[nasional_list] [ppiindia] Petani yang Malang

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 19 Jan 2006 01:51:25 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/012006/19/0901.htm



Petani yang Malang
Oleh 
SOEROSO DASAR 
SEBUAH pertanyaan menggelitik, benarkah pemerintah telah berkhianat kepada 
rakyat dengan melakukan kebijakan impor beras? Karena izin impor beras 70 ribu 
ton, namun dalam realisasinya membengkak menjadi 250 ton. Impor terus 
menggelinding dari Thailand dan Vietnam, bahkan dengan kualitas yang rendah. 
Pada saat yang sama penolakan dari berbagai elemen pun terjadi dalam bentuk 
pernyataan dan demonstrasi.

Presiden pun meng-counter semuanya dengan penjelasan bahwa impor hanya untuk 
stok. Masalah ini menjadi bola salju. Sisi lain pun berusaha diungkap. Sekira 
115 orang anggota DPR-RI mengusulkan untuk menggunakan hak angket, terkait 
dengan masalah impor beras. Nuansa KKN merebak, diduga ada unsur korupsi, dan 
penyalahgunaan wewenang di sana. Kalau dugaan itu benar, kita pun kembali 
terhenyak dan meneteskan air mata memikirkan kehancuran moral di republik ini.

Bicara tentang KKN dan korupsi, teori sosiologis murni mengatakan apabila 2,5 
persen dalam distribusi normal suatu komunitas manusia korup, jahat, zalim itu 
adalah hal yang biasa. Bandingkan kondisi republik kita yang dikenal dengan 
"korupsi berjamaah", selalu menempati urutan tinggi dalam ranking korupsi di 
dunia. Di sini, nilai kebenaran tanpa ada suatu standar yang jelas. Yang salah 
bisa saja bebas, yang benar dijebloskan ke penjara. Krisis multidimensional 
demikian lama dan gelap terjadi belumlah juga berlalu. Entah kapan penantian 
itu akan berakhir. Namun bila dibandingkan dengan zaman kepemimpinan Bani 
Umayyah yang kejam dan zalim, dengan derajat kekejaman tiada tara itu, (bahkan 
belum tertandingi hingga saat ini), bisa pupus dengan munculnya Umar Bin Abdul 
Azis, yang hanya 2 tahun memberikan keteladanan. Semua berubah menjadi tertib, 
aman, dan sejahtera. Adakah keteladanan muncul seperti Umar Bin Abdul Azis di 
republik ini ?

Ketika gonjang-ganjing impor beras heboh, puluhan manusia bergelimpangan mati 
kelaparan di Papua. Ujung barat republik ini yang potensi alamnya luar biasa 
terus dikuras. Setelah beku dan nafasnya tercabut karena lapar, baru pemerintah 
heboh. Bukankah setiap daerah ada "ujung tombaknya?" Apa kerja camat, apa kerja 
bupati, bahkan apa kerja gubernur? Mana keikhlasan untuk memperbaiki kondisi 
masyarakat yang ditimpa resesi berkepanjangan itu? Nasi sudah menjadi bubur. 
Inilah gaya manajemen pemerintahan Indonesia, "manajemen heboh". Heboh kalau 
sudah terjadi. 

Suatu negara yang agraris, subur, indah, dan beragam potensi alamnya sebagai 
anugerah Allah, namun di sisi lain menjadi petaka. Banjir, tsunami, kekeringan, 
kemiskinan, kelaparan, fitnah, datang silih berganti. Pembunuhan, perkelahian, 
pertentangan antardesa, mewarnai kehidupan masyarakat. Sulit untuk mencari 
ujung, dan mana yang menjadi pangkal. Tampaknya azab Allah terus akan datang 
ketika tidak ada kesadaran untuk mengubah dari kesalahan yang terjadi.

Strategisnya pembangunan sektor pertanian di dunia ketiga, karena sektor ini 
menyentuh kepentingan orang banyak. Apabila permintaan sektor pertanian 
meningkat secara agregat, tidak mustahil dia akan menjadi "penyangga" proses 
pembangunan secara keseluruhan. Beberapa alasan dikemukakan para ahli 
pembangunan pertanian (Jhon Meller), sektor pertanian berperan sangat penting 
sebagai penyedia lapangan kerja di sektor lainnya. 

Sektor ini masih memungkinkan memberi pengaruh terhadap tata perekonomian 
secara menyeluruh. Simulasi dan strategi pangan di republik ini mempunyai 4 
jawaban strategis. 

Pertama, commitment stock yaitu stok pangan, dengan sasaran para transmigran, 
pegawai perkebunan, raskin, atau kesepakatan lainnya. 

Kedua, stabilization stock, langkah ini lebih ditujukan kepada stabilitas harga 
karena kelebihan produksi (mengamankan harga dasar dan harga atap). 

Ketiga, emergency stock, kebijakan ini diambil untuk hal-hal yang bersifat 
darurat, seperti bencana alam, dll. Keempat, carry over stock, yaitu untuk 
cadangan pangan berikutnya.

Impor beras yang heboh belakangan ini, intinya adalah terjadinya perbedaan 
estimasi antara kebutuhan dan produksi (data stok beras, kebutuhan, data impor, 
dll). Departemen teknis (Deptan, Indag, Bulog, Sosial, Dll) memberikan 
estimasi-estimasi yang masih perlu diluruskan. Mirip dengan perbedaan orang 
miskin yang harus menerima subsidi dana BBM. Berbeda data yang dikemukakan oleh 
BPS, BKKBN, dan Pemda. Alasan klise selalu muncul. Kan tolok ukurnya atau 
acuannya berbeda. 

Bagaimanapun kebijakan buffer stock (stok penyangga) melalui produksi dalam 
negeri, maupun impor ditujukan untuk stok pangan harus dalam kondisi yang aman, 
kalau bisa jangan sampai pada titik minimum stock recruitment (MSR). Karena 
stok pangan sangat strategis dalam proses pembangunan suatu bangsa. Namun 
masalah lain pembangunan di sektor pertanian adalah masalah elastisitas harga 
atas penawaran hasil-hasil pertanian yang lebih rendah daripada elastisitas 
harga penawaran hasil produksi barang industri. Hal ini karena struktur 
pertanian lebih rigid dari struktur industri. Dengan demikian, untuk menaikkan 
atau menurunkan hasil produksi pertanian jauh lebih sukar bila dibandingkan 
dengan produk hasil produksi.

Sebuah pendapat yang agak "berani" dan berseberangan adalah pendapat yang 
menyodorkan konsep comparative advantage. Teori yang dikenal dalam literatur 
ekonomi internasional, dicoba diterapkan dalam konteks swasembada pangan di 
Indonesia. Kalau misalnya kita mampu memproduksi komoditas lain yang ternyata 
mendatangkan keuntungan atau devisa yang lebih banyak, kenapa tidak dilakukan. 
Bukankah constraints akan selalu terjadi? Tetapi pertanyaannya adalah apakah 
swasembada pangan mutlak harus dicapai? Dengan risiko lingkungan semakin rusak 
(keseimbangan ekologi terganggu) kredit macet, dan dampak negatif lainnya. Sisi 
positifnya bila pengejaran swasembada pangan dilakukan, ketahanan pangan yang 
terkait dengan ketahanan nasional akan terjaga.

Ada dua pendapat yang berbeda melihat masalah swasembada ini. Pertama, 
(konvensional) yang menganggap subsistem kesra sebagai suatu yang bersifat 
nonproduktif. Oleh karena itu bidang kesra dianggap sebagai subsidi. Implikasi 
pandangan ini, sebelum memberi bobot yang lebih besar kepada kesra, maka 
ekonomi kita harus kuat dahulu. 

Pandangan kedua, (masih minoritas) menganggap kesra harus dilihat dari masalah 
utamanya, yakni "kemiskinan" dan keterbelakangan. Implikasinya, masalah kesra 
dihubungkan dengan usaha mempersiapkan tenaga kerja sebelum masuk ke pasar 
kerja (pre-employment stage), melindungi selama tahap bekerja ( employment 
stage), dan merawatnya setelah habis masa kerja (post-employment stage).

Kelompok kedua masih minoritas melihat, masalah kemiskinan sama halnya dengan 
masalah hankam, yang menyangkut daya tangkal (deterrent force). Untuk melihat 
perbedaan pendekatan berpikir antara kedua kelompok tadi, kelompok konvensional 
selalu mengutamakan masalah ekonomi dahulu. Kalau kita beranggapan, bahwa 
"ketahanan nasional" perlu memperhatikan faktor-faktor dari dunia luar saja, 
maka pandangan ini adalah sangat keliru. Karena tidak sedikit kehancuran suatu 
negara justru muncul dari dalam negeri seperti birokrasi, kemiskinan, dan 
lainnya.

Kekhawatiran dampak dari impor beras adalah tidak bergairahnya petani dalam 
memproduksi, dan harga beras tidak seperti yang diharapkan. Harga beras impor 
memang jauh lebih rendah dari harga pasar saat ini. Namun bila dilihat dari 
data tingkat kepemilikan lahan oleh petani, apa pun kebijakan diambil akan 
sulit untuk mengangkat petani dari kubangan kemiskinan. Lebih 50 persen petani 
republik ini adalah petani miskin. Yang harus membeli beras untuk kebutuhan 
hidupnya. Sekira 20 persen petani pas-pasan, yang hasil produksinya cukup untuk 
dimakan. Hanya sebagian kecil petani kaya yang produksinya dijual. Hingga 
banyak yang menunjuk subsidi sektor pertanian dalam bentuk irigasi, pupuk, dan 
lainnya tidak menyentuh petani kecil, tetapi dinikmati petani kaya. Sritua Arif 
pernah menulis, bahwa penggunaan bibit unggul, telah mengurangi hari kerja per 
hektare dari 260 menjadi sekira 210 hari. Huller telah menendang 8 juta 
penumbuk padi di Jawa. Traktor menggusur bajak. Dampak dari intens
 ifikasi sektor pertanian. Toh kemiskinan di perdesaan tidak juga pergi. 
Swasembada pun tidak datang. Semua teori-teori di atas terbantah. Petani pun 
tetap berkubang dengan kemiskinan. Ah, petani yang malang. *** 

Penulis, peneliti senior pada Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan 
SDM, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran Bandung


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Petani yang Malang