Indonesia Perlu Waspadai Militer AS di Darwin <http://2.bp.blogspot.com/-IGE6nISI7uE/T4ZeCAjJBPI/AAAAAAAAZek/gAT48TM1z J0/s1600/20120404adf8144078_023.jpg> Menhan Australia Stephen Smith menyambut pasukan United States Marine Corps (USMC) di Robertson Barracks, Darwin. (Foto: Australia DoD) 12 April 2012, Jakarta: Posisi Indonesia diyakini bukan sebagai mitra strategis bagi Amerika Serikat dan Australia. Karena itu, penempatanpasukanMarinir Amerika Serikat di Darwin patut diwaspadai dapat mengganggu kedaulatan bangsa dan negara. Dosen Universitas Indonesia Agus Brotoseno mengungkapkan, saat ini kedaulatan Indonesia sudah mulai rusak.Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sengketa wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga.Sering kali,ujarnya, negara tetangga dengan sengaja menerobos masuk batas wilayah Indonesia. Bahkan, dalam sengketa Laut China Selatan, ada wilayah Indonesia, yaitu perairan Natuna, yang masuk dalam klaim wilayah China. "Tapi ini tidak dituangkan dalam hitam di atas putih karena hubungan yang baik," ungkap Agus saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Pangkalan Marinir AS di Darwin, Ancaman bagi Kedaulatan Indonesia?" di Jakarta kemarin. Menurut Agus, Indonesia selama ini jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti China dan India, khususnya dalam penguasaan teknologi. Padahal, semestinya Indonesia bisa maju seperti mereka. Dalam era globalisasi sekarang ini, ujarnya, negaranegara maju berlomba-lomba membangun kekuatannya, termasuk bidang militer. Pasalnya, kesiapan militer merupakan kekuatan ketika suatu negara harus melakukan pendekatan hardpower dalam hubungan dengan negara lain. Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan menilai, keberadaan pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin telah mengancam kedaulatan Indonesia. Dia khawatir penempatan pasukan itu berkaitan dengan beroperasinya perusahaan pertambangan asal AS, PT Freeport,di Papua. Sementara Wasekjen Nas- DemWilly Aditya mengatakan, sekarang ini kekuatan militer dunia terpusat di Asia. Hal itu ditandai dengan bangkitnya militer China, India, dan Pakistan. Dengan kebangkitan militer di Asia ini,menurut dia, merupakan ancaman tersendiri bagi Amerika Serikat. "Penempatan pasukan Amerika Serikat di Darwin sudah tercium sejak lama. Ini hanya pelaksanaannya saja,"katanya. Membentuk Industri Pertahanan Indonesia <http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/membentuk-industri-pertahanan- indonesia.html> <http://4.bp.blogspot.com/-sYCz2rgN4J0/T4ckQmGAFxI/AAAAAAAAZfg/TfzwErkfq P0/s1600/PB100155.JPG> Radar Indera produksi dalam negeri. (Foto: Berita HanKam) 13 April 2012: Pembahasan mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Industri Pertahanan sudah dimulai sebagai langkah lanjut prioritas Program Legislasi Nasional 2012. Hal ini juga sejalan dengan proses transformasi militer Indonesia yang bertujuan untuk membangun militer yang profesional. Artikel ini melihat aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya membentuk industri pertahanan Indonesia yang ideal. Secara historik dan empirik, beberapa negara telah mengembangkan industri pertahanannya dan berbagai pengalaman tersebut tentu dapat diambil sebagai rujukan bagi Indonesia untuk mengembangkan model pembangunan industri pertahanannya sendiri. Setidaknya terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan apabila Indonesia secara sungguh-sungguh berniat untuk membangun industri pertahanannya. Aspek pertama adalah aspek institusional. Hampir semua negara berkembang memutuskan untuk membangun industri pertahanannya atas dasar motivasi politik dan strategik. Brasil misalnya pada awalnya mengembangkan industri pertahanan sebagai legitimasi kepemimpinan militer yang kemudian tetap diteruskan oleh pemimpin sipilnya untuk mempertahankan warisan dukungan rakyat. Turki sebagai contoh lain mengembangkan industri pertahanannya setelah mengalami embargo setelah Perang Siprus sehingga untuk memenuhi kebutuhan alutsistanya harus mengembangkan industri pertahanan domestik. Dengan asumsi dasar bahwa industri pertahanan dikembangkan untuk tujuan politik dan strategik, sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini sepenuhnya. Karena itu, aspek institusional mensyaratkan komitmen pemerintah terutama dalam melakukan proteksi terhadap industri strategis ini. Komitmen dan proteksi ini seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan cetak biru pengembangan industri pertahanan sehingga perubahan pada level pembuat kebijakan tidak dapat secara otomatis meniadakan proses pembangunan yang tengah berlangsung. Aspek kedua adalah aspek kerangka industrial. Secara teoretik, Joseph Schumpeter memberikan dua mekanisme sebagai agen perubahan dalam konteks inovasi. Pertama, industri kecil dengan inovasi entrepreneur dan industri besar dengan inovasi manajerial. Secara empirik, berbagai negara melakukan audit dan konsolidasi industri pertahanan untuk memastikan kinerja yang efektif dan efisien. Amerika Serikat misalnya mengonsolidasikan lebih dari ratusan perusahaan dalam industri pertahanannya dan melakukan konsolidasi terutama untuk mempertahankan performa efektivitas dan efisiensi industri pertahanan. Selain itu, aspek kerangka industrial juga mengharuskan Indonesia untuk memilih dari kemungkinan tiga pilihan model yang sering muncul dalam perkembangan industri pertahanan. Model pertama adalah model autarki. Model ini misalnya diadaptasi oleh Turki dan Korea Selatan,yang walaupun kontradiksi dan masih menjadi dengan nilai impor senjata terbesar di dunia, keduanya berusaha membangun industri pertahanannya untuk kemandirian domestik. Model ini mensyaratkan kuatnya negara ataupun konglomerasi nasional untuk bisa mendukung proses kemandirian industri pertahanannya. Industri pertahanan Turki didukung dengan peran negara yang sangat besar, sementara Korea Selatan didukung konglomerasi besar seperti Samsung dan Daewoo untuk menyokong kemandirian industri pertahanannya. Pilihan model kedua adalah industri ceruk (niche) yang dikembangkan misalnya oleh Israel. Industri ini mengkhususkan pada pengembangan teknologi maupun instrumen pertahanan yang belum ditawarkan dalam industri yang sudah berkembang. Industri ceruk dalam konteks pertahanan sangat menggantungkan diri kepada keuntungan komparatif yang dimiliki sebuah negara misalnya keunggulan komparatif dalam teknologi misalnya kemampuan reverse technology seperti yang dimiliki Israel dan China. Pilihan model ketiga adalah menjadi bagian penyokong dalam rantai industri pertahanan global. Selama bertahun tahun Singapura telah menjadi bagian dalam industri pertahanan global walaupun Singapura tidak dikenal sebagai salah satu produsen senjata ataupun platform tertentu.Ketiga model ini tetap membutuhkan kejelasan kerangka industri yang harus dibangun untuk menyokong industri yang strategis ini. Israel misalnya membentuk institut khusus yang membawahi ekspor dan kerja sama internasional untuk memfasilitasi kesempatan dagang dan kerja sama untuk mendukung industri pertahanannya. Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah aspek legal. Aspek legal ini mengharuskan Indonesia untuk mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di tingkat regional dan internasional karena Indonesia adalah bagian dari komunitas global dan regional.Di tingkat internasional selama ini hanya ada rezim pendaftaran senjata konvensional yang mendasarkan keikutsertaan mendaftarkan senjata dengan basis sukarela, namun tidak ada aturan jual beli senjata yang secara signifikan membatasi Indonesia untuk menjual senjata di tingkat internasional. Di tingkat regional Indonesia terlibat dalam pembentukan komunitas ASEAN yang secara normatif berniat menghilangkan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik. Tapi,lagilagi, tidak ada aturan khusus yang secara spesifik membatasi Indonesia untuk mengembangkan industri pertahanannya. Selain aspek legal di tingkat internasional, Indonesia juga harus memperhatikan regulasi- regulasi di tingkat nasional. Secara khusus, Indonesia harus melakukan harmonisasi baik untuk regulasi industri, ekspor-impor, maupun perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri pertahanan nasional. Berdasarkan penjelasan di atas,revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang konsisten dan berkesinambungan. (ALEXANDRA RETNO WULAN Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta) Korps Marinir dan Marfopac Gelar Diskusi Logistik 2012 <http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/korps-marinir-dan-marfopac-gel ar.html> <http://1.bp.blogspot.com/-S4fAUjz0mCw/T4Z41wpdslI/AAAAAAAAZfU/6TMWh5w0q 0k/s1600/foto+bersama.jpg> 11 April 2012, Jakarta: Korps Marinir (Kormar) dan Staff Logistic Marines Forces Pacific (Marfopac) menggelar acara Logistic Meeting (Diskusi Logistik) 2012 ke-2 dalam rangka mempererat kerjasama di bidang logistik antara angkatan bersenjata kedua negara. Kerjasama yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut untuk membahas permasalahan logistik yang berkaitan dengan latihan bersama antara Marinir Indonesia dan Amerika. Dalam acara diskusi Logistik yang merupakan bagian dari program kerjasama yang berkelanjutan tersebut diharapkan dapat djadikan sebagai ajang bertukar pengalaman dan gagasan-gagasan sehingga tercipta format dan konsep yang konkrit untuk dijadikan acuan serta memberi jalan keluar terhadap permasalahan logistik yang mungkin terjadi dalam latihan gabungan antara Korps Marinir dan USMC. Diskusi Logistik ke-2 yang dibuka oleh Asisten Logistik Komandan Korps Marinir (Aslog Dankormar) Kolonel Marinir Yuliandar, Senin (9/4) dihadiri oleh delegasi US Marines Forces Pacific Colonel Donald Paul Baldwin, Mr. Timothy Raymond Rollins serta para pejabat teras Kormar di Markas Komando Korps Marinir, Jl. Prapatan 40 Jakarta, kegiatan yang telah berlangsung selama 3 hari tersebut di tutup pada hari ini, Rabu (11/4) oleh Komandan Resimen Artileri-2 Marinir Kolonel Marinir Novarin Gunawan selaku Wadan tim diskusi Logistik Kormar. TNI-AU kerja sama dengan PT DEA <http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/tni-au-kerja-sama-dengan-pt-de a.html> 11 April 2012, Jakarta: TNI-AU menandatangani naskah kesepakatan bersama dengan PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE) tentang pemanfaatan fasilitas Pangkalan Udara TNI-AU Wiryadinata di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagai alternate base maupun operation base bagi operasional penerbangan PT DEA. Kesepakatan tersebut ditandatangani Asisten Operasi Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Agus Munandar, dengan Direktur Utama PT DEA, Wasito, di Markas Besar TNI-AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu. Munandar mengatakan, "Kesepakatan ini menjembatani kepentingan dua pihak. Dari PT DEA berkaitan operasional sekolah penerbangan, sedangkan TNI-AU lebih pada bidang pertahanan yang berorientasi pada optimalisasi kemampuan operasi TNI AU dan perannya sebagai pembina potensi dirgantara nasional". Kerjasama ini suatu upaya langkah maju bagi perkembangan dunia penerbangan di tanah air dan diharapkan menumbuhkembangkan animo masyarakat di dunia kedirgantaraan dan penerbangan. Selain itu, melalui kerjasama ini juga akan menjadi sarana potensi masyarakat dalam dunia dirgantara pada umumnya dan dunia penerbangan pada khususnya, sehingga nantinya akan menjadi komponen pengganda dalam sistem pertahanan negara dari aspek dirgantara. Dephan Filipina Berniat Beli Pesawat Produksi PT. DI <http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/dephan-filipina-berniat-beli-p esawat.html> 11 April 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (11/4), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Philipina untuk Indonesia HE Madam Maria Rosario C. Aguinaldo yang datang didampingi Atase Pertahanannya di Kantor Kemhan, Jakarta. Pertemuan kali ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti keinginan Pemerintah Philipina dalam hal ini Departemen Pertahanan Philipina dalam pengadaan pesawat terbang produksi PT DI untuk kepentingan militernya. Selanjutnya, Wamenhan menjelaskan, pembicaraan lebih lanjut dan lebih rinci mengenai hal ini diharapkan dapat langsung antara Pejabat Tinggi Departemen Pertahanan Philipina dengan Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP. Pembelian pesawat buatan PT DI ini juga akan semakin mempererat hubungan kerjasama pertahanan diantara kedua negara yang tergabung dalam ASEAN. Saat menerima Dubes Philipina untuk Indonesia, Wamenhan didampingi oleh Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP dan Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus serta Direktur Utama PT. DI Budi Santoso. Kemhan & TNI AU Bantah Pembelian Eurofighter Typhoon <http://alutsista.blogspot.com/2012/04/kemhan-tni-au-bantah-pembelian.ht ml> <http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRbIqjxa0fVHaXHjyMcmdxXZN8r8AvE BO2pP0rrOPV5V-dUeHxB> Eurofighter Typhoon JAKARTA - Kementrian Pertahanan (Kemhan) dan TNI AU membantah kabar yang menyebutkan adanya rencana ataupun pembelian jet tempur Eurofighter Typhoon buatan Inggris. Hingga saat ini, pembelian pesawat tersebut tidak masuk dalam rencana belanja alutsista TNI. "Belum ada. Kami tidak ada rencana membelinya," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Kamis (12/4). Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma Azman Yunus. Menurutnya, pembelian 24 unit Typhoon hanyalah isu yang tak bertanggung jawab. "Nggak benar isu itu," kata Azman. Isu pembelian pesawat senilai 2 miliar pound sterling atau senilai Rp29,2 triliun itu muncul sejak tahun 2011 lalu. Isu tersebut mencuat sejak setahun silam saat Dubes Inggris di Jakarta Mark Canning kembali membuka peluang kerja sama militer dengan Indonesia. Menurutnya Inggris sebelumnya telah dipercaya Indonesia untuk memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya pesawat Hawk," katanya. Soal Eurofighter Typhoon, ia menyatakan berusaha menjual apa pun ia bisa. Kini isu itu kembali menguat bersamaan dengan kedatangan PM Inggris Davic Cameron, siang tadi. BUMNIP Siapkan Pemaparan Produknya Untuk Presiden Kazakhstan <http://alutsista.blogspot.com/2012/04/bumnip-siapkan-pemaparan-produkny a.html> JAKARTA - Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia sekaligus bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 13 April. Dalam kunjungannya Presiden Kazakhstan juga dijadwalkan bertemu dengan Menko Perekonomian Hatta Radjasa, serta beberapa petinggi politik Indonesia. Counsellor Kedutaan Besar Republik Kazakhstan di Malaysia, Serik Bukebayev kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Kamis (12/4), menjelaskan kunjungan presidennya ini merupakan kunjungan pertama kali ke Indonesia sejak memimpin Kazakhstan dari tahun 1990. "Kamis malam ini, Presiden Nazarbayev dan rombongan akan tiba di Indonesia," kata Serik. Serik Bukebayev juga menyampaikan rencana akan dibukanya Kedutaan Besar Republik Kazakhstan di Jakarta. Dalam kunjungan tersebut Nazarbayev juga membawa delegasi Kazakhstan yang akan melakukan pertemuan dengan komunitas bisnis di Indonesia serta menandatangani beberapa kesepakatan bisnis termasuk dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP). Seperti diketahui 5 April lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Kayrat Sarybay, bersama rombongan mengunjungi BUMNIP di Bandung, diantaranya PT DI, PT Pindad, PT Dahana, PT LEN Industri dan PT INTI. Kayrat Sarybay berharap BUMNIP tersebut dapat memberikan pemaparan singkat tentang produk andalannya. Dalam kunjunganny Kayrat Sarybay mengungkapkan ketertarikan negaranya bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), termasuk opsi pembelian sejumlah pesawat produksinya. Sarybay mengunjungi BUMNIP dalam rangka mempersiapkan agenda pembicaraan RI-Kazakhstan saat pemimpin kedua negara bertemu. Ia mengatakan, Kazakhstan menyatakan tertarik dengan paparan PTDI tentang kemampuan dan kompetensi dalam membuat pesawat terbang dan berbagai jenis persenjataan dari PT. Pindad. Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista Dari Inggris <http://alutsista.blogspot.com/2012/04/indonesia-jajaki-pembelian-alutsi sta.html> <http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTXdQhCJVQkpZfy3EgY-8RHPHo20zJs sNU5iVgVp3D6dWGE6emlcA> Ranpur peluncur rudal Starstreak milik British Army JAKARTA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana tersebut sempat terlontar. "Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4). Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista yang bakal dibeli dari Inggris. "Starstreak (rudal anti pesawat) dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya. Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris. Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih dibicarakan," katanya. Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista dari Inggris <http://defense-studies.blogspot.com/2012/04/indonesia-jajaki-pembelian- alutsista.html> Starstreak II versi vehicle mounted, rudal SAM berkecepatan tinggi hingga 3,5 mach, dan berpemandu laser, membuatnya tidak dapat dikecoh (photo : Aviation Week) Jurnas.com MENTERI Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana tersebut sempat terlontar. "Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4). Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista yang bakal dibeli dari Inggris. "Starstreak (penangkis serangan udara) dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya. Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris.Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih dibicarakan," katanya. PT DI Turut Dalam Rancang Bangun Airbus A350 <http://defense-studies.blogspot.com/2012/04/pt-di-turut-dalam-rancang-b angun-airbus.html> Pesawat berbadan lebar Airbus A350 (image : Airbus) Jakarta (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (Persero), Rabu, mencatat sejarah baru dan "naik kelas" dengan menjadi mitra rancang bangun setara bagi Airbus, dalam pembuatan A350. PT DI bukan lagi sekedar pembuat komponen (manufacturing) seperti sebelumnya. Langkah maju PT DI itu ditandai penandatanganan memorandum kesepahaman antara PT DI dengan Airbus Industrie di Jakarta, yang menjadi salah satu agenda dalam kunjungan kenegaraan PM Inggris, David Cameron, yang disertai 30 pebisnis utama Inggris, termasuk dari Airbus. PT DI dalam penandatanganan yang berlangsung di Istana Negara itu diwakili Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Ardonni Jafri. Kini, selain mampu membuat komponen untuk pesawat Airbus, PT DI dipercaya untuk berkontribusi dalam rancang bangun pesawat Airbus A350. Bicara soal Airbus ini, konsep dan praktis pengendalian pesawat terbang dua awak (two men cockpit) berbasis sistem elektronika (fly by wire) jajaran pesawat komersial A-300 buatan konsorsium penerbangan Eropa ini diprakarsai tokoh kedirgantaraan nasional, Wiweko Supomo. Supomo, yang pernah menjadi direktur utama PT Garuda Indonesian Airways (saat itu) juga sahabat kental Nurtanio, pendiri PT DI, yang kemudian namanya sempat diabadikan menjadi pusat unggulan industri kedirgantaraan satu-satunya di Asia Tenggara itu. Mengomentari perkembangan pesat PT DI itu, Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, menggarisbawahinya sebagai langkah awal menuju status sebagai kontraktor rancang bangun bagi Airbus. "Pekerjaan rancang bangun ini akan menjadi langkah awal sebagai kontraktor rancang bangun bagi pesawat-pesawat Airbus," katanya. Bukan hanya itu, Santoso yakin kesepakatan yang ditandatangani pihaknya dengan Airbus juga berharap PTDI menjadi pemasok tier-1 (tingkat 1) bagi Airbus. Ardonni, mengatakan kesepakatan itu secara khusus ditujukan dalam rancang bangun pengembangan pesawat Airbus A350, jenis pesawat berbadan lebar berteknologi masa depan, yang dimulai tahun ini juga. Pesawat A350 itu sendiri kini masih dalam tahap perancangan, dimana PT DI akan menyertakan para insinyurnya sebagai pemikir-pemikir dan penghitung bagian-bagian dari pesawat masa depan tersebut. "Kami kini masuki tahapan kerja kerah putih, tak lagi kerah biru," kata Ardonni. Dia menambahkan, selain mengangkat nama bangsa dalam teknologi rekayasa pesawat terbang, PT DI kini mendapatkan nilai tambah 60 persen lebih besar dari hasil pekerjaaan yang dilakukan para personilnya dalam proyek rekayasa seperti itu. Menurut dia, pengakuan Airbus tersebut bukan hal mudah karena sebelum memutuskan menjadikan PT DI mitra rancang bangun, Airbus telah turun ke PT DI di Bandung dan mengaudit sistem yang digunakan PT DI guna mengukur kemampuan rancang bangunnya. Sebelumnya, sejak 2002 PT DI telah dipercaya membuat berbagai komponen untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan bahkan pesawat berlantai dua dan terbesar di dunia A380 sejak tahun 2002 yang diperoleh lewat Spirit (saat ini BAe System) dan juga dari CTRM Malaysia. Hingga kini PTDI juga tengah mengerjakan pembuatan komponen untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan A380 sejak tahun 2002 lalu, dimana kontrak ini diperoleh dari Spirit (saat ini BAe System-UK) dan juga dari CTRM Malaysia. "Pekerjaan engineering ini akan menjadi langkah awal untuk menjadi kontraktor engineering bagi pesawat-pesawat Airbus. Dalam hal manufakturing, PTDI juga berharap akan menjadi pemasok tier 1 bagi Airbus," kata Budi. PT DI yang sudah sekian lama menjalin kerjasama dengan EADS, kembali membuktikannya dengan memesan 9 pesawat CN295 dari Airbus Military pada 15 Februari 2012 lalu, dan pada 6 April 2012 PT DI menandatangani pemesanan 6 unit helicopter EC725 buatan Eurocopter