[nasional_list] [ppiindia] Penzaliman-Sistematik Wong Cilik

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 20 Jan 2006 02:26:56 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/20/opini/2375089.htm

 
Penzaliman-Sistematik Wong Cilik 


Tamrin Amal Tomagola

Kita dibuat tertegun, prihatin, saat membaca berita amok sekitar 12.000 buruh 
yang berdemo di Surabaya, Senin lalu (Kompas, 17/1/2006). Demo berakhir bentrok 
dan perusakan bagian Kantor Gubernur Jawa Timur.

Kita prihatin. Di satu pihak kita menyadari, terlepas dari apa pun alasannya, 
penggunaan kekerasan fisik dalam menyelesaikan suatu sengketa bukanlah cara 
beradab dalam tradisi negara demokratis yang berperikemanusiaan. Di lain pihak, 
kita tahu, tindakan kalap-amok adalah produk dari suatu keputusasaan yang 
terbentur pada jalan buntu.

Meski kebrutalan sejenis ini harus ditolak, kita sadar, para buruh adalah 
lapisan bawah masyarakat yang paling menderita karena serentetan kebijakan 
publik pemerintah yang dibuat sejak Oktober tahun lalu.

Kekerasan struktural

Aksi perusakan oleh para buruh di Surabaya adalah suatu tindak kekerasan fisik 
(physical violence), sedangkan tindakan penaikan harga BBM tahun lalu dengan 
semua rentetan akibatnya oleh pemerintah adalah suatu tindakan perusakan 
kehidupan wong cilik, terutama buruh dan petani kecil yang kian terbebani biaya 
hidup yang nyaris tak terjangkau. Jenis tindak kekerasan seperti ini lazimnya 
dikenal sebagai kekerasan struktural (structural violence) yang biasanya 
berwujud dalam tindakan penutupan akses dan kontrol atas sumber daya strategis, 
baik ekonomis maupun non-ekonomis.

Jenis kekerasan pertama, oleh para buruh, bersifat konkret, langsung serta 
terasa secara fisik, sedangkan kekerasan jenis kedua, oleh pemerintah, bersifat 
abstrak, tidak langsung dan tidak dapat dikenali secara fisik. Selain itu, di 
antara dua jenis kekerasan ini ada hubungan sebab-akibat yang tak terhindarkan.

Artinya, bila telah terjadi kekerasan struktural-apalagi bila tidak segera 
dikoreksi, lambat atau cepat-akan membuahkan kekerasan fisik. Dengan kata lain, 
kekerasan fisik adalah produk kekerasan struktural.

Kezaliman atas wong cilik, buruh, dan petani, yang secara sistematis dan 
berjenjang terus menyesakkan kehidupan mereka hingga hari ini, semuanya berawal 
dan berhulu pada pilihan kebijakan pemerintahan SBY dan JK yang tidak berpihak 
kepada wong cilik. Ada tiga kebijakan yang saling terkait dan secara telak 
bersama-sama pada ujungnya memelaratkan rakyat.

Pertama, penaikan harga BBM yang amat mencekik daya beli rakyat kecil. Meski 
ada opsi kebijakan lain berupa pemangkasan radikal terhadap jaringan benalu 
mafia dalam perminyakan serta pengajuan pemotongan utang luar negeri-yang juga 
dilakukan beberapa negara peminjam lain-SBY-JK lebih memilih tidak mengganggu 
kenyamanan para mafia serta pendana luar negeri dan dengan itu mengambil risiko 
mendorong rakyatnya sendiri ke ambang amok yang brutal.

Kedua, kebijakan impor beras. Bila dampak beruntun kenaikan harga itu 
melemahkan daya beli rakyat sebagai konsumen, kebijakan impor beras menutup 
kemungkinan petani menaikkan pendapatannya sebagai produsen. Rakyat terpojok 
dari dua sudut, daya beli yang terpuruk dan pendapatan yang terpasung.

Kebijakan ini tidak berdasar karena pengaruh beras impor atas stok nasional 
hanya 0,6 persen (Wawancara JK, Kompas, 18/1). Bila demikian, apa urgensi beras 
impor? Lagi pula, tiga per empat petani bukan produsen beras sudah sejak lama 
berhenti mengonsumsi beras dan beralih ke bahan pokok lain. Yang jelas, 
kenaikan harga beras yang tidak seimbang dengan kenaikan harga kebutuhan lain 
yang dipicu kenaikan harga BBM membuat petani produsen kian terpuruk. 
Sebaliknya, kelas menengah perkotaan tidak perlu terlalu mengetatkan ikat 
pinggang mereka.

Ketiga, kebijakan perombakan kabinet SBY. Dalam perombakan ini, yang 
kelihatannya amat diperhitungkan adalah kepentingan donor dan investor asing 
serta partai politik. Kepentingan rakyat, wong cilik, sama sekali tidak 
mengemuka. Dari perombakan itu sama sekali tidak ada petunjuk SBY bertekad 
untuk meningkatkan kinerja menteri yang langsung berhubungan dengan peningkatan 
kesejahteraan rakyat.

Yang lebih mencengangkan, didudukkannya kembali seorang mantan menteri dari 
pemerintahan sebelumnya yang gagal dalam mengawal aset nasional- yang diobral 
ke pemodal asing- dan tidak berselera menaikkan taraf kehidupan wong cilik. 
Dengan prestasi kebijakan ekonomi yang pro-pasar dan anti-wong cilik seperti 
itu ia justru dielu-elukan sebagai penyelamat ekonomi bertangan dingin.

Mantan menteri yang pro-pasar ini berpasangan dengan seorang mantan direktur 
IMF. Kombinasi ini, di satu pihak, kian mengentalkan kecenderungan kebijakan 
pemerintah yang zalim terhadap wong cilik dan pada saat yang sama, di lain 
pihak, kian menyenangkan donor dan investor asing. Tabu bagi mantan direktur 
IMF untuk membuat kesal pihak-pihak yang disebut terakhir ini.

Kesalahan tragis

Bila seorang filosof terus terombang-ambing dalam keraguan, itu sudah menjadi 
tugas kodratinya. Namun bila seorang presiden larut dalam keraguan 
berkepanjangan dalam mengambil pemihakan, rakyatlah yang terjerembab dalam 
lembah kemelaratan. Keraguan yang berkepanjangan ini amat jelas teramati pada 
diri SBY.

Pada awalnya ia amat percaya diri dan tidak terlalu mengacuhkan partai politik. 
Logisnya, sejak awal dia sudah mantap membentuk kabinet presidensial murni 
berdasar keandalan profesional yang kokoh. Namun bukan itu yang dilakukannya. 
Dia malah membentuk kabinet parlementer berbasis dagang sapi dengan partai 
politik. Dia lupa pada rakyat, khususnya wong cilik, lebih sibuk membangun 
koalisi elektoral dalam parlemen. Apalagi saat wakilnya dapat merebut pucuk 
pimpinan Golkar. SBY kian larut bermesraan dengan parpol dan menyimpan potret 
wong cilik kekasihnya yang pertama di laci paling bawah dari skala prioritas 
kebijakan.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ternyata kekasih barunya, 
para politisi parpol di parlemen, dengan suara mayoritas mutlak dua hari lalu 
memutuskan untuk menggugat kebijakan impor beras yang zalim pada rakyat kecil. 
Para politisi yang sudah keburu dikencani SBY ternyata sekarang berbalik arah 
memihak dan merangkul rakyat. Tragis, teman kencan lama yang ditinggalkan 
sekarang direbut justru oleh teman kencannya yang baru.

Hikmah yang bisa dipelajari adalah jangan sekali-kali meninggalkan wong cilik, 
apalagi menzalimi mereka. Setelah beruntun mereka dizalimi, wong cilik akan 
memberi kata-akhir tiga tahun lagi di bilik suara Pemilu 2009.

Tamrin Amal Tomagola Sosiolog


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Penzaliman-Sistematik Wong Cilik