[nasional_list] [ppiindia] Harga Minyak dan Ekonomi Indonesia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 19 Jul 2006 01:10:21 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **ANALISIS EKONOMI

Harga Minyak dan Ekonomi Indonesia
Oleh Umar Juoro


Pengamat Ekonomi 


Rabu, 19 Juli 2006
Harga minyak dunia kembali berkisar pada tingkatan 78 dolar AS per barel dan 
kemungkinannya masih meningkat lagi seiring ekskalasi konfik di Timur Tengah. 
Harga minyak dunia ini terutama ditentukan oleh pasar berjangka (forward 
market) yang sangat sensitif terhadap situasi terkini, tidak saja penawaran dan 
permintaan minyak dunia, tetapi juga kondisi sosial politik. 

Sebenarnya jumlah minyak yang diperdagangkan di pasar berjangka ini hanya 
sekitar 30% dari total pasokan minyak dunia. Namun karena pasar ini didominasi 
oleh perusahaan keuangan bermodal besar, maka pengaruhnya juga demikian besar 
terhadap pergerakan harga minyak dunia. Bahkan dalam hal tertentu, pengaruhnya 
lebih besar daripada organisasi negara produsen minyak OPEC. 

Bagi ekonomi Indonesia, kenaikan harga minyak dunia mempunyai dua sisi dampak 
berbeda. Di satu sisi menguntungkan karena meningkatnya penerimaan dari minyak. 
Namun di sisi lain menimbulkan masalah karena meningkatnya subsidi bagi 
pemerintah dan meningkatnya biaya produksi bagi dunia usaha, karena bahan bakar 
minyak (BBM) untuk industri tidak lagi disubsidi pemerintah. 

Dari sudut pandang ekonomi, harga minyak di dalam negeri harus mengikuti 
perkembangan harga minyak dunia karena pentingnya peran harga dalam menentukan 
arah perekonomian. Namun dari pertimbangan bisnis dan sosial politik di dalam 
negeri, kenaikan harga minyak mempunyai implikasi besar dalam menekan kegiatan 
bisnis dan dapat memicu masalah sosial politik yang serius. 

Sebelum krisis, pada saat produksi minyak Indonesia dalam tingkatan optimal 
sekitar 1,2 juta barel per hari, kenaikan harga minyak lebih banyak 
menguntungkan -- terutama karena penerimaan lebih besar dalam bentuk dolar. 
Namun pada masa krisis, ketika produksi minyak tidak lagi optimal, di bawah 1 
juta barel per hari dan konsumsi BBM meningkat tajam, kenaikan harga minyak 
dunia lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. 

Pengaruh negatif kebijakan pemerintah Oktober 2005 menaikkan harga BBM sekitar 
126% terhadap dunia bisnis dan sosial ekonomi masyarakat masih demikian besar. 
Inflasi pada waktu itu melonjak tajam dan menyebabkan daya beli masyarakat juga 
menurun tajam serta belum juga pulih sampai sekarang ini. Kenaikan harga BBM 
juga menambah biaya produksi yang demikian besar pada dunia usaha yang belum 
benar-benar dapat diatasi. Karena itu, kecenderungan perekonomian mengalami 
pelemahan sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan pertumbuhan setiap triwulan. 

Sayang sekali kenaikan harga minyak dunia ini tidak dapat kita nikmati secara 
optimal karena kecenderungan menurunnya produksi minyak dalam negeri. Tampaknya 
kecenderungan ini masih akan berlangsung karena minimnya investasi, terutama 
untuk eksplorasi ladang minyak baru. Tidak adanya insentif dan lemahnya 
kerangka hukum menyebabkan minimnya investasi minyak di Indonesia. Sampai 
pemerintah berani melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki lingkungan 
investasi di bidang perminyakan, maka peningkatan produksi minyak tidak akan 
terjadi -- bahkan kecenderungannya terus menurun. 

Dari sisi APBN, kenaikan harga minyak akan mendorong pemerintah untuk 
menyesuaikan asumsi harga minyak dalam APBN. Secara umum dapat dikatakan bahwa 
keuntungan dari meningkatnya penerimaan dan meningkatnya subsidi BBM karena 
kenaikan harga minyak akan saling menghilangkan (cancel off). Karena itu 
beralasan jika pemerintah tidak terlalu khawatir pengaruh kecenderungan 
kenaikan harga minyak dunia terhadap APBN. 

Namun implikasi pada dunia bisnis sangat serius. Sementara implikasi kenaikan 
harga BBM tahun lalu saja belum dapat diatasi, kini kembali terjadi kenaikan 
harga minyak yang semakin memberatkan kegiatan dunia usaha. 

Tingginya harga minyak juga menjadi penghalang bagi masuknya investasi ke 
Indonesia. Sebelum krisis, salah satu alasan kuat masuknya investasi ke 
Indonesia adalah relatif murahnya harga energi. Dengan harga BBM yang setaraf 
dengan pasar internasional untuk kebutuhan industri, maka pendorong untuk 
masuknya investasi menjadi berkurang besar. Alasan masih relatif murahnya harga 
energi di China menyebabkan berbondong-bondongnya investor masuk ke negeri itu. 

Jika tidak dapat memberikan subsidi BBM lagi kepada industri, pemerintah harus 
memberikan insentif lain untuk menarik investasi. Misalnya dalam penggunaan 
sumber energi lain yang harganya lebih kompetitif. Pemerintah sendiri berencana 
mendorong pemanfaatan gas. Namun produksi gas di Indonesia juga tidak optimal 
karena lemahnya insentif bagi investor di kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. 

Penetapan harga gas di dalam negeri yang lebih rendah dari harga internasional 
membuat investasi di kegiatan produksi gas menjadi semakin tidak menarik. 
Insentif yang lebih menarik dapat diberikan kepada produsen gas yang tergolong 
marjinal, terutama untuk produsen dalam negeri, yang pasarnya dikhususkan untuk 
dalam negeri, dengan harga lebih rendah tetapi tetap menguntungkan bagi 
produsen gas. Jika produksi gas dapat optimal, masalah pemasaran dalam dan luar 
negeri tidak akan menjadi serius lagi. 

Demikan pula dalam penggunaan batu bara sebagai sumber energi. Potensi besar 
batu bara di Indonesia juga tidak banyak berarti karena pengelolaannya tidak 
optimal akibat insentif yang praktis tidak ada dan kerangka hukum yang tidak 
mendukung. Masalahnya, sumber energi batu bara ini mempunyai dampak lingkungan 
yang besar. Sumber energi alternatif, seperti etanol, yang bersumber dari 
tanaman, cukup prospektif. Namun kemungkinan penggunaannya masih terbatas pada 
kegiatan transportasi. 

Dalam menghadapi kecenderungan meningkatnya harga minyak dan energi pada 
umumnya, kebijakan ekonomi semestinya diarahkan pada keadaan yang membuat kita 
lebih diuntungkan oleh kenaikan harga energi ini dengan memanfaatkan keunggulan 
komparatif yang tinggi dalam sumber energi, baik konvensional maupun 
alternatif.*** 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts: