[breaktime-corner] berita militer..

  • From: "Saikhu Rochman" <saikhu.rochman@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 13 Apr 2012 20:34:39 +0800

 

Indonesia Perlu Waspadai Militer AS di Darwin 

 
<http://2.bp.blogspot.com/-IGE6nISI7uE/T4ZeCAjJBPI/AAAAAAAAZek/gAT48TM1z
J0/s1600/20120404adf8144078_023.jpg> Menhan Australia Stephen Smith
menyambut pasukan United States Marine Corps (USMC) di Robertson
Barracks, Darwin. (Foto: Australia DoD)

12 April 2012, Jakarta: Posisi Indonesia diyakini bukan sebagai mitra
strategis bagi Amerika Serikat dan Australia. Karena itu,
penempatanpasukanMarinir Amerika Serikat di Darwin patut diwaspadai
dapat mengganggu kedaulatan bangsa dan negara.

Dosen Universitas Indonesia Agus Brotoseno mengungkapkan, saat ini
kedaulatan Indonesia sudah mulai rusak.Hal itu dibuktikan dengan
banyaknya sengketa wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara
tetangga.Sering kali,ujarnya, negara tetangga dengan sengaja menerobos
masuk batas wilayah Indonesia. Bahkan, dalam sengketa Laut China
Selatan, ada wilayah Indonesia, yaitu perairan Natuna, yang masuk dalam
klaim wilayah China.

"Tapi ini tidak dituangkan dalam hitam di atas putih karena hubungan
yang baik," ungkap Agus saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema
"Pangkalan Marinir AS di Darwin, Ancaman bagi Kedaulatan Indonesia?" di
Jakarta kemarin. Menurut Agus, Indonesia selama ini jauh tertinggal dari
negara-negara Asia lainnya seperti China dan India, khususnya dalam
penguasaan teknologi.

Padahal, semestinya Indonesia bisa maju seperti mereka. Dalam era
globalisasi sekarang ini, ujarnya, negaranegara maju berlomba-lomba
membangun kekuatannya, termasuk bidang militer. Pasalnya, kesiapan
militer merupakan kekuatan ketika suatu negara harus melakukan
pendekatan hardpower dalam hubungan dengan negara lain.

Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan menilai,
keberadaan pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin telah mengancam
kedaulatan Indonesia. Dia khawatir penempatan pasukan itu berkaitan
dengan beroperasinya perusahaan pertambangan asal AS, PT Freeport,di
Papua. Sementara Wasekjen Nas- DemWilly Aditya mengatakan, sekarang ini
kekuatan militer dunia terpusat di Asia.

Hal itu ditandai dengan bangkitnya militer China, India, dan Pakistan.
Dengan kebangkitan militer di Asia ini,menurut dia, merupakan ancaman
tersendiri bagi Amerika Serikat. "Penempatan pasukan Amerika Serikat di
Darwin sudah tercium sejak lama. Ini hanya pelaksanaannya saja,"katanya.

Membentuk Industri Pertahanan Indonesia
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/membentuk-industri-pertahanan-
indonesia.html>  

 
<http://4.bp.blogspot.com/-sYCz2rgN4J0/T4ckQmGAFxI/AAAAAAAAZfg/TfzwErkfq
P0/s1600/PB100155.JPG> Radar Indera produksi dalam negeri. (Foto: Berita
HanKam)

13 April 2012: Pembahasan mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU)
Industri Pertahanan sudah dimulai sebagai langkah lanjut prioritas
Program Legislasi Nasional 2012. Hal ini juga sejalan dengan proses
transformasi militer Indonesia yang bertujuan untuk membangun militer
yang profesional.

Artikel ini melihat aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam
upaya membentuk industri pertahanan Indonesia yang ideal. Secara
historik dan empirik, beberapa negara telah mengembangkan industri
pertahanannya dan berbagai pengalaman tersebut tentu dapat diambil
sebagai rujukan bagi Indonesia untuk mengembangkan model pembangunan
industri pertahanannya sendiri. Setidaknya terdapat tiga aspek utama
yang harus diperhatikan apabila Indonesia secara sungguh-sungguh berniat
untuk membangun industri pertahanannya.

Aspek pertama adalah aspek institusional. Hampir semua negara berkembang
memutuskan untuk membangun industri pertahanannya atas dasar motivasi
politik dan strategik. Brasil misalnya pada awalnya mengembangkan
industri pertahanan sebagai legitimasi kepemimpinan militer yang
kemudian tetap diteruskan oleh pemimpin sipilnya untuk mempertahankan
warisan dukungan rakyat.

Turki sebagai contoh lain mengembangkan industri pertahanannya setelah
mengalami embargo setelah Perang Siprus sehingga untuk memenuhi
kebutuhan alutsistanya harus mengembangkan industri pertahanan domestik.
Dengan asumsi dasar bahwa industri pertahanan dikembangkan untuk tujuan
politik dan strategik, sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah
berkewajiban melindungi industri ini sepenuhnya.

Karena itu, aspek institusional mensyaratkan komitmen pemerintah
terutama dalam melakukan proteksi terhadap industri strategis ini.
Komitmen dan proteksi ini seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan
cetak biru pengembangan industri pertahanan sehingga perubahan pada
level pembuat kebijakan tidak dapat secara otomatis meniadakan proses
pembangunan yang tengah berlangsung.

Aspek kedua adalah aspek kerangka industrial. Secara teoretik, Joseph
Schumpeter memberikan dua mekanisme sebagai agen perubahan dalam konteks
inovasi. Pertama, industri kecil dengan inovasi entrepreneur dan
industri besar dengan inovasi manajerial. Secara empirik, berbagai
negara melakukan audit dan konsolidasi industri pertahanan untuk
memastikan kinerja yang efektif dan efisien.

Amerika Serikat misalnya mengonsolidasikan lebih dari ratusan perusahaan
dalam industri pertahanannya dan melakukan konsolidasi terutama untuk
mempertahankan performa efektivitas dan efisiensi industri pertahanan.
Selain itu, aspek kerangka industrial juga mengharuskan Indonesia untuk
memilih dari kemungkinan tiga pilihan model yang sering muncul dalam
perkembangan industri pertahanan.

Model pertama adalah model autarki. Model ini misalnya diadaptasi oleh
Turki dan Korea Selatan,yang walaupun kontradiksi dan masih menjadi
dengan nilai impor senjata terbesar di dunia, keduanya berusaha
membangun industri pertahanannya untuk kemandirian domestik. Model ini
mensyaratkan kuatnya negara ataupun konglomerasi nasional untuk bisa
mendukung proses kemandirian industri pertahanannya.

Industri pertahanan Turki didukung dengan peran negara yang sangat
besar, sementara Korea Selatan didukung konglomerasi besar seperti
Samsung dan Daewoo untuk menyokong kemandirian industri pertahanannya.
Pilihan model kedua adalah industri ceruk (niche) yang dikembangkan
misalnya oleh Israel. Industri ini mengkhususkan pada pengembangan
teknologi maupun instrumen pertahanan yang belum ditawarkan dalam
industri yang sudah berkembang.

Industri ceruk dalam konteks pertahanan sangat menggantungkan diri
kepada keuntungan komparatif yang dimiliki sebuah negara misalnya
keunggulan komparatif dalam teknologi misalnya kemampuan reverse
technology seperti yang dimiliki Israel dan China. Pilihan model ketiga
adalah menjadi bagian penyokong dalam rantai industri pertahanan global.

Selama bertahun tahun Singapura telah menjadi bagian dalam industri
pertahanan global walaupun Singapura tidak dikenal sebagai salah satu
produsen senjata ataupun platform tertentu.Ketiga model ini tetap
membutuhkan kejelasan kerangka industri yang harus dibangun untuk
menyokong industri yang strategis ini. Israel misalnya membentuk
institut khusus yang membawahi ekspor dan kerja sama internasional untuk
memfasilitasi kesempatan dagang dan kerja sama untuk mendukung industri
pertahanannya.

Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah aspek legal. Aspek legal ini
mengharuskan Indonesia untuk mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di
tingkat regional dan internasional karena Indonesia adalah bagian dari
komunitas global dan regional.Di tingkat internasional selama ini hanya
ada rezim pendaftaran senjata konvensional yang mendasarkan
keikutsertaan mendaftarkan senjata dengan basis sukarela, namun tidak
ada aturan jual beli senjata yang secara signifikan membatasi Indonesia
untuk menjual senjata di tingkat internasional.

Di tingkat regional Indonesia terlibat dalam pembentukan komunitas ASEAN
yang secara normatif berniat menghilangkan penggunaan kekerasan dalam
penyelesaian konflik. Tapi,lagilagi, tidak ada aturan khusus yang secara
spesifik membatasi Indonesia untuk mengembangkan industri pertahanannya.
Selain aspek legal di tingkat internasional, Indonesia juga harus
memperhatikan regulasi- regulasi di tingkat nasional.

Secara khusus, Indonesia harus melakukan harmonisasi baik untuk regulasi
industri, ekspor-impor, maupun perlindungan terhadap kekayaan
intelektual yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri
pertahanan nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas,revitalisasi industri pertahanan nasional
yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap
sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan
sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang
konsisten dan berkesinambungan. (ALEXANDRA RETNO WULAN Peneliti
Departemen Politik dan Hubungan Internasional di Centre for Strategic
and International Studies (CSIS) Jakarta)

Korps Marinir dan Marfopac Gelar Diskusi Logistik 2012
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/korps-marinir-dan-marfopac-gel
ar.html>  

 
<http://1.bp.blogspot.com/-S4fAUjz0mCw/T4Z41wpdslI/AAAAAAAAZfU/6TMWh5w0q
0k/s1600/foto+bersama.jpg> 
11 April 2012, Jakarta: Korps Marinir (Kormar) dan Staff Logistic
Marines Forces Pacific (Marfopac) menggelar acara Logistic Meeting
(Diskusi Logistik) 2012 ke-2 dalam rangka mempererat kerjasama di bidang
logistik antara angkatan bersenjata kedua negara. Kerjasama yang telah
berlangsung selama tiga tahun tersebut untuk membahas permasalahan
logistik yang berkaitan dengan latihan bersama antara Marinir Indonesia
dan Amerika.

Dalam acara diskusi Logistik yang merupakan bagian dari program
kerjasama yang berkelanjutan tersebut diharapkan dapat djadikan sebagai
ajang bertukar pengalaman dan gagasan-gagasan sehingga tercipta format
dan konsep yang konkrit untuk dijadikan acuan serta memberi jalan keluar
terhadap permasalahan logistik yang mungkin terjadi dalam latihan
gabungan antara Korps Marinir dan USMC.

Diskusi Logistik ke-2 yang dibuka oleh Asisten Logistik Komandan Korps
Marinir (Aslog Dankormar) Kolonel Marinir Yuliandar, Senin (9/4)
dihadiri oleh delegasi US Marines Forces Pacific Colonel Donald Paul
Baldwin, Mr. Timothy Raymond Rollins serta para pejabat teras Kormar di
Markas Komando Korps Marinir, Jl. Prapatan 40 Jakarta, kegiatan yang
telah berlangsung selama 3 hari tersebut di tutup pada hari ini, Rabu
(11/4) oleh Komandan Resimen Artileri-2 Marinir Kolonel Marinir Novarin
Gunawan selaku Wadan tim diskusi Logistik Kormar.

TNI-AU kerja sama dengan PT DEA
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/tni-au-kerja-sama-dengan-pt-de
a.html>  

 

11 April 2012, Jakarta: TNI-AU menandatangani naskah kesepakatan bersama
dengan PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE) tentang pemanfaatan
fasilitas Pangkalan Udara TNI-AU Wiryadinata di Tasikmalaya, Jawa Barat,
sebagai alternate base maupun operation base bagi operasional
penerbangan PT DEA.

Kesepakatan tersebut ditandatangani Asisten Operasi Kepala Staf TNI-AU,
Marsekal Muda TNI Agus Munandar, dengan Direktur Utama PT DEA, Wasito,
di Markas Besar TNI-AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Munandar mengatakan, "Kesepakatan ini menjembatani kepentingan dua
pihak. Dari PT DEA berkaitan operasional sekolah penerbangan, sedangkan
TNI-AU lebih pada bidang pertahanan yang berorientasi pada optimalisasi
kemampuan operasi TNI AU dan perannya sebagai pembina potensi dirgantara
nasional".

Kerjasama ini suatu upaya langkah maju bagi perkembangan dunia
penerbangan di tanah air dan diharapkan menumbuhkembangkan animo
masyarakat di dunia kedirgantaraan dan penerbangan.

Selain itu, melalui kerjasama ini juga akan menjadi sarana potensi
masyarakat dalam dunia dirgantara pada umumnya dan dunia penerbangan
pada khususnya, sehingga nantinya akan menjadi komponen pengganda dalam
sistem pertahanan negara dari aspek dirgantara. 

Dephan Filipina Berniat Beli Pesawat Produksi PT. DI
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/04/dephan-filipina-berniat-beli-p
esawat.html>  


11 April 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin,
Rabu (11/4), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Philipina untuk
Indonesia HE Madam Maria Rosario C. Aguinaldo yang datang didampingi
Atase Pertahanannya di Kantor Kemhan, Jakarta. Pertemuan kali ini
dimaksudkan untuk menindaklanjuti keinginan Pemerintah Philipina dalam
hal ini Departemen Pertahanan Philipina dalam pengadaan pesawat terbang
produksi PT DI untuk kepentingan militernya.

Selanjutnya, Wamenhan menjelaskan, pembicaraan lebih lanjut dan lebih
rinci mengenai hal ini diharapkan dapat langsung antara Pejabat Tinggi
Departemen Pertahanan Philipina dengan Kepala Badan Ranahan Kemhan
Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP. Pembelian pesawat buatan PT DI ini
juga akan semakin mempererat hubungan kerjasama pertahanan diantara
kedua negara yang tergabung dalam ASEAN. Saat menerima Dubes Philipina
untuk Indonesia, Wamenhan didampingi oleh Kepala Badan Ranahan Kemhan
Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP dan Direktur Kerjasama Internasional
Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus serta Direktur
Utama PT. DI Budi Santoso.

Kemhan & TNI AU Bantah Pembelian Eurofighter Typhoon
<http://alutsista.blogspot.com/2012/04/kemhan-tni-au-bantah-pembelian.ht
ml>  

 
<http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRbIqjxa0fVHaXHjyMcmdxXZN8r8AvE
BO2pP0rrOPV5V-dUeHxB> 
Eurofighter Typhoon

JAKARTA - Kementrian Pertahanan (Kemhan) dan TNI AU membantah kabar yang
menyebutkan adanya rencana ataupun pembelian jet tempur Eurofighter
Typhoon buatan Inggris. Hingga saat ini, pembelian pesawat tersebut
tidak masuk dalam rencana belanja alutsista TNI.

"Belum ada. Kami tidak ada rencana membelinya," kata Kepala Pusat
Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Kamis
(12/4). Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AU
(Kadispenau) Marsma Azman Yunus.

Menurutnya, pembelian 24 unit Typhoon hanyalah isu yang tak bertanggung
jawab. "Nggak benar isu itu," kata Azman. Isu pembelian pesawat senilai
2 miliar pound sterling atau senilai Rp29,2 triliun itu muncul sejak
tahun 2011 lalu.

Isu tersebut mencuat sejak setahun silam saat Dubes Inggris di Jakarta
Mark Canning kembali membuka peluang kerja sama militer dengan
Indonesia. Menurutnya Inggris sebelumnya telah dipercaya Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya
pesawat Hawk," katanya. Soal Eurofighter Typhoon, ia menyatakan berusaha
menjual apa pun ia bisa.

Kini isu itu kembali menguat bersamaan dengan kedatangan PM Inggris
Davic Cameron, siang tadi.

BUMNIP Siapkan Pemaparan Produknya Untuk Presiden Kazakhstan
<http://alutsista.blogspot.com/2012/04/bumnip-siapkan-pemaparan-produkny
a.html>  

JAKARTA - Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev dijadwalkan melakukan
kunjungan kenegaraan ke Indonesia sekaligus 
bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 13 April. Dalam
kunjungannya Presiden Kazakhstan juga dijadwalkan bertemu dengan Menko
Perekonomian Hatta Radjasa, serta beberapa petinggi politik Indonesia.

Counsellor Kedutaan Besar Republik Kazakhstan di Malaysia, Serik
Bukebayev kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Kamis (12/4), menjelaskan
kunjungan presidennya ini merupakan kunjungan pertama kali ke Indonesia
sejak memimpin Kazakhstan dari tahun 1990.

"Kamis malam ini, Presiden Nazarbayev dan rombongan akan tiba di
Indonesia," kata Serik. Serik Bukebayev juga menyampaikan rencana akan
dibukanya Kedutaan Besar Republik Kazakhstan di Jakarta.

Dalam kunjungan tersebut Nazarbayev juga membawa delegasi Kazakhstan
yang akan melakukan pertemuan dengan komunitas bisnis di Indonesia serta
menandatangani beberapa kesepakatan bisnis termasuk dengan Badan Usaha
Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP).

Seperti diketahui 5 April lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan,
Kayrat Sarybay, bersama rombongan mengunjungi BUMNIP di Bandung,
diantaranya PT DI, PT Pindad, PT Dahana, PT LEN Industri dan PT INTI.
Kayrat Sarybay berharap BUMNIP tersebut dapat memberikan pemaparan
singkat tentang produk andalannya.

Dalam kunjunganny Kayrat Sarybay mengungkapkan ketertarikan negaranya
bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), termasuk opsi
pembelian sejumlah pesawat produksinya.

Sarybay mengunjungi BUMNIP dalam rangka mempersiapkan agenda pembicaraan
RI-Kazakhstan saat pemimpin kedua negara bertemu. Ia mengatakan,
Kazakhstan menyatakan tertarik dengan paparan PTDI tentang kemampuan dan
kompetensi dalam membuat pesawat terbang dan berbagai jenis persenjataan
dari PT. Pindad.

Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista Dari Inggris
<http://alutsista.blogspot.com/2012/04/indonesia-jajaki-pembelian-alutsi
sta.html>  

 
<http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTXdQhCJVQkpZfy3EgY-8RHPHo20zJs
sNU5iVgVp3D6dWGE6emlcA> 
Ranpur peluncur rudal Starstreak milik British Army

JAKARTA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia
tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan
dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana
tersebut sempat terlontar.

"Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami
akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini
sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana
Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4).

Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista
yang bakal dibeli dari Inggris. "Starstreak (rudal anti pesawat) dan
multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak
begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya.

Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi
dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah
melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris.

Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas
lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih
dibicarakan," katanya.

Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista dari Inggris
<http://defense-studies.blogspot.com/2012/04/indonesia-jajaki-pembelian-
alutsista.html>  

Starstreak II versi vehicle mounted, rudal SAM berkecepatan tinggi
hingga 3,5 mach, dan berpemandu laser, membuatnya tidak dapat dikecoh
(photo : Aviation Week)

Jurnas.com MENTERI Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia
tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan
dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana
tersebut sempat terlontar.

 

"Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami
akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini
sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana
Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4).

 

Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista
yang bakal dibeli dari Inggris. "Starstreak (penangkis serangan udara)
dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak
begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya.

 

Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi
dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah
melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris.Rencana
pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih
lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih
dibicarakan," katanya.

 

PT DI Turut Dalam Rancang Bangun Airbus A350
<http://defense-studies.blogspot.com/2012/04/pt-di-turut-dalam-rancang-b
angun-airbus.html>  

Pesawat berbadan lebar Airbus A350 (image : Airbus)

Jakarta (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (Persero), Rabu,
mencatat sejarah baru dan "naik kelas" dengan menjadi mitra rancang
bangun setara bagi Airbus, dalam pembuatan A350. PT DI bukan lagi
sekedar pembuat komponen (manufacturing) seperti sebelumnya. 

 

Langkah maju PT DI itu ditandai penandatanganan memorandum kesepahaman
antara PT DI dengan Airbus Industrie di Jakarta, yang menjadi salah satu
agenda dalam kunjungan kenegaraan PM Inggris, David Cameron, yang
disertai 30 pebisnis utama Inggris, termasuk dari Airbus.

 

PT DI dalam penandatanganan yang berlangsung di Istana Negara itu
diwakili Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Ardonni Jafri. Kini,
selain mampu membuat komponen untuk pesawat Airbus, PT DI dipercaya
untuk berkontribusi dalam rancang bangun pesawat Airbus A350.
Bicara soal Airbus ini, konsep dan praktis pengendalian pesawat terbang
dua awak (two men cockpit) berbasis sistem elektronika (fly by wire)
jajaran pesawat komersial A-300 buatan konsorsium penerbangan Eropa ini
diprakarsai tokoh kedirgantaraan nasional, Wiweko Supomo.

 

Supomo, yang pernah menjadi direktur utama PT Garuda Indonesian Airways
(saat itu) juga sahabat kental Nurtanio, pendiri PT DI, yang kemudian
namanya sempat diabadikan menjadi pusat unggulan industri kedirgantaraan
satu-satunya di Asia Tenggara itu.

 

Mengomentari perkembangan pesat PT DI itu, Direktur Utama PT DI, Budi
Santoso, menggarisbawahinya sebagai langkah awal menuju status sebagai
kontraktor rancang bangun bagi Airbus.

 

"Pekerjaan rancang bangun ini akan menjadi langkah awal sebagai
kontraktor rancang bangun bagi pesawat-pesawat Airbus," katanya.

 

Bukan hanya itu, Santoso yakin kesepakatan yang ditandatangani pihaknya
dengan Airbus juga berharap PTDI menjadi pemasok tier-1 (tingkat 1) bagi
Airbus.

 

Ardonni, mengatakan kesepakatan itu secara khusus ditujukan dalam
rancang bangun pengembangan pesawat Airbus A350, jenis pesawat berbadan
lebar berteknologi masa depan, yang dimulai tahun ini juga.

 

Pesawat A350 itu sendiri kini masih dalam tahap perancangan, dimana PT
DI akan menyertakan para insinyurnya sebagai pemikir-pemikir dan
penghitung bagian-bagian dari pesawat masa depan tersebut.

 

"Kami kini masuki tahapan kerja kerah putih, tak lagi kerah biru," kata
Ardonni.

 

Dia menambahkan, selain mengangkat nama bangsa dalam teknologi rekayasa
pesawat terbang, PT DI kini mendapatkan nilai tambah 60 persen lebih
besar dari hasil pekerjaaan yang dilakukan para personilnya dalam proyek
rekayasa seperti itu.

 

Menurut dia, pengakuan Airbus tersebut bukan hal mudah karena sebelum
memutuskan menjadikan PT DI mitra rancang bangun, Airbus telah turun ke
PT DI di Bandung dan mengaudit sistem yang digunakan PT DI guna mengukur
kemampuan rancang bangunnya.

 

Sebelumnya, sejak 2002 PT DI telah dipercaya membuat berbagai komponen
untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan bahkan pesawat berlantai
dua dan terbesar di dunia A380 sejak tahun 2002 yang diperoleh lewat
Spirit (saat ini BAe System) dan juga dari CTRM Malaysia.

 

Hingga kini PTDI juga tengah mengerjakan pembuatan komponen untuk
struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan A380 sejak tahun 2002 lalu,
dimana kontrak ini diperoleh dari Spirit (saat ini BAe System-UK) dan
juga dari CTRM Malaysia. 

"Pekerjaan engineering ini akan menjadi langkah awal untuk menjadi
kontraktor engineering bagi pesawat-pesawat Airbus. Dalam hal
manufakturing, PTDI juga berharap akan menjadi pemasok tier 1 bagi
Airbus," kata Budi.

PT DI yang sudah sekian lama menjalin kerjasama dengan EADS, kembali
membuktikannya dengan memesan 9 pesawat CN295 dari Airbus Military pada
15 Februari 2012 lalu, dan pada 6 April 2012 PT DI menandatangani
pemesanan 6 unit helicopter EC725 buatan Eurocopter

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts: