[nasional_list] [ppiindia] Jangan hanya ''Marah'', Lihat juga Kebijakannya

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 14 Sep 2006 23:55:58 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/9/15/o2.htm


Praktik jual-beli buku tersebut, tetapi harus dilihat juga dari kebijakan 
pemerintah. Bagaimana pun upaya perbaikan profesi guru itu adalah kebijakan 
politik. Praktik jual-beli buku tersebut bisa jadi merupakan cermin dari 
kegagalan kebijakan politik pendidikan.

-----------------------

Jangan hanya ''Marah'', Lihat juga Kebijakannya
Oleh GPB Suka Arjawa 



''KEMARAHAN'' Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Bambang Sudibyo atas adanya 
guru yang menjual buku ke siswa, cukup membikin terkejut. Masalah jual-menjual 
buku antara guru dengan siswa bukanlah persoalan baru. Pada dekade delapan 
puluhan sudah ada. Ini tidak saja terjadi di tingkat pendidikan menengah, 
tetapi dalam beberapa kasus juga terjadi pada ajang pendidikan tinggi, meski 
dengan cara terselubung. Karena itu, ketika mendengar adanya ''kemarahan'' 
Menteri tersebut, keterkejutan kita terletak bukan pada adanya pola dagang 
antara guru dan siswa, tetapi terletak pada waktu reaksi sang Menteri. Mengapa 
''marahnya'' baru sekarang, di saat reformasi telah berlangsung lebih dari 
sewindu?

----------------------------

Jika coba dilihat dari latar belakang ''kemarahan'' Menteri tersebut, 
kemungkinan masih berkaitan dengan pemikiran tentang upaya pembaruan pendidikan 
di Indonesia. Dalam upaya pembaruan itu, bukan saja konsep pendidikan berbasis 
kompetensi atau kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pernah 
didengung-dengungkan, tetapi juga upaya peningkatan profesionalisme guru. 
Pemerintah mencoba menyetarakan profesi guru dengan profesi-profesi lainnya 
seperti dokter, wartawan atau malah seniman. Menyangkut upaya tersebut, 
pemerintah hendak meningkatkan penghasilan guru berkali lipat dibanding dengan 
penghasilan yang diterimanya saat ini.

Sudah bukan rahasia lagi jika gaji guru sangat rendah saat ini, sehingga banyak 
berprofesi tambahan yang membuat konsentrasi mengajar berkurang. Untuk bisa 
mendapatkan penghasilan yang berlipat-lipat itu, pemerintah menetapkan 
standar-standar tertentu yang harus dipatuhi, di antaranya guru harus seorang 
sarjana. Dalam hal peningkatan image, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan 
profesi dan kesejahteraan guru amatlah berhasil. Kini jurusan pendidikan guru 
yang ada di perguruan tinggi, dibanjiri peminat, melebihi minat kepada fakultas 
kedokteran, teknik, atau ekonomi.

Bulan Desember 2004 salah satu program kerja Menteri Pendidikan Nasional adalah 
pencanangan dan pemantapan guru sebagai profesi. Melalui motto ''Guru sebagai 
Profesi'' Depdiknas berencana untuk meningkatkan kualitas guru dan sekaligus 
mengembangkan profesi guru sejajar dengan profesi lain. Diukur dari saat 
sekarang, program tersebut telah berlangsung lebih satu setengah tahun. Dengan 
demikian ''kemarahan'' Menteri Pendidikan Indonesia itu kemungkinan besar 
merupakan keterkejutan dan kekesalan karena satu setengah tahun setelah 
pencanangan itu, ternyata praktik pelecehan terhadap profesi guru masih 
terlihat. Praktik itu ternyata bisa dijumpai di Bali, propinsi yang dipandang 
mempunyai penghasilan ekonomi rata-rata lebih besar dibanding propinsi lain.

Kalau memang demikian halnya, dari sisi politik sebenarnya kemarahan Menteri 
itu tidak cukup berdasarkan atas dijumpainya praktik jual-beli buku tersebut, 
tetapi harus dilihat juga dari kebijakan pemerintah. Bagaimana pun upaya 
perbaikan profesi guru itu adalah kebijakan politik. Praktik jual-beli buku 
tersebut bisa jadi merupakan cermin dari kegagalan kebijakan politik 
pendidikan. Karena itu seharusnyalah juga pemerintah (dalam hal ini Menteri 
Pendidikan) melihat bagaimana keseriusan pemerintah menerjemahkan dukungan 
terhadap profesi guru. Misalnya apakah birokrasi untuk menembus upaya 
penyetaraan sarjana sudah disederhanakan atau masih berbelit-belit. Apakah dana 
untuk membayar gaji guru itu sudah benar-benar tersedia. Kapan peningkatan 
kesejahteraan itu bisa dilaksanakan dan kepada strata guru yang mana yang harus 
lebih cepat. Demikian juga komponen-komponen lainnya. Apabila beberapa 
pertanyaan terakhir ini masih belum bisa dijawab dengan baik, itu berarti kasus 
jual-beli 
 buku murid-guru itu tidak lain dari cermin kegagalan kebijakan politik 
pemerintah di bidang pendidikan. 

Di masa lalu, pendidikan dan pekerjaan sebagai guru tidak bisa lepas dari 
masalah politik. Karena pengaruh politik itu begitu lama dan mendalam, maka 
amatlah susah untuk mengubah perilaku guru hanya dalam waktu lima tahun, 
apalagi dalam dua tahun.



Jadi Bemper

Menurut pengamat pendidikan Ari Kristianawati, rendahnya mutu atau kapabilitas 
guru di Indonesia selama ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor 
struktural. Para guru selama tiga dekade Orde Baru dijadikan ''bemper'' politik 
bagi kekuatan Partai Golkar. Guru dijadikan agen politik pembangunanisme dan 
juga agen pemenangan program politik Golkar. Melalui organisasi Korpri dan 
PGRI, mereka dijadikan proyek korporatisme negara. Akibatnya para guru tidak 
memiliki jiwa pembaruan dan inisiatif dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan 
serta keberanian mengembangkan inovasi pembelajaran yang terlepas dari politik 
pendidikan.

Kedua, kuatnya politik pendidikan, yang mengontrol arah dan sistem pendidikan 
selama tiga dekade membuat para guru seperti ''robot'' yang dipenjara melalui 
tugas-tugas kedinasan  yang stagnan. Ketiga, rendahnya tingkat kesejahteraan 
guru Indonesia membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi dan 
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar karena selalu mengurusi persoalan 
ekonomi keluarga.

Keempat, kuatnya kultur feodalistik dalam dunia pendidikan, sehingga tidak 
terjadi proses social clustering dan regenerasi eksklusif komunitas guru muda. 
Pola regenerasi bukan atas dasar kemampuan akademik dan kemampuan mengajar 
guru, namun level kepangkatan.

Faktor-faktor itulah yang seharusnya sekarang menjadi perhatian dari Bapak 
menteri, agar tidak buru-buru melapor ke DPR. Apalagi ngelapornya terkesan 
lambat!

------------------------

* Guru selama tiga dekade Orde Baru dijadikan ''bemper'' politik bagi kekuatan 
Partai Golkar. 

* Melalui organisasi Korpri dan PGRI, guru dijadikan proyek korporatisme 
negara. 

* Kuatnya politik pendidikan, yang mengontrol arah dan sistem pendidikan selama 
tiga dekade membuat para guru seperti ''robot'' yang dipenjara melalui 
tugas-tugas kedinasan yang stagnan.

* Rendahnya tingkat kesejahteraan guru Indonesia membuat mereka tidak bisa 
optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar 
karena selalu mengurusi persoalan ekonomi keluarga.

* Kuatnya kultur feodalistik dalam dunia pendidikan, sehingga tidak terjadi 
proses social clustering dan regenerasi eksklusif komunitas guru muda. 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Jangan hanya ''Marah'', Lihat juga Kebijakannya