AJANG CUAP2 ANAK GEOLOGI 95 UGM oh yeah... Best Regards Ujay > -----Original Message----- > From: Santoso, Hendro (hesa) [SMTP:hesa@xxxxxxxxxxxxxxxxx] > Sent: Friday, March 01, 2002 11:24 PM > To: 'iagi-net@xxxxxxxxx' > Subject: [iagi-net] Fw: Ibnu Sina dari Bantul > > > Mungkin ndak ada hubungannya langsung dengan geologi tapi menarik untuk > disimak. > Terlepas dari setuju tidaknya menyetarakan Djaka dengan Ibnu Sina, ada > hal-hal menarik berhubungan dengan dunia pendidikan. Di akhir tulisan ini > tersirat pesan : ...metoda pendidikan konvensional tidak menjamin > lulusannya > akan mampu bersaing dengan anak berumur 14-19 tahun lulusan ISITEKS. > > Mungkin permasalahan PIK dan KPS bisa dikonsultasikan juga ke > ISITEKS............:o) > > Salam, > Hendro HS > > > >From: "Imam Haryanto" <imam_haryanto@xxxxxxxxxxxxxxxxxxx> > > >From: Ietje <ietje_susantin@xxxxxxxxxxxxxxxxxxx> > > > > > > > > Djaka Sasmita, > > > > Ibnu Sina dari Bantul > > > > Majalah Suara Hidayatullah : Februari 2002 > > > > http://www.hidayatullah.com/2002/02/profil.shtml > > > > > > > > Sekitar seribu tahun lalu lahir seorang tokoh yang kemudian menjadi > > > > pionir dalam bidang kedokteran modern. Namanya Ibnu Sina. Di Barat > > > > tokoh ini lebih dikenal dengan nama Avicenna. Ia bukan saja ahli > > > > mengobati berbagai penyakit, tapi juga seorang filsuf Islam yang > > > > sangat terkenal. > > > > Nah, kini dari Bantul Yogyakarta telah muncul "Ibnu Sina" yang lain. > > > > Namanya Djaka Sasmita, seorang ilmuwan jenius yang rendah hati tapi > > > > juga mahir mengobati berbagai penyakit. Sebagai ilmuwan, Djaka > > > > berhasil menelorkan karya-karya inovatif yang bermanfaat bagi > > > > kepentingan orang banyak. Sebagai "dokter", ia telah berhasil > > > > menyembuhkan ribuah orang. > > > > Dalam mengobati penyakit, Djaka menggunakan metode terapi Gelombang > > > > Non Elektro Magnetik (GNEM). Gelombang ini dipancarkan dari komputer > > > > yang programnya dirancang sendiri oleh Djaka, demikian panggilan > > > > akrabnya. Dengan metode ini suatu penyakit dapat dideteksi secara > > > > lebih dini dan sangat akurat, sekaligus memberikan terapi secara > > > > tepat tanpa akibat samping. > > > > Seorang bernama Bieke Rubindra setelah diperiksa dengan GNEM > > > > terdeteksi mengindap penyakit hipertiroid dan kanker getah bening. > > > > Karena tidak merasa ada keluhan, ia tak percaya. Dua tahun kemudian > > > > ia sakit dan setelah diperiksa di laboratorium medis, ia dinyatakan > > > > sakit kanker getah bening. Terbukti, GNEM mampu mendeteksi penyakit > 2 > > > > tahun lebih cepat. > > > > Dr Justiar Gunawan dari BPPT, anaknya terserang kanker otak dan > > > > leukemia. Dokter sudah angkat tangan. Kini berobat ke Djaka, > > > > keadaannya berangsung-angsur membaik. "Tinggal terapi lewat telpon > > > > saja," katanya. > > > > Masih ada cerita lain. Amaliyah Madiyan, dokter sekaligus dosen di > > > > Fakultas Kedokteran UGM ini terserang penyakit jantung. Akibatnya, > ia > > > > merasa cepat letih. Kemudian ikut terapi di Isiteks (klinik > kesehatan > > > > milik Djaka) selama 25 menit. Hasilnya, setelah ikut terapi 4 kali, > > > > kini penyakit jantung sembuh dan ia merasa segar kembali. > > > > > > > > Anak Jenius > > > > Djaka Sasmita adalah anak keempat dari Djogo Pertiwi (alm), seorang > > > > juru kunci makam raja-raja Mataram Imogiri Bantul Yogyakarta. > > > > Terlahir 47 tahun lalu, Djaka kecil menempuh