** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REFLEKSI: Indonesia potong gaji? Mana mau penguasa dan petinggi lintah darat RI gajinya dipotong? Merdeka untuk dimiskinkan dan lapar serta terkebelakang?. http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=231172&kat_id=16 Selasa, 17 Januari 2006 Morales Potong Gaji. Kita? Oleh : Ivan A. Hadar Direktur Eksekutif IDE (Indonesian Institute for Democracy Education) ''Morales potong gaji sendiri''. Demikian judul berita utama beberapa media nasional di penghujung 2005. Ada yang menyentil bahwa hal tersebut adalah contoh yang mustahil terjadi di negeri ini. Sebagai presiden, gaji Morales yang relatif kecil, sesuai janjinya akan dipangkas separuhnya menjadi Rp 18 juta. Sebuah langkah yang juga diikuti oleh seluruh anggota kabinetnya. Menurut Morales, langkah itu adalah ''sebuah revolusi demokratis'' untuk menjawab seruan rakyat Bolivia, sebuah negara yang masuk kategori termiskin di Amerika Selatan, yang memiliki sumber daya alam kaya. Langkah Morales membuat banyak yang iri atau bahkan sinis ketika membandingkan kondisi yang mirip tetapi dengan perilaku ''menyimpang'' elite bangsa sendiri. Evo Morales adalah presiden terpilih Bolivia yang dalam pemilu baru-baru ini memperoleh 54 persen suara pemilih. Pesaing terdekatnya, Jorge Quiroga dari partai PODEMOS (Kita Bisa) yang menganjurkan liberalisasi pasar, memperoleh 31.9 persen suara. Moral es adalah presiden suku Indian (indigenous) pertama di benua Amerika. Kemenangan ketua partai Movimieonto al Socialisma (MAS) ini, terutama disebabkan oleh dua perkembangan. Di satu sisi, sejak beberapa bulan terakhir, MAS secara sistematis telah menjalin aliansi dengan berbagai kelompok moderat. Ketika terjadi kerusuhan sosial yang memaksa mundur presiden Carlos Mesa sehingga membuka jalan bagi pemilu, para anggota parlemen MAS melakukan perundingan dengan partai-partai aliran kanan, sementara Morales yang karismatis berhasil menghentikan gerakan protes massal. Tindakan ini, memastikan dukungan sebagian anggota kelompok kelas atas. Di sisi lain, membesarnya dukungan kepada MAS yang didirikan pada tahun 1987, sebenarnya berjalan paralel dengan merosotnya dukungan kepada partai-partai lama akibat korupsi, nepotisme, dan salah kelola. Proses yang mirip terjadi pula di Venezuela yang memenangkan Hugo Chavez dengan ''Partai Republik ke-Lima''-nya pada pemilu 1998. Koka Melejitnya popularitas Morales, terutama berkat tuntutannya untuk melegalisasi perkebunan koka dengan alasan penggunaannya sebagai bahan dasar narkoba bisa dikontrol. Bagi suku Indian Aymar yang merupakan 80 persen penduduk Bolivia, penanaman koka memiliki nilai tradisional yang tinggi. Bagi mereka yang sangat miskin, koka mentah yang dikunyah seakan ''dewa penolong'' karena mampu menghilangkan lapar. Secara ekonomis, mayoritas keluarga Indian juga bergantung pada penghasilan dari penanaman koka. Tak heran bahwa sikap MAS berseberangan dengan Washington yang menginginkan pemberantasan perkebunan koka di Amerika Latin. Konon, agar perdagangan narkoba di AS bisa dikendalikan. Selama ini, bersama pemerintah Kolumbia, Ekuador dan Bolivia, AS secara agresif menyebarkan herbisida (racun pembunuh tanaman koka), sehingga meracuni banyak lahan subur di negara-negara tersebut. Berbagai organisasi petani dan HAM, sejak lima tahun terakhir, mengungkapkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan masyarakat di kawasan tersebut. Bagi MAS, perang terhadap narkoba harus dilakukan di negara-negara konsumen itu sendiri. Perbedaan cara pandang tersebut, memiliki implikasi politik. Bagi AS, pemberantasan lahan koka merupakan kegiatan Drug Erforcement Administration (DEA) yang terkait erat dengan militer AS di berbagai pangkalannya di Amerika Latin. Tak heran bahwa DEA berkali-kali menganjurkan militerisasi kawasan perkebunan koka oleh tentara AS. MAS sendiri, pernah dijuluki ''teroris narkoba'' oleh militer AS. Lebih dari itu, sikap bermusuhan Washington bisa dijelaskan dari program ekonomi-politik MAS yang menolak kebijakan ekonomi-politik neo-liberal serta menuntut nasionalisasi perusahaan gas alam. Sebenarnya, sejak privatisasi gas alam di Bolivia pada tahun 1996, gelombang protes selalu melanda negeri ini. Boleh jadi, meski memiliki cadangan gas alam yang berlimpah (1.5 triliun meter kubik), Bolivia masih dikenal sebagai salah satu negera termiskin Amerika Latin. Kebijakan luar negeri Morales sebagai ketua MAS, juga berseberangan dengan keinginan Washington membentuk Free Trade Area of the Americas (FTAA/ALCA) mulai dari Alaska hingga ujung selatan Chile. Keinginan yang juga ditentang oleh Argentina, Brasilia, Kuba, Paraguay, dan Venezuela yang mengusulkan integrasi ekonomi regional Amerika Selatan. Calon wakil presiden Alvaro Garcia Linera, bahkan memprakarsai kapitalisme inward looking, di mana pada awalnya, tujuan kebijakan lebih mengarah pada pengembangan ekonomi dalam negeri. Alasannya, lebih dari 70 persen penduduk kota bekerja dalam perusahaan keluarga, sementara 95 persen penduduk pedesaan tergantung pada pertanian. Linera ingin ''menyambung'' proyek pembangunan sosial Revolusi 1952 berupa penguatan ''kapitalisme negara''. Bukan sebuah langkah revolusioner memang, namun paling tidak berseberangan dengan dogma neo-liberal beberapa tahun terakhir. Pertanyaannya, apakah Washington akan tinggal diam dengan perkembangan baru ini? Apapun, kecenderungan menguatnya pemerintahan kiri di Amerika Latin bakal berlanjut. Pemilu berikutnya, di Chile pada 15 Januari 2005. Calon presiden Bechelet yang beraliran sosial demokrasi dan memenangkan pemilu putaran pertama, diramal bakal mengalahkan konglomerat Pinera pada putaran kedua. Kenyataan bahwa karir politik Bachelet yang bermula pada masa Allende serta banyak teman dan ayahnya dibunuh oleh Pinochet, dilansir bakal banyak menentukan sikap politiknya terhadap AS. Pada sisi lain, kecenderungan di atas, secara umum bisa menjadi kontraproduktif karena alasan berikut. Masih menjadi pertanyaan besar, apakah Morales dan juga Chavez mampu bertahan dari godaan (bersikap) otoritarian dalam beberapa tahun ke depan. Strategi escualidos yang menggabungkan para oligarki dan kelompok kanan radikal, bisa menggiring pemerintahan Morales, Chavez, dan pemerintahan kiri lainnya menjadi ''diktator komunis''. Sesuatu yang tadinya dibayangkan, berubah menjadi kenyataan untuk diperangi. Bisa juga berupa memicu perang saudara dengan segala cara. Meski bagi Morales, kenyataan bahwa hampir semua calon presiden Bolivia pada pemilu lalu mengusulkan nasionalisasi perusahaan gas alam, cukup menjadi basis dukungan luas bagi kebijakan ekonomi barunya. Secara konkret, yang bakal dilakukan Morales, termasuk bagaimana ia melawan atau berkompromi dengan kekuatan oligarki, memerlukan dukungan luas, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan. Pro-poor Ketika Morales menepati janji memotong gajinya 50 persen saat mulai menjabat Januari 2006 ini dipenuhi; lalu diikuti langkah-langkah konkret dari kebijakan pro-poor, ia diyakini mampu menggerakkan banyak hal. Karena paling tidak, bakal memperoleh dukungan dari 70 persen rakyat Bolivia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan Presiden SBY sesuai yang diharapkan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Namun, ketika artikel ini ditulis, terbetik berita bahwa di luar gaji dan berbagai tunjangan, dana taktis presiden yang sudah disetujui DPR berjumlah Rp 2 miliar. Seakan ''timbal-balik'', tunjangan untuk anggota DPR pun naik lagi menjadi Rp 15 juta perbulan untuk tahun 2006. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **