** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REFLEKSI: Makin banyak orang buturuf makin hebat keroncong perut bergelora dan makin keras suara dongengan fatamorgana penguasa tentang keadilan dan kesejahteraan dibawah naungan langit biru penuh kabut debu gurun pasir. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/9/9/o2.htm Aplikasi dari UUD 1945 berjalan timpang dan tidak mampu diterjemahkan ke dalam realitas yang lebih kongkret. Sehingga yang menjadi korban tetaplah mereka yang tergolong miskin alias tak berduit. ---------------------- Buta Huruf, Cermin Matinya Pendidikan Kita Oleh A. Yusrianto Elga FENOMENA buta huruf adalah persoalan kita bersama. Karena itu, pada Jumat 8 September 2006, kita sebagai bangsa Indonesia memperingati Hari Aksara. Masih dalam suasana Hari Aksara, momentum ini sangat penting dijadikan sebagai refleksi dan mediasi kebangkitan bangsa Indonesia yang masih terpuruk karena banyaknya jumlah penduduk yang masih buta huruf. Pada 2005 jumlah buta huruf 14.595.088 orang dari 230 juta penduduk Indonesia. Pada semester pertama 2006 turun menjadi 13.182.492 orang. ---------------------------- Berangkat dari realitas faktual tersebut, tidak mengherankan kalau bangsa Indonesia sangat sulit mencapai peradaban gemilang sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lainnya di belahan penjuru dunia. Kita tidak mungkin dapat berbuat banyak, apalagi harus bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Tingginya penduduk yang buta huruf dari tahun ke tahun, disadari maupun tidak, merupakan implikasi dari sangat sulitnya pendidikan diakses oleh mereka. Sebab, penduduk yang buta huruf rata-rata berasal dari keluarga miskin. Sehingga untuk mendapatkan pendidikan sulitnya bukan main. Randal Collin dalam ''The Credential Society; An Historical Sosiology of Education Stratification'' menyinggung tentang wajah buram pendidikan yang masih menyisakan persoalan berupa nasib masyarakat miskin yang kesulitan mendapatkan pendidikan. Pendidikan bagi mereka merupakan sesuatu yang langka yang untuk mendapatkannya sangat mustahil. Sehingga sepanjang sejarah hidupnya, yang miskin tetaplah miskin sedangkan yang kaya tetaplah kaya dengan menikmati pendidikan dengan segala fasilitasnya. Realitas keberpihakan di atas pada dasarnya sudah tidak menjadi rahasia umum lagi. Pendidikan sudah kehilangan nilai substansinya dengan menempatkan yang kaya di atas segala-galanya. Padahal dalam UUD 1945 pasal 31 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dalam konteks ini, berarti tidak ada dikotomi antara yang kaya apalagi yang miskin untuk sama-sama mendapatkan pendidikan. Namun, apa yang terjadi sepanjang sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia? Aplikasi dari UUD 1945 berjalan timpang dan tidak mampu diterjemahkan ke dalam realitas yang lebih kongkret. Sehingga yang menjadi korban tetaplah mereka yang tergolong miskin alias tak berduit. Fenomena ini tentu saja memunculkan pesimisme yang begitu berlebihan di kalangan mereka untuk ikut serta mengenyam pendidikan. Sebab, bagaimana pun UUD 45 tidak lebih hanya sebagai konstitusi buram yang sudah tidak bisa lagi menjamin rakyat miskin menjadi cerdik pandai. Fenomena yang belakangan ini masih menjadi perdebatan hangat inilah yang oleh Randal Collin disebut sebagai stratifikasi dalam dunia pendidikan. Sebuah pendidikan yang telah menyebabkan rakyat berkelas-kelas, di mana orang miskin ''dilarang'' sekolah. Masyarakat Miskin Jika demikian yang terjadi, mungkinkah pendidikan masih menjadi instrumen pembebasan untuk benar-benar memanusiakan manusia? Sebab, kalau kita amati sepanjang sejarah eksistensinya, pendidikan di Indonesia masih menyisakan persoalan yang amat krusial. Di antaranya adalah berupa nasib masyarakat miskin yang hingga kini belum menemukan titik kepastian. Dengan demikian, pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia, khususnya dalam konteks keindonesiaan, dibutuhkan pemaknaan kongkret yang menyentuh pada tataran substansif. Sebab, hal itu lebih mengedepankan spirit untuk benar-benar melenyapkan stratifikasi dalam dunia pendidikan. Sehingga pada akhirnya pula pendidikan tidak hanya dinikmati oleh para elite, akan tetapi yang miskin pun akan menikmatinya sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Pedagogik kenamaan Paulo Freire dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Pedagogy of Hope" (1994) mengatakan bahwa tujuan pendidikan bukanlah berpihak kepada partai ini atau partai itu, juga agama ini agama itu, yang sektarian atau ideologis, (apalagi antara yang kaya dengan yang miskin), melainkan pada tujuan pendidikan untuk "pembebasan". Ungkapan seorang Paolu Freire di atas pada dasarnya terinspirasi oleh tujuan fundamental pendidikan yang saat ini disalahkaprahkan. Pendidikan telah diposisikan pada arah yang membingungkan dengan membuat jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. Sehingga melihat kondisi dilematis ini, Paulo Freire dengan tegas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk "pembebasan". Kondisi serupa sebenarnya juga tengah kita alami di negara yang semakin hari semakin dijangkiti aneka ragam persoalan. Pendidikan yang sejatinya diperuntukkan bagi seluruh warga negara Indonesia, pada kenyataannya hanya dinikmati oleh orang-orang yang masuk kategori kaya. Akibatnya, sangat banyak saudara-saudara kita yang telantar sehingga harus rela berkutat dengan kebodohan (buta huruf). Semua ini disadari atau tidak, adalah merupakan implikasi yang kontraproduktif dengan cita-cita luhur negara kita yang ternyata masih mencita-idealkan terwujudnya "kecerdasan semua warga". Berangkat dari kondisi dilematis semacam itulah maka tujuan pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia harus dikembalikan; bahwa semua warga negara Indonesia (yang kaya maupun miskin) juga sama-sama berhak mendapatkan pendidikan. Sehingga ketika pendidikan sudah tidak lagi diskriminatif, dalam artian memberikan kesempatan kepada yang miskin, maka pada gilirannya fenomena buta huruf yang terus mengalami peningkatan dapat ditanggulangi. Penulis, pemerhati sosial pada Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta -------- * Pada 2005 jumlah buta huruf 14.595.088 orang dari 230 juta penduduk Indonesia. * Pada semester pertama 2006 13.182.492 orang. * Tingginya penduduk yang buta huruf dari tahun ke tahun, merupakan implikasi dari sangat sulitnya pendidikan diakses oleh mereka. Sebab, penduduk yang buta huruf rata-rata berasal dari keluarga miskin, sehingga untuk mendapatkan pendidikan sulitnya bukan main. * Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia harus dikembalikan; bahwa semua warga negara Indonesia (yang kaya maupun miskin) juga sama-sama berhak mendapatkan pendidikan [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **