** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/bpost/012006/4/opini/opini1.htm Meniti Harapan Dan Meraih Kemenangan Di 2006 Oleh: Mufti Wardani SAg MSi Suatu kenyataan yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan, musibah datang secara tiba-tiba dan terus berlanjut tiada henti sepanjang 2005. Kemuraman dan keprihatinan mendalam akibat krisis berkepanjangan yang nyaris tiada bertepi, masih harus ditanggung rakyat. Ironisnya, krisis yang menimpa ini bukan lagi sebatas menyentuh dimensi politik, ekonomi atau sosial budaya. Tetapi telah menerobos dimensi paling sublim (sebagai jantung sosial), menyangkut krisis spritualitas dan moralitas kebangsaan. Lihat saja contohnya, prilaku sebagian anggota DPR saat ini selain menuntut peningkatan gaji di tengah penderitaan rakyat yang terus menerus ditimpa musibah sepanjang 2005, sebagian anggota DPR masih tega menghamburkan uang rakyat dengan dalih melakukan studi banding ke luar negeri. Di saat rakyat membutuhkan perhatian mereka untuk mengatasi beberapa problematika kesehatan seperti penyakit DBD, flu burung, gizi buruk dan 1001 penyakit lain yang kini diderita oleh banyak rakyat miskin. Oleh karena itu, dengan sedih kita mesti mengakui, tampaknya sebagian moral anggota DPR kita sekarang mengidap penyakit kronis. Lebih menyedihkan lagi, meminjam istilah psikologis, sebagian anggota DPR kita dan atau sebagian pejabat tinggi negara ini sudah kejangkitan gejala 'masochisme moral'. Yaitu, hilangnya rasa malu dan sakit hati untuk mencabik-cabik martabat bangsa sendiri. Prilaku negatif yang ditontonkan sebagian anggota DPR kita ini merupakan cerminan, bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat selama lebih dari separo abad ini masih saja dikelola oleh mereka yang berani menghianati amanat rakyat demi kepentingan dan kepuasan materi pribadi. Maka, tidak mustahil bangsa yang kaya potensi alam ini telah menjadikan rakyatnya korban keserakahan nafsu sebagian aparatur negara. Benar yang diungkapkan Milan Kundera. Peraih Nobel Kesusastraan ini dengan santun berkata: "Kekuasaan itu menjebak pada kealpaan." Kesalahan Dan Kesuksesan Kealpaan itulah yang menjadi kata kunci dari seluruh kesalahan kita di sepanjang 2005. Akibatnya, musibah yang menimpa bangsa ini harus dibayar mahal dengan berbagai macam tragedi kemanusian yang disebabkan kejahilan tangan kita sendiri. Tetapi tidak berlebihan jika dinyatakan, kesedian belajar dari kekurangan dan kesalahan --termasuk kesalahan di masa lalu-- adalah komplementer bagi capaian kemajuan. Sikap ini penting dipegangi, lantaran memang tiada yang sempurna di muka bumi. Perfectionist atau tuntutan serba kesempurnaan hanya menjadi hak dan monopoli Tuhan. Kesadaran atas kekurangan justru berangkat dari fakta, kekurangan dan keterbatasan dalam batas tertentu sulit dihindari manusia dalam mencapai tujuan dan kehendaknya di bumi Tuhan. Tetapi juga sulit ditolak adanya fakta, keberhasilan dan kesuksesan acapkali menjadi produk dari berbagai koreksi dan evaluasi yang konsisten atas sejumlah kegagalan. Dalam kaitan ini, peradaban atau temuan besar yang kemudian menjadi legendaris dan monumental pada dasarnya juga merupakan akumulasi dan seleksi dari berbagai kekurangan dan kesalahan sebelumnya. Kekurangan dalam konteks ini bukan hambatan dan rintangan yang membelenggu untuk bergerak ke depan. Melainkan acapkali justru menjadi pelecut dan energi mental mendorong ikhtiar lebih keras lagi. Begitu pula bangsa ini. Kemajuan bangsa ini akan dicapai saat kita berani mengakui kesalahan dalam mengelola negara ini. Gerakan reformasi yang berlangsung sejak runtuhnya rezim orde baru, diharapkan merupakan upaya untuk memperbaiki semua sistem kehidupan bernegara dengan melihat berbagai ragam kelemahan secara struktural dan kesalahan secara individual. Tetapi sayang seribu sayang, kondisi negara sekarang ini tidak ubahnya dengan masa lalu. Bahkan ironisnya banyak musibah (politik, budaya dan sosial) yang dialami bangsa sekarang ini, jauh lebih besar daripada yang terjadi pada masa lalu. Lalu, ada apa dengan reformasi? Reformasi setengah hati, adalah jawabannya. Dikatakan setengah hati, karena kita hanya mengubah pola, tidak mengubah sistem dan mental secara totalitas. Lihat saja contohnya sistem pemilu langsung khususnya pilkada yang berhasil kita laksanakan, dengan harapan dapat melahirkan pemimpin yang sesuai pilihan rakyat dan dapat bertanggungjawab terhadap amanat rakyat. Tetapi malah sebaliknya, pilkada langsung hanya melahirkan sebagian 'raja kecil' yang arogan. Hal ini adalah salah satu contoh, kekuasaan sangat sulit diberikan kepada mereka yang bermodal besar dan memiliki sejuta ambisi tanpa diimbangi mentalitas pengabdian yang tulus terhadap rakyat. Koreksi serta memperbaiki sistem dan mental yang sudah mengakar dan mendarah daging menjadi budaya, bukan mission impossible selama masih punya harapan dan berani mengakui kesalahan kita. Karena, berangkat dari pengakuan berbuat salah adalah langkah awal untuk menuju perbaikan dan kemenangan. Apa yang terjadi sekarang, adalah kita menganggap yang kita lakukan selalu benar. Harapan Dan Kemenangan Kemampuan untuk menjadi lebih baik dalam segala bidang --politik, budaya, sosial dan ekonomi-- mungkin terasa sulit dicapai di masa akan datang bagi bangsa ini. Namun jangan sampai kita kehilangan harapan, karena harapan adalah satu-satunya harta yang harus tetap kita pertahankan dalam hidup ini. Contoh, tokoh Sisyphus yang diceritakan Albert Camus dalam mitos Yunani kuno yang selalu punya harapan. Sisyphus adalah contoh pribadi yang tidak lekas mabuk diuntung dan tidak gampang goyah dibuntung. Sisyphus dalam legenda Yunani kuno, adalah seorang pekerja sejati yang selalu berusaha keras mengangkat batu bulat besar ke atas puncak bukit. Tetapi apa daya, setiap kali batu bulat besar itu diangkat sampai ke atas puncak bukit, setiap kali itu pula batu tersebut menggelinding ke bawah. Kendati demikian, ia tidak pernah putus asa, apalagi menyerah. Ia terus berusaha mengangkatnya kembali ke puncak bukit. Ia tetap punya harapan untuk menggapainya. Yang paling penting adalah, Sisyphus tidak pernah menyalahkan orang lain atas ketidakmampuannya mengangkat batu bulat besar itu ke atas bukit. Ia justru terus berusaha. Karena, di balik usahanya itu ia menangkap sepercik sinar makna untuk berharap. Itulah harapan hadirnya sebuah kekuatan Mahabesar lagi Mahakekar. Kekuatan yang akan membawanya keluar dari situasi krisis dan menolongnya untuk mengatasi kemelut hidupnya. Begitu pula hendaknya kita terhadap bangsa ini, walaupun didera berbagai musibah dan diperburuk lagi dengan prilaku negatif sebagian aparatur negara yang membuat dada kita sesak sepanjang 2005 dan tahun-tahun sebelumnya. Kita jangan pernah berhenti berharap dan berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, karena hidup tanpa harapan adalah kematian sebelum mati. Justru harapanlah membuat hidup menjadi lebih lapang dan lega. Semoga dengan harapan yang masih tersisa dan kita miliki sekarang, dapat membangun visi dan misi hidup kita di masa akan datang dengan becermin dari kesalahan yang pernah kita lakukan. Yakinlah pada semua ini (harapan dan usaha), kemenangan di 2006 dan tahun-tahun berikutnya dapat diraih. * Pemerhati masalah politik dan sosial tinggal di Banjarmasin [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **