** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/9/15/o2.htm Praktik jual-beli buku tersebut, tetapi harus dilihat juga dari kebijakan pemerintah. Bagaimana pun upaya perbaikan profesi guru itu adalah kebijakan politik. Praktik jual-beli buku tersebut bisa jadi merupakan cermin dari kegagalan kebijakan politik pendidikan. ----------------------- Jangan hanya ''Marah'', Lihat juga Kebijakannya Oleh GPB Suka Arjawa ''KEMARAHAN'' Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Bambang Sudibyo atas adanya guru yang menjual buku ke siswa, cukup membikin terkejut. Masalah jual-menjual buku antara guru dengan siswa bukanlah persoalan baru. Pada dekade delapan puluhan sudah ada. Ini tidak saja terjadi di tingkat pendidikan menengah, tetapi dalam beberapa kasus juga terjadi pada ajang pendidikan tinggi, meski dengan cara terselubung. Karena itu, ketika mendengar adanya ''kemarahan'' Menteri tersebut, keterkejutan kita terletak bukan pada adanya pola dagang antara guru dan siswa, tetapi terletak pada waktu reaksi sang Menteri. Mengapa ''marahnya'' baru sekarang, di saat reformasi telah berlangsung lebih dari sewindu? ---------------------------- Jika coba dilihat dari latar belakang ''kemarahan'' Menteri tersebut, kemungkinan masih berkaitan dengan pemikiran tentang upaya pembaruan pendidikan di Indonesia. Dalam upaya pembaruan itu, bukan saja konsep pendidikan berbasis kompetensi atau kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pernah didengung-dengungkan, tetapi juga upaya peningkatan profesionalisme guru. Pemerintah mencoba menyetarakan profesi guru dengan profesi-profesi lainnya seperti dokter, wartawan atau malah seniman. Menyangkut upaya tersebut, pemerintah hendak meningkatkan penghasilan guru berkali lipat dibanding dengan penghasilan yang diterimanya saat ini. Sudah bukan rahasia lagi jika gaji guru sangat rendah saat ini, sehingga banyak berprofesi tambahan yang membuat konsentrasi mengajar berkurang. Untuk bisa mendapatkan penghasilan yang berlipat-lipat itu, pemerintah menetapkan standar-standar tertentu yang harus dipatuhi, di antaranya guru harus seorang sarjana. Dalam hal peningkatan image, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan profesi dan kesejahteraan guru amatlah berhasil. Kini jurusan pendidikan guru yang ada di perguruan tinggi, dibanjiri peminat, melebihi minat kepada fakultas kedokteran, teknik, atau ekonomi. Bulan Desember 2004 salah satu program kerja Menteri Pendidikan Nasional adalah pencanangan dan pemantapan guru sebagai profesi. Melalui motto ''Guru sebagai Profesi'' Depdiknas berencana untuk meningkatkan kualitas guru dan sekaligus mengembangkan profesi guru sejajar dengan profesi lain. Diukur dari saat sekarang, program tersebut telah berlangsung lebih satu setengah tahun. Dengan demikian ''kemarahan'' Menteri Pendidikan Indonesia itu kemungkinan besar merupakan keterkejutan dan kekesalan karena satu setengah tahun setelah pencanangan itu, ternyata praktik pelecehan terhadap profesi guru masih terlihat. Praktik itu ternyata bisa dijumpai di Bali, propinsi yang dipandang mempunyai penghasilan ekonomi rata-rata lebih besar dibanding propinsi lain. Kalau memang demikian halnya, dari sisi politik sebenarnya kemarahan Menteri itu tidak cukup berdasarkan atas dijumpainya praktik jual-beli buku tersebut, tetapi harus dilihat juga dari kebijakan pemerintah. Bagaimana pun upaya perbaikan profesi guru itu adalah kebijakan politik. Praktik jual-beli buku tersebut bisa jadi merupakan cermin dari kegagalan kebijakan politik pendidikan. Karena itu seharusnyalah juga pemerintah (dalam hal ini Menteri Pendidikan) melihat bagaimana keseriusan pemerintah menerjemahkan dukungan terhadap profesi guru. Misalnya apakah birokrasi untuk menembus upaya penyetaraan sarjana sudah disederhanakan atau masih berbelit-belit. Apakah dana untuk membayar gaji guru itu sudah benar-benar tersedia. Kapan peningkatan kesejahteraan itu bisa dilaksanakan dan kepada strata guru yang mana yang harus lebih cepat. Demikian juga komponen-komponen lainnya. Apabila beberapa pertanyaan terakhir ini masih belum bisa dijawab dengan baik, itu berarti kasus jual-beli buku murid-guru itu tidak lain dari cermin kegagalan kebijakan politik pemerintah di bidang pendidikan. Di masa lalu, pendidikan dan pekerjaan sebagai guru tidak bisa lepas dari masalah politik. Karena pengaruh politik itu begitu lama dan mendalam, maka amatlah susah untuk mengubah perilaku guru hanya dalam waktu lima tahun, apalagi dalam dua tahun. Jadi Bemper Menurut pengamat pendidikan Ari Kristianawati, rendahnya mutu atau kapabilitas guru di Indonesia selama ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor struktural. Para guru selama tiga dekade Orde Baru dijadikan ''bemper'' politik bagi kekuatan Partai Golkar. Guru dijadikan agen politik pembangunanisme dan juga agen pemenangan program politik Golkar. Melalui organisasi Korpri dan PGRI, mereka dijadikan proyek korporatisme negara. Akibatnya para guru tidak memiliki jiwa pembaruan dan inisiatif dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan serta keberanian mengembangkan inovasi pembelajaran yang terlepas dari politik pendidikan. Kedua, kuatnya politik pendidikan, yang mengontrol arah dan sistem pendidikan selama tiga dekade membuat para guru seperti ''robot'' yang dipenjara melalui tugas-tugas kedinasan yang stagnan. Ketiga, rendahnya tingkat kesejahteraan guru Indonesia membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar karena selalu mengurusi persoalan ekonomi keluarga. Keempat, kuatnya kultur feodalistik dalam dunia pendidikan, sehingga tidak terjadi proses social clustering dan regenerasi eksklusif komunitas guru muda. Pola regenerasi bukan atas dasar kemampuan akademik dan kemampuan mengajar guru, namun level kepangkatan. Faktor-faktor itulah yang seharusnya sekarang menjadi perhatian dari Bapak menteri, agar tidak buru-buru melapor ke DPR. Apalagi ngelapornya terkesan lambat! ------------------------ * Guru selama tiga dekade Orde Baru dijadikan ''bemper'' politik bagi kekuatan Partai Golkar. * Melalui organisasi Korpri dan PGRI, guru dijadikan proyek korporatisme negara. * Kuatnya politik pendidikan, yang mengontrol arah dan sistem pendidikan selama tiga dekade membuat para guru seperti ''robot'' yang dipenjara melalui tugas-tugas kedinasan yang stagnan. * Rendahnya tingkat kesejahteraan guru Indonesia membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar karena selalu mengurusi persoalan ekonomi keluarga. * Kuatnya kultur feodalistik dalam dunia pendidikan, sehingga tidak terjadi proses social clustering dan regenerasi eksklusif komunitas guru muda. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **