Curug Cibeureum, Bikin Mata Melek Merem Description: Description: 13260955051877631022 8 Januari 2012.. Rasa capek belum hilang dari tubuh selepas pulang dari Palembang tadi malam, akan tetapi jiwa petualang masih berkobar-kobar. Pagi ini akan menjadi awal petualangan di tahun 2012. Bersama agan Upik, Agan Gery dan Agan Hendri akan menjajah Curug Cibeureum di Kab. Cianjur, Jawa Barat. Rencananya kami berangkat jam 6 pagi dari Bintaro. Tapi budaya tepat waktu sepertinya belum berlaku di sini. Pukul 07.00 kami baru berkumpul di depan gereja PJMI. Dari meeting point ini kami naik angkot menuju perempatan Bintaro Plaza. Cringgg..2000 rupiah, keluarlah pengeluaran yang pertama. Lanjut dengan jalan kaki sebentar ke St.Pondok Ranji. Cringggg.6000 rupiah kami keluarkan lagi untuk menebus tiket KA Commuter Line jurusan Pondok Ranji-Tanah Abang. Tutt..tutt..tuttttt.tak berselang lama kereta pun tiba. Woww..kami lupa kalo jam segini adalah jadwal berangkat kerja #tepok jidat.. Terpaksalah kami berdesak-desakan berbagi tempat dengan penumpang lainnya. Sampai St.Tanah Abang Langsung saja menuju loket penjualan tiket KA jurusan St.Bogor dan cringggg..7000 rupiah. Sebuah tragedi terjadi disini ( mulai lebay dech..). Ketika peringatan kereta akan segera berangkat, kami langsung menuju jalur 5 untuk menaiki kereta. Tapi apa yang terjadi ? setelah berada di dalam kereta barulah tersadar bahwa personel cuma ada tiga orang. Kak Upik,,,ya Kak Upik !! baru aku ingat kalau agan Upik masih ada di toilet. Pintu kereta tertutup sudah, terpaksa harus berangkat lebih dulu. Kecemasan mendera, takutnya Upik ngambek trus nekat menabrakkan diri ke kereta api yang lewat (maaf, becanda kak Upik..). Akhirnya agan Gery menelpon Upik dan memberitahunya untuk naik kereta selanjutnya. Belum lagi sampai St.Depok, terdengar tanda sms masuk. Sms dari agan Fadhli rupanya. Ternyata ia batal ke Jogja. Sekalian aja ku ajak ikut ke Cibeureum, itu pun kalau mau nyusul sendirian. Ehh..beneran mau dia (sampai ketemu di Cibeureum ya Fadh..). Pukul 08.45 kereta berhenti dengan mulus di stasiun Bogor. Untuk melanjutkan perjalanan kami harus menunggu kereta yang dinaiki Upik datang terlebih dahulu. Tik..tok.tik..tok.. 30 menit berlalu kereta tak muncul juga. Jam hampir menunjukkan pukul 10.00 ketika akhirnya Upik tiba di stasiun. Petualangan pun berlanjut. Keluar dari stasiun langsung saja naik angkot jurusan Baranangsiang, cringgg.2000 rupiah lagi. Dari Baranangsiang ada 2 pilihan menuju lokasi. Pertama, naik Elf atau penduduk sekitar menamakannya odong-odong. Kedua, naik bus ekonomi jurusan Bandung via Cianjur. Karena Agan Gery lebih prefer naik bus ketimbang odong-odong, kami ambil pilihan kedua. Kepada kondektur bilang saja turun di pertigaan Cibodas, dan cringgg.15000 rupiah melayang. Tak lama bus berangkat, hujan sudah mengguyur kota Bogor.Tak terbayang gimana jadinya jika sampai di sana hujan belum reda. Bukan hanya hujan yang ku khawatirkan, kemacetan juga menjadi momok yang menakutkan. Dan benar saja, sepanjang perjalanan dari Ciawi sampai Taman Safari hampir lebih dari 2 jam kami tempuh. Selepas Taman Safari barulah bus dapat melaju dengan kencang. Hujan belum juga reda saat laju bus meliuk-liuk melewati jalan raya puncak. Tampak pula di kanan kiri pemandangan kebun teh sepanjang jalan. Hampir jam satu siang kami baru sampai di pertigaan Cibodas. Perut yang sedari pagi belum diisi sarapan langsung memberikan kode merah layaknya Ultraman yang kehabisan waktu. Langsung kami menuju warung nasi padang untuk mengisi bahan bakar sebelum pendakian dimulai. Perut sudah kenyang, perjalanan lanjut dengan naik angkot jurusan Kebun Raya Cibodas, cringgg.2000 perak mengalir dari kantong. Turun dari angkot perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki. Sampai di pos penjagaan TNGP (Taman Nasional Gede-Pangrango) kami harus membayar 3000 rupiah per orang #cringggg... Dari info mas penjaga, panjang perjalanan menuju curug Cibeureum adalah 2,8 kilometer. #Enteng. Hap..hap..hap..pendakian dimulai. Karena waktu yang sudah hampir menjelang sore, banyak rombongan mulai turun dari atas dan kayaknya tinggal kami saja yang naik. Hujan telah reda, tapi awan mendung masih menggelayut manja di langit menutupi hangatnya pancaran sinar sang surya. Hawa sejuk membuat perjalanan tak terasa berat, meski kadangkala membuat agan Gery harus istirahat untuk menghela nafas sejenak. Jalur pendakian yang kami lalui nampaknya sudah tertata. Diawali jalan mendaki melewati jalur bebatuan yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan pengunjung. Sehabis jalan berbatu kami juga harus melewati jembatan kayu yang nampaknya sedang dipugar berganti dengan jembatan semen. Ada beberapa shelter tempat untuk beistirahat bagi pendaki. Salah satunya adalah Telaga Biru. Dinamakan demikian karena terdapat telaga yang berwarna biru akibat ganggang yang tumbur di dasarnya. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, tibalah kami di curug Cibeureum. Subhanallah.Wow,,,benar-benar indah. Semua rasa lelah (sebenarnya gak capek2 amat sih..) terbayar sudah. Di lokasi ini sebenarnya terdapat tiga curug yang saling berdekatan. Yang pertama curug Cibeuruem yang nampak gagah menggelontorkan ribuan kubik air menghujam bebatuan di bawahnya. Di sampingnya tampak pula curug Cidendeng yang angggun mempesona dengan aliran airnya yang lebih langsing. Yang satunya lagi tampak malu-malu mengintip dari balik tebing, curug Cikundul. Waktunya narsis dan maen air..Sayang salah satu teman kami (Agan Fadhli) gagal mendaki karena terlampau sore saat tiba di pos penjagaan ( sabar Fadh, ntar tak bawain airnya dari atas,,hehehe). Tak terasa sore telah menjelang. Suasana semakin gelap mengharuskan kami segera turun ke bawah. Sejenak aku memandang untuk terakhir kali dan berjanji dalam hati suatu saat aku kan kembali lagi. Rintik-rintik gerimis kecil menemani perjalanan kami menuruni jalur pendakian. 45 menit berjalan, sampailah kami di pintu gerbang TNGP. Tampak dibelakang kami Gunung Gede-Pangrango gagah berdiri menjulang tertutup awan putih. Waktu hendak turun menemui Fadhli yang telah menunggu di parkiran, tampak pedagang yang menjajakan tanaman kaktus sebagai buah tangan. Kayaknya boleh juga nih kaktusnya.Setelah bingung karena banyaknya pilihan, akhirnya masing-masing menetapkan pilihannya. Perjalanan terus berlanjut, kami turun kembali dengan angkot menuju pertigaan Cibodas. Dari sini dilanjutkan naik bus "Doa Ibu" jurusan Tasik-Kampung Rambutan, cringggg..15000 rupiah. Alamak..ternyata perjalanan pulang kali ini lebih parah macetnya, sampai sampai hampir pukul 22.00 kami baru tiba di terminal Kampung Rambutan. Dari sini kami lanjutkan perjalanan ke Bintaro, menuju kosan masing2 dengan membawa kenangan indah perjalanan hari ini.