[nasional_list] [ppiindia] Catatan Di Meja Nusa Dua & Café Bandar:Catatan Di Meja Nusa Dua & Café Bandar: TENTANG 'BANGSA KLIEN'DAN SOAL-SOAL LAINNYA -- 6

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 23 Jan 2006 01:40:21 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Catatan Di Meja Nusa Dua & Café Bandar:



TENTANG 'BANGSA KLIEN'DAN SOAL-SOAL LAINNYA. 


6.


Pada kesempatan ini saya tidak memasuki semua masalah konsepsional, baik yang 
diajukan siaran-siaran panitya, termasuk oleh Irfan. Saya hanya memilih 
soal-soal [1]. kampung versus kota; [2].guyup [ejaan Kamus Besar Bahasa 
Indonesia: 'guyub'] dan religius; [3].penyingkiran antar seniman.


4.2. Guyup Dan Religius:

"Ruh Kampung" yang ingin dicoba dibangun dan di 'ode'kan oleh Pertemuan dengan 
'solusi kekampungan'nya adalah semangat "kebersamaan dan kegotongroyongan. 
Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Mencoba  membentuk kembali 
kebersamaan antara seniman dan masyarakat, yang jadi sumber inspirasi bagi 
karya-karyanya.Menjadikan kembali masyarakat yang tinggal di kampung sebagai 
saudara sekandung, yang sudah lama ditinggalkan, dengan cara menghapuskan lagi 
jarak". Dengan singkat membangun kembali semangat 'guyup', semangat 
gotongroyong, atau jika menggunakan ungkapan-ungkapan Dayak: semangat 'rumah 
betang'[rumah panjang], habaring hurung, handep.Semangat 'kampung' atau 'rumah 
betang' ini dimaksudkan tidak lain daripada untuk memanusiawikan manusia dan 
menjadikan bumi atau kampunghalaman sebagai tempat hidup manusiawi anak 
manusia. Dalam konsep etnik Dayak dituangkan sebagai 'rengan tingang nyanak 
jata' [anak enggang putera-puteri naga].Hanya saja semangat ini sejalan dengan 
perobahan perkembangan 'struktur dasar [basic structure],terutama cara produksi 
[mode of production],"ruh kampung' sebagai hubungan produksi [relation of 
production] bagian dari bangunan atas [super structure], mengalami kemunduran. 
Cara produksi baru telah mengobrak-abrik hubungan produksi lama termasuk 'ruh 
kampung'. Di hadapan keadaan ini maka dalam skala dunia dicoba dibangun yang 
disebut 'tata ekonomi bersolidaritas' berdasarkan pemberdayaan agar rakyat 
menjadi aktor sendiri dari pembangunan, globalisasi kapitalis dihadapi oleh 
jalan Porto Allegre yang disebut 'Alter Mondial' yang antara lain 
bersemboyankan 'dunia tidak untuk dijual', 'l'autre monde est possible' [dunia 
lain adalah mungkin). Sesuai dengan semangat ini maka di Kalimantan, terutama 
di Kalbar dan Kalteng, sedang serta terus digalakkan pengembangan yang disebut 
Credit Union [CU] sebagai alternatif berbasiskan budaya betang yang nampaknya 
mulai jadi janin gerakan. Janin gerakan ini bekerja dengan menggunakan sistem 
jaringan berdasarkan semangat 'rumah betang', lamin atau 'ruh kampung' atau 
'guyup' ['guyub', menurut cara eja Kamus Besar Bahasa Indonesia], jika 
menggunakan istilah Rumah Dunia.

Apakah Pertemuan  ODE KAMPUNG RUMAH DUNIA berada di jalur pemberdayaan 
masyarakat dan pengembangan serta penguatan sistem kerja jaringan untuk 
membangun 'Alter Mondial'berangkat dari kampunghalaman bernama Republik 
Indonesia setelah melihat bahwa 'ruh kampung' tergeletak di tengah laju 
perkembangan keadaan? 

Barangkali terlalu awal menjawab pertanyaan ini sekarang sekalipun bayangan 
mimpi demikian memang nampak di tengah rumusan simpang-siur yang tak tertata 
dan tak terumus cermat. Yang bisa menjawab pasti pertanyaan ini adalah waktu 
yang akan memperlihatkan hasil dan pelaksanan hasil pertemuan serta yang di 
'ode'kan. Yang pasti untuk Republik dan Indonesia, sebagai rangkaian nilai, 
kukira, sektarianisme hanya berakhir di jalan buntu dan petaka dari mana pun 
datangnya dan oleh siapapun ia dilakukan.

Saya tidak menyangkal bahwa di negeri ini, di kebudayaan negeri ini, ciri 
religiusitas memang masih menonjol. Inipun agaknya dilihat oleh Bung Karno 
sehingga dalam Pancasilanya ia menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila 
pertama. Hanya jika mengamati apa yang ada di Kalteng, kongretnya di Kasongan, 
Kabupaten Katingan, adanya ciri religiusitas [terutama sebelum Orba], ciri 
religiusitas tidak menempatkan toleransi pada ruang sempit dengan jendela dan 
pintu tertutup rapat. Budaya Kaharingan yang berdominasi tidak menekan 
penganut-penganut agama Islam atau Kristen Protestan.Kuburan orang Kaharingan, 
Islam dan Protestan Evangelis berada di satu kompleks tanpa pemilihan bahwa 
daerah ini atau daerah itu untuk orang-orang dari agama ini atau itu. Patahu 
[tempat persembahan orang berbudaya Kaharingan] dan betang  berada 
damping-dampingan dengan mesjid dan gereja. Konflik memang pernah terjadi pada 
waktu perlawanan menghalau kolonialisme Belanda tapi tidak karena perbedaan 
agama melainkan karena sikap terhadap penjajah. Agama bagi penduduk Kasongan, 
Katingan, dipandang sebagai pilihan masing-masing sehingga tidak sedikit di 
dalam satu keluarga terdapat yang beragama Islam, Protestan dan berbudaya 
Kaharingan. Pada tahun 2001 pernah agama diperpolitisasi untuk kepentingan 
elite politik [tentu oleh pihak yang terkait] tapi usaha ini gagal total. Untuk 
tradisi toleransi dan sikap menghadapi perbedaan dan hidup berbeda begini masih 
bisa bertahan sampai sekarang sekali pun dalam pemilu ini dan itu, terutama 
untuk jabatan-jabatan kunci, soal agama diperpolitisir hingga menimbulkan 
ketegangan. Dari sini saya melihat bahwa bukan perbedaan yang menjadi dasar 
konflik dan keresahan sosial tapi diperpolitisirnya perbedaan.

Kukira seorang sastrawan dan seniman selayaknya bisa tajam dan bisa jelas 
melihat permasalahan jika memang ingin menyatu dengan masyarakat serta menjaga 
'ruh kampung' demi memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat, bukan 
turut menumpahkan darah saudara sendiri atau bukan dan menjadi penyulut konflik 
dan keresahan sosial secara tidak perlu dengan keangkuhan mayoritas dan 
absolutisme baik langsung atau pun tidak langsung.

Religiusitas apakah suatu kemestian menganut suatu agama tertentu? Dari praktek 
dan keadaan yang saya lihat di Kasongan, Katingan, saya melihat bahwa 
religiusitas [dalam hal ini saya tidak sepakat dengan rumusan Kamus Besar 
Bahasa Indonesia], adalah ruang besar di mana segala agama, keyakin, 
kepercayaan dan aliran mempunyai tempat yang layak. Religiusitas adalah tidak 
lain dari rangkaian nilai republiken dan Indonesia juga adanya. Pembatasan 
religiusitas pada 'anutan sesuatu agama saja' seperti rumusan Kamus Besar 
Bahasa Indonesia yang tidak kurang dari kelemahan [hlm.739] kukira bertentangan 
dengan kenyataan kebudayaan bahkan kehidupan  di negeri ini. Pembatasan begini 
hanyalah satu penafsiran.Saya lebih dekat pada pendapat Djohan Effendi yang 
memandang bahwa tidak percaya pada Tuhan pun punya tempat di negeri ini, dan 
keyakinan atau pandangan begini pun punya tempat dalam republik dan Indonesia 
yang bhinneka tunggal ika. Bahwa benar yang percaya pada agama dengan sistem ke 
Tuhanannya dan rangkaian upacaranya, merupakan mayoritas, tapi Republik dan 
Indonesia tidak melenyapkan hak hidup minoritas. Saya menolak 
kesewenang-wenangan mayoritas yang tentu saja bertentangan dengan 'ruh kampung' 
dan apakah juga sesuai dengan nilai ke Tuhanan serta monotheisme atau pun 
polytheisme? Dalam konteks sekarang, saya mengkhawatirkan monotheisme dijadikan 
alat penindas. Di sejarah Dayak Kalteng saya melihat kongkret bentuk 
monotheisme jadi kawan seiring kolonialisme dalam menghancurkan budaya lokal 
dan menduduki daerah, misalnya dengan 'teori ragi usang', 'teori pengosongan 
gelas' dan atau 'mission sacrée' serta penyebutan Dayak sebagai etnik primitif. 
Di Amerika Latin, ia sangat berdarah terhadap Amerindian.Praktek penindasan 
oleh mayoritas adalah bertentangan dengan konsep 'cinta' dan 'ruh kampung' yang 
disebut-sebut oleh siaran Rumah Dunia. Entah kalau konsep 'cinta' dimaknakan 
dengan hak melikwidasi minoritas dan yang berbeda. Tokoh Yesus, dalam hal ini 
adalah ujud dari teori dan praktek 'cinta' yang konsekwen sampai untuk 
'cinta'nya, ia sanggup mati di salib Golgotha.

Bertolak dari pandangan di atas, kiranya konsep 'guyup dan religius' yang 
digunakan oleh Rumah Dunia dalam menyelenggarakan Pertemuan ODE KAMPUNG RUMAH 
DUNIA masih   perlu penjelasan lebih lanjut. Apakah 'guyup dan religius" sama 
dengan dominasi mayoritas dan mengabaikan hak hidup minoritas, perbedaan dan 
mereka yang masih disingkirkan secara terbuka? Ataukah 'solusi kampung' yang di 
'ode'kan hanyalah bentuk baru dari 'mission sacréé' terselubung?  

Pertanyaan-pertanyaan ini erat hubungannya dengan masalah berikutnya yaitu 
penyingkiran antar dan di kalangan seniman.


Paris, Januari 2006.
JJ. Kusni

[Bersambung...]


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Catatan Di Meja Nusa Dua & Café Bandar:Catatan Di Meja Nusa Dua & Café Bandar: TENTANG 'BANGSA KLIEN'DAN SOAL-SOAL LAINNYA -- 6