pendidikan SD dan SMP > di > > > > Imogiri, lalu SMA di Bantul. Begitu lulus ia kemudian melanjutkan > > > > kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) > > > > Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Kimia. > > > > Dasar anak cerdas, sejak sekolah dasar Djaka selalu meraih juara, > > > > bahkan sewaktu kuliah sempat lompat dari tingkat pertama langsung ke > > > > tingkat tiga. Sebuah prestasi yang hanya dimiliki tiga dari ribuan > > > > mahasiswa seangkatannya di almamaternya. "Ia memang mempunyai > > > > kecerdasan di atas teman-teman yang lain," kata Sabirin Mastjeh, > > > > kawan kuliah Djaka. > > > > Namun justru sejak kenaikan tingkat itu ia didera kegelisahan. Djaka > > > > tidak menemukan apa yang dicarinya. Belajar di perguruan tinggi > > > > baginya hanya membuang waktu. Sebab, yang dipelajari hal-hal yang > > > > tidak praktis dan menjemukan. Hukum-hukum yang diajarkan di kampus > > > > menurutnya tidak kuat dan banyak kelemahan. > > > > Djaka merasa tak bakal mencapai cita-citanya sebagai penemu yang > > > > dapat memberi sumbangan bagi dunia pengetahuan, apabila terus > > > > berkutat dengan kuliahnya. Djaka pun jadi malas kuliah dan memilih > > > > sibuk melakukan penelitian-penelitian sendiri. Hanya atas saran > orang > > > > tua dan beberapa pihak, Djaka bersedia melanjutkan kuliahnya. > > > > Tetapi belum lagi lulus, ia sudah diminta mengajar di almamaternya. > > > > Bahkan pada tahun l977 oleh ketua program Matematika, Djaka diminta > > > > mengajar para dosen Matematika, Fisika dan Kimia. Uniknya, tiga > tahun > > > > kemudian Djaka baru meraih gelar sarjana. > > > > Gelar doktornya diselesaikan di Belanda, yakni di bidang > > > > Thermodinamika di Universitas Utrecht (Belanda), tempat di mana > > > > Aristoteles pernah belajar. Di Utrecht Djaka lebih banyak mengikuti > > > > berbagai seminar dan diskusi ketimbang kuliah di ruang kelas. Di > > > > situlah ia memaparkan teori-teori temuannya. Mulanya banyak ilmuwan > > > > menentangnya. Namun setelah Djaka sedikit menjelaskan, mereka bisa > > > > menerima. Bisa jadi, itu karena mereka tidak mampu mematahkan teori- > > > > teorinya Djaka. Termasuk salah seorang profesor pembimbingnya > sendiri > > > > akhirnya "menyerah". "Ilmu saya tidak cukup untuk mengajari Anda, > > > > sayalah yang harus belajar pada Anda", kata Sang Profesor. > > > > Praktis Djaka tidak banyak mengikuti kuliah selama di Belanda. Dia > > > > hanya menghabiskan waktunya untuk belajar sendiri dan berkunjung ke > > > > berbagai perpustakaan. Di sinilah Djaka menemukan sebagian dari > > > > khazanah keilmuan Islam jaman dulu yang dicuri orang-orang Barat. > "Di > > > > perpustakaan Elschecunde yang terletak di jalan Padualan, ada > > > > beberapa karya ilmuwan Muslim dalam tulisan aslinya," kenangnya. > Dari > > > > situ pula Djaka mengetahui bahwa dalil sinus cosinus itu penemunya > > > > adalah ilmuwan Muslim. > > > > Dalam mengembangkan ilmunya kemudian, Djaka merasa cukup dengan al- > > > > Qur'an saja. "Al-Quran ini sudah lengkap kandungannya, tinggal kita > > > > baca, tambang dan olah saja", kata Djaka yang pernah nyantri di > salah > > > > satu pesantren di Jawa Timur itu. Hal ini dibuktikannya, misalnya > > > > pada ayat nuurun `alaa nuurin yang artinya `cahaya di atas cahaya' > > > > dipahaminya bahwa cahaya itu bertingkat-tingkat. Berdasarkan ayat > > > > ini, Djaka berhasil meracik berbagai peralatan medis yang memiliki > > > > kecepatan berlipat dibanding yang sudah ada. > > > > Misalnya Alat Laju Endap Darah (LED), dapat bekerja sepuluh kali > > > > lebih cepat dari peralatan biasa dengan kemampuan periksa hingga 64 > > > > pasien sekaligus. Temuan lainnya adalah alat test DNA yang di rumah > > > > sakit bisa memakan waktu beberapa hari, di klinik Djaka cukup dengan > > > > waktu setengah menit saja. > > > > Untuk menularkan ilmunya, pada tahun 1992 Djaka mendirikan Pesantren > > > > Terpadu ISITEKS (Islam, Ilmu, Teknologi dan Seni). Misinya > memberikan > > > > bekal Islam, ilmu, teknologi dan seni yang handal bagi para > > > > santrinya. Mottonya, "mengejar IPTEK bersumber dari al-Qur'an". Ini > > > > memang bukan pesantren biasa, sebab kebanyakan santrinya adalah > > > > ilmuwan dari berbagai disiplin bidang ilmu seperti kedokteran, > > > > komputer, biologi, pertanian, kimia, fisika dan lainnya. > > > > Karena itu di ISITEKS ada beberapa pusat kajian. Misalnya seperti > > > > Pusat Kajian Kimia, Pusat Kajian Biologi, Pusat Kajian Teknologi > > > > Komputer, Pusat Kajian Kesehatan dll. > > > > Sebulan sekali, para santri Djaka datang untuk melakukan temu bidang > > > > multi disipliner. Masing-masing mengungkapkan perkembangan > penelitian > > > > mereka dan Djaka memberikan arahan-arahan atau menunjukkan ketika > > > > seorang santri mengalami kebuntuan dalam penelitiannya. Kadangkala > > > > terjadi diskusi antar bidang dan Djaka menjembatani gap antar mereka > > > > dan menjadi penengahnya sehingga tak jarang berhasil memadukan > > > > beberapa penemuan. > > > > Beberapa santrinya kini telah menghasilkan karya yang bermanfaat > bagi > > > > masyarakat luas. Misalnya, Tebu Rendemen Tinggi. Bermula dari > > > > permintaan seorang kepala pabrik gula yang mengeluh rendahnya > > > > rendemen tebu (6%). Maka Pusat Penelitian Pertanian ISITEKS meneliti > > > > dan akhirnya menghasilkan benih tebu yang tak berbunga sehingga > mampu > > > > menghasilkan rendemen tinggi hingga 24%. Hebatnya, penanamannya tak > > > > perlu dengan mencangkul dan memupuk. Cukup ditebar, dia akan tumbuh > > > > subur. > > > > Penemuan lain adalah alat Laju Endap Darah (LED). Dr Nur Asikin, > > > > seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di bawah > > > > bimbingan Djaka berhasil menemukan alat yang memiliki kecepatan 10 > > > > kali lipat dari alat yang sudah ada yakni dari 120 menit menjadi > > > > hanya 10 menit. Alat ini juga dapat digunakan sekaligus untuk 64 > > > > pasien. > > > > Tentu saja dengan beberapa keberhasilan itu, mengundang banyak orang > > > > untuk menjadi santri. Tapi hanya sedikit yang diterima. "Saya ingin > > > > memastikan bahwa para santri belajar dengan niat yang ikhlas untuk > > > > memberikan sumbangan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk > > > > ummat. Saya ingin menjaga supaya aktifitas penelitian yang ada tidak > > > > dikotori oleh amal yang tidak shalih." tegas Djaka. > > > > Pernah ada tawaran untuk menjadikan ISITEKS menjadi sebuah proyek > > > > pendidikan dengan menjanjikan dana ratusan juta rupiah, namun > ditolak > > > > oleh Djaka. "Karena saya melihat ada kepentingan materi di dalamnya" > > > > katanya. "Lebih baik sedikit tapi halal," kata Djaka seraya > > > > menambahkan bahwa apa yang dilakukannya lebih pada pertimbangan > > > > akhirat. > > > > > > > > Kecewa dengan Pendidikan > > > > Menurut Djaka, pendidikan sebaiknya diselenggarakan untuk menjawab > > > > permasalahan di masyarakat dan memperhatikan tujuan pokoknya, yakni > > > > mau dijadikan apa dan untuk bisa apa sang siswa. Tentu saja tanpa > > > > mengabaikan ilmu-ilmu pendukung. Dengan demikian penyelenggaraan > > > > pendidikannya dapat lebih terpilih. Artinya, pelajaran yang > diberikan > > > > adalah yang sesuai dengan minat setiap siswa dan kebutuhan > > > > masyarakat. Sehingga tak ada pelajaran yang diulang-ulang dan tidak > > > > terpakai di kemudian hari seperti yang banyak terjadi kini. "Yang > > > > menjadikan bangsa kita mundur adalah karena kita sering belajar hal- > > > > hal yang sebenarnya tidak perlu," kata Djaka. > > > > Atas dasar itulah, Djaka kemudian menarik keluar Ida Saraswati, > putri > > > > pertamanya dari SMU Negeri. Putrinya itu kemudian dididik sendiri. > > > > Demikian juga dua adiknya. Hasilnya, enam bulan setelah keluar dari > > > > sekolah, Ida sudah bisa membuat alat pemeriksa gelombang otak atau > > > > EEG (Electro Encepalography). Sekarang, di usianya yang masih 19 > > > > tahun, Ida sudah pintar membuat chip komputer, dari komponen > dasarnya > > > > sampai menjadi IC. Sementara bahasa programnya diracik oleh adiknya, > > > > Sikla Istiningsih (16) dan miniaturisasinya dikerjakan oleh anak > > > > ketiga, Dika Sistrandari (14). "Apabila sekolah di luar, sampai > lulus > > > > doktor pun belum tentu dia bisa membuat alat-alat tersebut," tandas > > > > Djaka meyakinkan, tanpa kesan bangga diri.? Bachroni > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > ------------------------------ > > > > * Hidayatullah Newsletter adalah sarana penyampai berita terbaru > dari > > > > redaksi www.hidayatullah.com dan www.hidayatullah.org. Boleh > diforward > > > > >ke > > > > milis lain. > > > > * Untuk berhenti berlangganan newsletter ini, kirim email kosong ke: > > > > hidayatullahnews-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx > > > > * Newsletter ini bersifat searah dari redaksi. Jika anda > berkeinginan > > >ada > > > > interaksi antar sesama pelanggan, silakan ikuti milis > > "Hidayatullah.com" > > > > dengan mengirim email kosong ke: > > > > hidayatullahcom-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx > > > > * Tanggapan newsletter dikirim ke: > > >hidayatullahnews-owner@xxxxxxxxxxxxxxx > > > > atau birojakarta@xxxxxxxxxxxxxxxx > > > > > > > > > > > > > > > > Your use of Yahoo! Groups is subject to > > >http://docs.yahoo.com/info/terms/ > > > > > > > > > > > > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor > > ---------------------~--> > > > > FREE COLLEGE MONEY > > > > CLICK HERE to search > > > > 600,000 scholarships! > > > > http://us.click.yahoo.com/iZp8OC/4m7CAA/ySSFAA/7EfwlB/TM > > > > > > ---------------------------------------------------------------------~-> > > > > > > > > To Post a message, send it to: sanbima-xibmer@xxxxxxxxxxx > > > > To Unsubscribe, send a blank message to: > > > > sanbima-xibmer-unsubscribe@xxxxxxxxxxx > > > > > > > > Your use of Yahoo! Groups is subject to > > >http://docs.yahoo.com/info/terms/ > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > _________________________________________________________________ > > Chat with friends online, try MSN Messenger: http://messenger.msn.com > > > > > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, e-mail: iagi-net-unsubscribe@xxxxxxxxx > For additional commands, e-mail: iagi-net-help@xxxxxxxxx