** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/17/opi4.htm Pemerintahan (Berbasis) Antikorupsi Oleh Novel Ali SUARA pesimistis terhadap langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberantas korupsi, santer terdengar di tengah masyarakat. Namun, optimisme sebagian warga masyarakat lain, akan hasil jerih payah pemberantasan korupsi di bawah Presiden SBY, pun terasa solid. Salah satu indikasi kemajuan upaya pemberantasan korupsi sekarang, adalah diseretnya gubernur, bupati, wali kota, anggota DPRD/DPRD ke meja hijau. Jenderal di lingkungan Kepolisian, juga masyarakat sipil yang terlibat dalam kasus pemboboIan bank BNI senilai Rp 1,7 Triliun, termasuk "otaknya" (Adrian Waworuntu), masuk penjara. Minimal menghadapi tuntutan penjara. Pada masa lalu, realita itu tidak senyaring sekarang. Salah satu penyebabnya, pemerintah seolah tidak dibangun (berbasis) gerakan antikorupsi. Terutama bermuara keteladanan pucuk pemerintahan nasional. Ditandai dengan upaya memperbaiki sistem, di samping pemerkuatan lembaga negara antikorupsi. Secara teoritis, gerakan antikorupsi tidak ada berkaitan dengan pergantian rezim (pemerintahan). Siginifikasi proses dan efek gerakan antikorupsi dengan realita tindakan pemberantasan korupsi di suatu daerah, atau negara, ditandai terutama oleh perubahan radikal dalam semangat memberantas korupsi di lingkungan pemerintahan, dengan keteladanan pucuk pemerintahan setempat di satu sisi, dan dukungan masyarakat di sisi lain. Orde Baru yang sering diidentifikasi sebagai rezim korup, berganti rezim antikorupsi. Hanya saja, pembangunan pemerintahan RI antikorupsi di bawah pengganti mantan Presiden Soeharto, baik Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, maupun Presiden Megawati, tidak sekonkrit yang dilakukan Presiden SBY. Indikasi itu, tidak boleh diposisikan sebagai bukti komprehensif dan terstrukturnya gerakan antikorupsi di seluruh lini pemerintahan nasional kita. Sebab, di tengah derasnya komoditi informasi tentang dimasukkannya sejumlah tokoh pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif), di pusat dan daerah, masyarakat awam masih dengan gampang menengarai berbagai perilaku korup, yang dilakukan penyelenggara negara kita. "Membaca" Peluang Salah satu tantangan aktual Indonesia saat ini, adalah praktik korupsi. Bencana nasional buatan manusia sendiri itu, tidak bisa dibiarkan berlanjut, sehingga praktik antikorupsi harus dijadikan landasan moralitas pemerintahan nasional kita, mulai istana negara, sampai perdukuhan di lingkungan desa. Sejak istana kepresidenan hingga rumah penduduk, khususnya yang mengembang amanat pemerintahan di tingkat paling basis (dasa wisma, rukun tetangga, atau lainnya). Tantangan aktual Indonesia, dapat ditengarai khususnya dari janji Presiden SBY di masa-masa kampanyenya. SBY menjanjikan pemerintahan di bawah kenda-linya, akan menjadi good and clean governance. Janji ini, mustahil bisa diwujudkannya, jika dirinya tidak dibantu seluruh unsur penyelenggara negara di setiap sudut kepulauan Nusantara, secara all-out (keseluruhan, habis-habisan). Di samping berlangsung sepanjang waktu. Namun, setinggi apa pun kualitas gerakan antikorupsi dipelopori pucuk pemerintahan nasional kita, hasil maksimalnya mustahil dapat diwujudkan, tanpa dukungan seluruh lapisan masyarakat. Penyebabnya adalah, korupsi di negeri ini, tidak dilakukan karena desakan mempertahankan/bertahan hidup serta kehidupan pribadi dan keluarga , melainkan demi memperkaya diri lewat penghalalan cara . Pada gilirannya, korupsi sistemik pun eksis menandai pergantian rezim pemerintahan di negeri ini. Jika awalnya kepentingan bertahan hidup menjadi motif seseorang atau sejumlah orang melakukan tindak pidana korupsi, pada tahap berikutnya korupsi dimotivasi oleh bangunan sistem, yang hanya bisa terjadi karena dukungan kerjasama antar sejumlah pelaku korupsi, pada berbagai birokrasi (selanjutnya dikenal sebagai korupsi berjamaah). Artinya apa? Artinya, kalau kita bertekat membangun pemerintahan (berbasis) gerakan antikorupsi, dibutuhkan ketepatan "membaca" semua kecenderungan, atau setiap peluang sistem, yang dapat membuka akses korupsi. Tidak ada gunanya pemerintahan kita sekarang diperkuat oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang patut diacungi jempol sebagai sangat getol memberantas getol, sekalipun jumlahnya diperbanyak, atau geraknya diperluas sampai ke tingkat desa / kelurahan, dengan kualitas yang sama (seperti sekarang), jika sistem apa pun tetap membuka peluang praktik korupsi. Ambil contoh sederhana, pelayanan publik untuk memperoleh kartu penduduk, surat izin mengemudi, paspor, izin bangunan, izin usaha, dan lain sebagainya, hingga langkah konkrit pengawasan keuangan negara, di samping perilaku anggota DPR/DPRD yang berkoalisi dengan eksekutif untuk memperjuangkan pemenuhan kepentingan bersama, ditandai banyak sekali "lubang tikus", untuk dimanfaatkan "tikus korupsi", di negeri ini. Pelayanan publik yang dilaksanakan banyak meja, padahal seharusnya cukup satu meja, selalu membuka peluang korupsi, apa pun bentuknya (uang pelicin, uang semir, jasa pelayanan, dan lain sebagainya), yang mengarah korupsi sistemik. Dengan perkataan lain, praktik korupsi berlangsung serentak antarsejumlah pelaksana sistem, mulai tahap pra perencanaan, perencanaan awal, perencanaan akhir, pelaksanaan, hingga pengawasan. Pendekatan Sistem Membangun pemerintahan (berbasis) gerakan antikorupsi di Indonesia, memang seharusnya dipelopori pucuk pemerintahan nasional kita. Tetapi, iktikad baik atau semangat saja, tidak cukup. Tindakan tegas, kalau perlu sampai memenjarakan seumur hidup, bahkan (suatu saat mungkin: hukuman mati), pun akan menjamin pemberantasan kosupsi di Indonesia, jika tidak dibarengi jaminan sistem. Dimaksud dengan jaminan sistem, adalah adanya kesatuan langkah dan gerak pemberantasan korupsi. Konsekuensinya, seluruh cara dan dampak gerakan antikorupsi yang diterapkan pemerintah pusat, seharusnya berlangsung dalam ritme serta perolehan hasil yang sama sampai ke tingkatan pemerintahan terbawah. Manfaat gerakan antikorupsi bagi pemerintah dan masyarakat sampai ketingkat paling bawah, idealnya harus sama. Sekali pun demikian, trickle down effect dari keteladanan gerakan antikorupsi Presiden SBY, mulai tingkat tertinggi sampai terendah, tidak boleh asal dilakukan, alias serampangan. Sebab, gerakan antikorupsi yang dipelopori pemerintah akan di-back up masyarakat, sejauh warga meyakini gerakan itu tidak sekadar untuk membangun citra pemerintahan. Apalagi sebagai langah persiapan, menghadapi pemilihan presiden/wakil presiden 2009. Perbaikan MoraIitas Pemahaman atas pentingnya pendekatan sistem itu mutlak diperlukan, karena korupsi tumbuh subur di atas kebersamaan, sekaligus matarantai pelayanan birokrasi. Ini bisa dimaklumi, karena istilah korupsi yang berasal dari bahasa Latin corrumpere, terdiri dari dua suku kata com (bersama-sama), dan rumpere (menghancurkan). Dari pengertian dasarnya itu saja, korupsi terindikasikan sebagai perbuatan tercela. Kendati korupsi memang dapat dilakukan (hanya) oleh seseorang, namun korupsi mustahil berkembang menjadi kultur, tanpa sifat kejamakan pelakunya, di samping tidak ditunjang akses legal (sistem). Sistem yang jelek, minimal sistem yang memberi peluang penyelenggara negara (mulai tingkat tertinggi sampai terbawah) menyalahgunakan kekuasaannya, sekaligus mengakses praktik korupsi, dapat merusak karakter penyelenggara negara yang sebetulnya baik. Sistem yang buruk, relatif mudah membentuk seseorang atau sejumlah orang yang (se belumnya) dikenal baik, berkarakter jelek. Sebaliknya, sistem yang baik, atau sistem yang tidak mengakses sekecil apa pun praktik korupsi, relatif gampang membuat orang yang berniat jelek (korupsi) untuk menahan diri. Dengan perkataan lain, sistem yang baik dapat mendorong seseorang atau sejumlah orang tidak menyalahgunakan kekuasaannya, terutama korupsi. Korupsi biasanya memang berkaitan dengan kekuasaan yang dimiliki seseorang. Korupsi umumnya memang disebabkan penyalahgunaan kekuasan, baik dilakukan perseorangan, atau oleh sejumlah orang. Karenanya, selain persoalan sistem, tumbuh suburnya praktik korupsi di setiap wilayah hidup manusia, dimungkinkan oleh moralitas per se (individu), baik di sektor publik, maupun di sektor privat. Karenanya, omong kosong kita bisa membangun pemerintahan (berbasis) antikorupsi, kalau cuma sistemnya yang diperbaiki. Moralitas manusia Indonesia, khususnya sebagai penyelenggara negara, apa pun jabatannya, atau setinggi/serendah apa pun kedudukannya, mutlak perlu diperbaiki, jika good and clean governance benar-benar kita harap perwujudannya, di negeri ini. Tuntutan perbaikan moralitas manusia Indonesia itu merupakan prasyarat mutlak, karena korupsi berlangsung di atas pentas jual beli pelayanan. Kalau yang menjual buruk mentalnya tetapi yang membeli bermoral baik, mustahil korupsi akan tumbuh subur. Apalagi di tengah deras don kuatnya kontrol masyarakat. Sebaliknya, jika penyelenggara negara bermoral baik, tetapi pengguna jasa pelayanan birokrasi negara itu sendiri bermoral buruk, di antaranya menuntut pelayanan prima, cepat, dan lain-lain, yang hanya dimungkinkan dengan membuka akses korupsi, maka pelayanan publik yang sebelumnya bermoral baik, pun terjebak perangkap korupsi yang dipasang masyarakat. Di sinilah pentingnya, perbaikan sistem antikorupsi, berbarengan dengan peningkatan moralitas manusia Indonesia antikorupsi, Di samping, yang tidak kalah pentingnya perluas serta peningkatan jaringan gerakan antikorupsi di negeri ini, serta kontrol seluruh warga bangsa Indonesia, (11) - Novel AIi, Dosen FISIP Undip; Dewan Etik KP2KKN (Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) Jawa Tengah. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **