[breaktime-corner] Re: (no subject)

  • From: "Adhi ikhwan Noviyanto" <adhi.ikhwan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 12 Apr 2012 18:50:11 +0800

Mario Teguh mode On

-----Original Message-----
From: tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx
[mailto:tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx] On Behalf Of Sami'udin
Sent: Wednesday, April 11, 2012 1:35 PM
To: tea-corner@xxxxxxxxxxxxx
Subject: [breaktime-corner] Re: (no subject)

Like it...

Masih jadi anggota millis-nya jag

-----Original Message-----
From: tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx
[mailto:tea-corner-bounce@xxxxxxxxxxxxx] On Behalf Of ahmad taufik
Sent: Wednesday, April 11, 2012 11:58 AM
To: tea-corner@xxxxxxxxxxxxx
Subject: (no subject)

Artikel - Kenapa Pusing Dengan Kelemahan Orang Lain?

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Biasanya orang pusing karena kelebihan orang lain. Mereka punya mobil
baru, kita kesal. Mereka yang naik pangkat, kita yang sebal. Kelebihan
apapun yang dimiliki orang lain, bisa membuat kita pusing tujuh
keliling. Tapi, ada juga lho orang yang justru pusing karena orang lain
mempunyai kelemahan. Emang ada? Oooh, banyak banget orang yang justru
pusing gara-gara kelemahan orang lain. Emang Anda tidak pusing?
Misalnya, ni ye; atasan kita pemarah, lha kok kita yang pusing? Teman
kantor suka membolos, kita yang kesal. Pesaing terdekat kita senang
menjilat atasan, malah kita yang jadi panas hati. Ternyata, lebih banyak
orang yang pusing karena kelemahan orang lain daripada gara-gara
kelebihan mereka. So, what? Hmmh, implikasinya banyak sekali lho...

Dikisahkan ada seorang guru kebijaksanaan yang memiliki 2 murid. Diakhir
pelajaran, beliau menugaskan kedua muridnya untuk mengembara, sambil
saling mengawasi satu sama lain. Sang guru ingin mengetahui siapa murid
yang paling sedikit berbuat kesalahan. Di akhir pengembaraan, sang guru
memanggil sang murid dan memberinya kesempatan untuk membeberkan
kesalahan temannya. Murid pertama, menceritakan seluruh kesalahan
temannya. Jumlahnya banyak sekali. Lalu tiba giliran murid kedua.
Dihadapan gurunya dia berkata; "Guru, teman saya ini melakukan kesalahan
yang sama banyaknya dengan saya. Namun, mengingat begitu banyaknya
kesalahan yang sudah saya lakukan; saya tidak punya lagi waktu untuk
menceritakan kesalahan teman saya. Sekarang saya mohon diri untuk
melakukan perbaikan." Lalu sang murid pamit. Kepada murid pertama, sang
guru memberi hadiah berupa segenggam emas sesuai yang dijanjikannya.
Kepada murid kedua, sang guru memberikan seluruh hidupnya untuk
menemaninya melakukan perbaikan. Perbaikan diri, hanya mendatangi
orang-orang yang menyadari kelemahan dirinya sendiri, bukan mereka yang
memusingkan diri dengan kesalahan dan kelemahan orang lain. Bagi Anda
yang tertarik menemani saya membebaskan diri dari rasa pusing karena
kelemahan orang lain, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5
prinsip Natural Intelligence berikut ini:1. Perbaiki diri sendiri
terlebih dahulu. Anda masih ingat petunjuk keselamatan di pesawat
terbang? Jika tekanan udara turun, segera gunakan masker oksigen. Jika
ingin membantu orang lain, Anda sendirilah yang harus terlebih dahulu
menggunakan masker oksigen itu. Sama dengan kelemahan-kelemahan yang
kita saksikan. Tidak ada manusia yang tidak memiliki kelemahan. Semua
kita begitu. Maka sebelum mengurusi kelemahan orang lain, sebaiknya kita
terlebih dahulu membenahi kelemahan diri kita sendiri. Jika Anda
mendahulukan masker oksigen orang lain, maka Anda sendiri yang mati, dan
orang lain belum tentu tertolong. Jika Anda lebih mengurusi kekurangan
orang lain, maka boleh jadi; Anda akan selamanya buruk. Padahal belum
tentu orang lain itu berhasil Anda ajak untuk menjadi lebih baik. Orang
yang diberi masker oksigen tidak akan berdebat; "Lha, kok Anda nyuruh
saya pake masker? Anda sendiri tidak pake masker?" Dia akan langsung
terima masker yang Anda sodorkan. Tapi, jika Anda mengajak orang lain
untuk melakukan perbaikan sementara Anda sendiri masih kacau, maka dia
akan berkata;"Ngacalah, kau!" Beda jika Anda sudah menunjukkan kesediaan
untuk melakukan perbaikan. Anda bisa mengatakan; "my personal
improvement is in progress. So, let's do it together..."

2. Ambil peluang yang disembunyikannya. Seperti keping matauang, semua
hal memiliki dua sisi yang saling berseberangan. Atasan atau rekan kerja
Anda di kantor, mungkin mengecewakan Anda. Terserah Anda, mau
memandangnya dari sisi yang mana. Anda boleh melihatnya sebagai ancaman;
"kalau begini terus, karir gua bisa terancam." Atau dari sisi
sebaliknya; "nah, inilah peluang buat gue untuk menunjukkan siapa yang
pantas mendapatkannya." Saya mengajak Anda untuk melihatnya dengan cara
kedua. Kalau Anda punya atasan yang 'kurang oke' - misalnya - sebaiknya
itu memacu Anda untuk menjadi pribadi yang oke, dong. Bukannya
menggerutu dan mengomel terus. Toh akan ada saatnya ketika atasan Anda
akan turun tahta. Bahkan, boleh jadi saat tidak terduga itu sudah dekat.
Mana tahu? Daripada mengeluh terus, kan mending memastikan bahwa Anda
sudah siap untuk saat penting itu. Jangan sampai kalau sudah jadi
pejabat, ternyata Anda juga sama tidak oke-nya. Kolega Anda yang tidak
oke? Nape elo yang sewot? Malah bagus untuk menunjukkan bahwa Anda
adalah orang yang lebih baik. Apapun yang Anda alami, selalu menyimpan
peluang dan ancaman. Jika Anda ingin segalanya menjadi indah, ambil
peluangnya.3. 

Antisipasi dampak negatifnya.Teman Anda, mungkin memang sedang
merencanakan sesuatu untuk menjegal. Atasan Anda mungkin memang tidak
adil. Baru mungkin, karena tidak ada bukti yang menyokong
argumentasinya. Baru mungkin. Karena boleh jadi itu hanyalah perasaan
Anda saja. Tetapi, bagaimana jika itu benar? Sekecil apapun kemungkinan
itu, jika Anda sudah melihat gelagatnya maka patut untuk mengantisipasi
dampak negatifnya. Dampak paling besarnya adalah efek kepada perasaan
dan emosi Anda. Jika perilaku mereka berhasil membuat emosi Anda tidak
stabil, mengomel, menggerutu, lalu bereaksi negatif; maka Anda kalah.
Makanya, penting untuk menjaga agar jangan sampai emosi atau mental Anda
terimbas dampaknya. Setelah itu, barulah Anda pikirkan dampaknya pada
karir Anda. Baik keberlangsungannya, maupun perkembangannya. Anda bahkan
bisa memetakan seberapa besar dampaknya yang mungkin terjadi. Dan
sebelum itu terjadi, Anda sudah bisa melakukan antisipasi. Kebanyakan
orang sibuk mengurusi perilaku negatif orang lain dengan melawan atau
menentangnya. Padahal, itu hanya buang-buang waktu saja. Percuma.
Mending Anda gunakan energi menggerutu itu untuk mengantisipasi dampak
negatifnya bagi diri dan karir Anda. Sehingga jika hal itu terjadi, Anda
tidak kaget lagi. Toh sudah bisa Anda perkirakan. Dan Anda, sudah punya
exit stretegynya secara handal. Jika Anda mampu begitu, maka tak
seorangpun bisa 'ngerjain' Anda.

4. Tingkatkan kualitas hubungan dengan jaringan. Banyak orang yang
mengabaikan pentingnya membangun jaringan dengan orang-orang dalam
perusahaan. Ada yang karena sungkan. Malas. Atau merasa tidak ada
perlunya. Sejak menjadi seorang salesman pada tingkatan paling rendah,
saya sudah bisa punya akses kepada Presiden Direktur. Beliau bukan
saudara saya. Bukan pula kenalan orang tua saya. Tapi saya menjadi
satu-satunya karyawan dari level paling rendah yang bisa berkomunikasi
dengan baliau. Mungkin itu agak ekstrim. Anda bisa membangun hubungan
yang baik itu dengan rekan-rekan atau manager dari departemen lain.
Pastikan dalam membangun hubungan itu Anda menunjukkan aspek-aspek
positif dan unggul yang Anda miliki. Bukan untuk mengelabui, tapi untuk
membiasakan diri tampil dengan performa yang tinggi. Jika Anda mempunyai
hubungan yang bagus dalam jaringan di perusahaan Anda, maka sangat sulit
untuk menjatuhkan Anda. Anggap saja atasan dan kolega Anda rada kurang
fair pada Anda. Tapi hubungan bagus Anda di berbagai departemen lain,
bisa menjadi benteng pelindung Anda. Bagaimana jika atasan dan kolega
Anda justru orang-orang yang baik? Itu jauh lebih bagus lagi, kan? So,
apapun kondisinya; cobalah untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan
jaringan di departemen lain di perusahaan Anda.

5. Terus berbaik sangkalah pada mereka. Penilaian Anda terhadap atasan
atau teman bisa saja salah. Kalaupun mereka melakukannya, belum tentu
disertai niat untuk menjatuhkan Anda. Jika atasan Anda bawel, misalnya.
Atau menimpakan pekerjaan yang sulit hanya pada Anda. Boleh jadi itu
bukan karena dia tidak sayang pada Anda. Mungkin memang begitu caranya
untuk menggembleng Anda. Berburuk sangka para atasan yang seperti itu?
Rugi, Anda. Teman yang Anda nilai tukang serobot itu. Belum tentu dia
melakukannya untuk menyingkirkan Anda. Ini zaman persaingan ketat, bung.
Segalanya mesti serba cepat. Serba lugas. Dan serba kompetitif. Menjadi
orang yang gampang tersinggung di zaman ini rada tidak cocok. Orang
ambisius sering terlihat arogan. Padahal bukan arogan. Orang-orang yang
disiplin sering dikira galak. Orang-orang tegas sering dituduh tidak
toleran. Berbaik sangkalah kepada mereka agar hati Anda lebih tenteram
saat menghadapinya. Ada baiknya untuk mewaspadai kemungkinan perlakuan
buruk orang lain pada kita. Tetapi, waspada tidak sama artinya dengan
curiga. Tetaplah waspada, dan tetaplah berprasangka baik. Karena dengan
begitu, Anda bisa tetap terjaga dari ancaman yang datang dari luar. Juga
terjaga dari noda mental yang datang dari diri Anda sendiri. Dengan
begitu, Anda tidak akan terpengaruh oleh sifat buruk yang menjadi
kelemahan orang lain.

Kita mungkin sudah lama terbebas dari rasa iri atas kelebihan orang
lain. Kita tidak merasa kesal lagi jika tetangga memberi hand phone
baru, tv baru, atau mobil baru. Kita sudah cukup dewasa untuk menyikapi
hal itu. Tetapi, kita sering tidak sadar telah terpengaruh oleh
kelemahan dan kekurangan orang lain. Padahal, ketika menemukan kelemahan
orang lain melalui perilaku buruknya kepada kita; sebenarnya Tuhan
sedang memberi kita kesempatan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih
baik daripada mereka. So, mulai sekarang. Setiap 

kali melihat kelemahan orang lain, langsung setting mental Anda untuk
mengambil hikmah darinya. Agar semakin hari, diri kita menjadi semakin
baik. Sehingga suatu saat nanti, kita bisa menjadi pribadi yang lebih
baik.

Mari Berbagi Semangat!

DEKA - Dadang Kadarusman - 28 Oktober 2011Penulis buku "Natural
Intelligence Leadership" (Tahap editing di penerbit)Catatan Kaki:

Orang yang melakukan tindakan buruk dihadapan kita sebenarnya sedang
mengatakan; "tolong, jangan lakukan tindakan seperti ini..."

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain,
langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim
sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang
karenanya.


Sent from my BlackBerry(r) smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
Teruuusss...!


Other related posts: