[breaktime-corner] Bromo: Mendaki Tautan Bentang Montana

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 13 Jan 2012 22:33:06 +0700

 


Bromo: Mendaki Tautan Bentang Montana


 

Sejauh ingatan saya, penghujung tahun selalu menyuguhkan eksplorasi alam
penuh impresi. Di tengah intensnya curah hujan bulan Desember, kerap
tersembunyi sisi mayapada lain yang menyenangkan. Tidak terkecuali yang satu
ini. Bersama gerombolan petualang gila kaliber 1, Gebrakers, saya menapakkan
kaki pertama kalinya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.
Sila ikuti jejaknya.

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxqcjfREoQ1r0f494.jpg

Hindu's Foreground.. 

Menyibak maha karya Bromo terasa seperti berpindah dimensi. Kawasan wisata
stratovolcano ini bukan sekedar gunung berapi komposit ala kadarnya. Kita
akan dimanja dengan varian multi objek disana-sini. Mulai dari alam, hingga
hangatnya sambutan. Dalam literatur Sansekerta, Bromo mengadopsi nama salah
satu Dewa prima dalam kepercayaan agama Hindu. Tidak heran, sampai sekarang,
masyarakat Tengger sebagai suku asli yang mendominasi lingkungan ini, masih
dikenal taat pada aturan dan ajaran Hindu.

Perjalanan darat via kereta Gaya Baru Malam Selatan memakan waktu tidak
kurang dari 14 jam. Setelah tergelak meramaikan seisi gerbong dengan
permainan kartu UNO, tibalah kami di Surabaya. Beruntungnya, disinilah kami
bertemu dengan Iman Kurniadi. Salah seorang rekan Gebrakers yang berdomisili
di kota pahlawan. Dengan sigap ia banyak membantu detail persiapan sampai
eksekusi final trip ini. Gerimis mengantarkan penelusuran kami menuju Desa
Ngadisari di radius Probolinggo. Melewati jalan raya menanjak dan erat
tikungan tajam. Desa ini merupakan desa terakhir sebelum turun ke lautan
pasir yang menjadi lokasi utama Gunung Bromo. 

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxqc48nz781r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxqcbunkih1r0f494.jpg

Saat malam tiba, hujan deras, temaram lampu, dan bincang-bincang warung kopi
menjadi warna tersendiri. Kami menginap di sebuah rumah warga dengan 'Sistem
Umpel-umpelan'. Bonusnya, gaya tidur khas bolang seperti ini justru
menguntungkan. Udara terasa lebih hangat sebab tubuh kami merapat satu
dengan yang lain. 

Tepat jam 2 dini hari, kami dibangunkan dan segera bergegas menyiapkan diri
untuk pendakian. Deretan jeep melaju beriringan menembus kegelapan.
Mengantarkan kami sampai menyentuh kaki gunung. Saya tidak bisa berhenti
tersenyum takjub sekali saat mendongakkan kepala ke atas langit saat itu.
Bahkan setelah diguyur hujan deras, atap Bromo tetap melemparkan tebar
bintangnya. Memukau sedemikian sani di mata. 

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq9ykYb3C1r0f494.jpg

Tiga ratus anak tangga diselingi penerangan senter ala kadarnya. Kami terus
menaiki pos demi pos. Semakin ke atas, anak tangga rupanya terhenti di
tengah gunung. Untuk melanjutkan pendakian, hanya terdapat celah curam,
terjal, dan sempit sebagai jalan setapak. Jika kurang berhati-hati, bisa
dengan mudah tergelincir. Dengan nafas masih setengah tersengal, kami
melempar pandangan sesampainya di atas. Segala peluh terbayar, mata spontan
berbinar.

Dramatic Glance..

Inilah maha karya Bromo. Tautan bentang montana yang diambil dari nama
Brahma. Visualisasi apik dari hamparan lembah, ngarai, dan lautan pasir yang
tersulam. Kami menanti munculnya sang rawi sembari tunaikan ibadah subuh.
Tak lama, semburat jingga dan kebiruan mulai berbaur. Lembut menerangi
tetangganya yang tak jauh bersinggungan, yaitu Gunung Batok, Kawah Bromo,
serta puncak Mahameru. Sungguh merekalah juwita pagi itu, Kawan!

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq8zpXOBS1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq91vuhNB1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq92s7O9G1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq9weGlop1r0f494.jpg

Usai sarapan ala kadarnya, kami meneruskan penelusuran. Jalur masuk
melintasi objek berikutnya cenderung berkerikil. Permukaan tanah lembab
bercampur dengan gundukan pasir. Mayoritas vegetasi sekitar kering
berguguran akibat erupsi baru-baru ini. Tibalah kami di lokasi Pasir
Berbisik. Sebuah kaldera atau lautan pasir yang terperangkap. Sesekali saat
berpijak, saya memperhatikan beberapa sudut pasir mengeluarkan asap putih
tebal. Sekelilingnya hanya dipagari perbukitan dengan rona cokelat
kehijauan. Puas sekali rasanya berlari-lari di tengah gurun ini. Tekstur
pasir amat bersih, hitam, pekat, bahkan mengkilat terkena bias matahari
pagi. Pas menjadi alas dari beberapa jeep yang parkir berkoloni. 

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq953g8Li1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq95vBVoz1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxqc66qV5U1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxqa522eri1r0f494.jpg

Lalu, jangan pikir hanya belantara Afrika Selatan yang punya padang savana.
Bromo pun mampu menyajikannya. Padang Savana Bromo terjalin solid dengan
Bukit Teletubbies. Dinamakan demikian karena kontur bukitnya begitu hijau,
rapi, dan hening. Tersusun tanpa berundak. Persis taman bermain
Teletubbyland di serial TV anak Teletubbies. Sebagian sisi dihiasi tebing
hitam tipis. Kumpulan ilalang juga mengayun manja searah hembusan angin pagi
itu. Sekilas landscape ini mirip Desa Edensor di Derbyshire - Inggris,
seperti yang pernah dideskripsikan Andrea Hirata dalam salah satu
tetraloginya. 

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq99bPGd81r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq9srwAvW1r0f494.jpg

Description: Description:
http://media.tumblr.com/tumblr_lxq9u4Zz2v1r0f494.jpg

Sisanya, kami bermain di kisaran bibir kawah, kaki Gunung Batok, dan Pura
Luhur Kahyangan. Jeep yang kami tumpa memasang tarif Rp 410.000,- untuk
sampai ke titik-titik utama tadi. Tak lupa, oleh-oleh Teh Candi Wayang kami
borong sebelum beranjak pergi. Kami tergoda jahil menyebutnya Teh Christine
Hakim. Sebab sang penjual begitu fasih berpromosi, bahwa aktris legendaris
itu amat suka meminumnya selama shooting film Pasir Berbisik dulu. Dan
tentunya, alam Indonesia selalu hadirkan senyum kirana di wajah saya.

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] Bromo: Mendaki Tautan Bentang Montana - gunawan prakoso