade Daud Nasution. Menurut dia, pinjaman Rp430 miliar bukan urusan ASABRI, melainkan urusan Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit (YKPP). "ASABRI sendiri memiliki kinerja sehat. Bahkan, 2004-2006 kinerja ASABRI sehat sekali," cetusnya. tnr/ant [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **