** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** ----- Original Message ----- From: faridgaban Sent: Saturday, February 26, 2005 2:00 PM Subject: Mengapa Saya MENOLAK Pencabutan Subsidi Minyak Mengapa saya menolak pencabutan subsidi minyak Tadinya saya senang ada banyak cendekiawan dan budayawan merasa perlu bicara pasal ekonomi yang menjadi kepentingan banyak orang. Mereka turun dari langit untuk bicara "soal BBM". Namun, belakangan saya kecewa. Iklan satu halaman penuh di Harian Kompas (26 Februari 2005) yang dibuat Freedom Institute, dan didukung sejumlah cendekiawan/budayawan kelas kakap, bukanlah "iklan layanan masyarakat". Ini "iklan layanan pemerintah". Para intelektual itu memberi justifikasi kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyunat subsidi seraya berkelit dari banyak kewajiban mendesak. Para pendekar demokrasi itu mengatakan bahwa pencabutan subsidi minyak akan mengurangi kemiskinan. Pernyataan yang menyesatkan. Hanya dengan menerapkan ilmu matematika sederhana, saya menolak pencabutan subsidi minyak yang oleh teman-teman itu disebut sebagai "luhur"--kata lain dari "mengurangi kemiskinan". MATEMATIKA SEDERHANA Jika tidak naik sepeda motor, saya mengandalkan angkutan kota murah untuk bisa datang dari rumah di Cimanggis (Depok) menuju kantor di Tebet (Jakarta). Kadang saya naik KRL. Untuk itu, saya harus menempuh rute sebagai berikut: - Naik mikrolet merah jurusan Cimanggis-UKI (Rp 1.000) - Turun di perempatan Pal - Naik mikrolet biru jurusan Kampung Rambutan-Depok (Rp 1500) - Turun Margonda Raya, dan jalan kaki menuju Stasiun Universitas Indonesia. - Naik KRL dari Stasiun UI dan turun di Stasiun Tebet (Rp 1.500) - Dari Stasiun Tebet diperlukan naik Metromini ke kantor (Rp 1000) Uang yang saya habiskan sekali berangkat Rp 5.000. Berangkat-Balik =Rp 10.000. Ini belum termasuk beli teh botol jika kehausan di KRL yang pengap dan panas (per botol Rp 1.500) Hari ini saya memilih rute lewat tol Jagorawi karena butuh lebih cepat untuk sampai kantor: - Naik ojek sampai gerbang tol Jagorawi (Rp 6.000) - Naik angkutan Elf jurusan Cileungsi-UKI (Rp 2.000) - Naik taksi dari UKI ke Tebet (Rp 12.000) Total jenderal saya butuhkan Rp 20.000. Ongkos bensin sepeda motor, ojek, KRL, mikrolet, metromini dan taksi akan naik bersama keputusan pemerintah untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan ongkos angkutan ini bisa mencapai 50% (dari Rp 1000 akan naik menjadi Rp 1.500 misalnya). Jika ongkos angkutan naik, maka demikian pula harga kebutuhan lain, termasuk teh botol, minyak goreng, telur, sabun dan sebagainya. Saya beruntung memiliki penghasilan yang membuat saya tidak akan terguncang oleh kenaikan kebutuhan bulanan 10-20%. Orang-orang kaya seperti saya akan survive dari lonjakan harga 30% pun. Tapi, saya tidak bisa membayangkan orang-orang yang lebih miskin dari saya, terutama yang hidup persis di batas garis kemiskinan, dengan penghasilan US$ 1 per hari (Rp 9.000). Menurut data UNDP, jumlah orang seperti itu di Indonesia mencapai 40 juta lebih. Setiap kenaikan 10 atau 20% harga kebutuhan pokok akan menyeret jatuh puluhan juta orang yang kini berada sedikit di atas garis kemiskinan ke kubangan kemiskinan. Jumlah orang miskin akan bertambah jutaan orang pada hari ketika pencabutan subsisi BBM diumumkan. TIDAK SEKADAR MATEMATIKA Kemiskinan bukanlah sekadar angka. Ini tentang kualitas hidup yang buruk, seringkali lebih buruk dari situasi perang. Anak-anak tak bisa sekolah. Ibu tak bisa berobat. Konflik rumah-tangga mengemuka dan daftar panjang kepedihan. Subsidi BBM tidaklah sekadar subsidi. Dia menopang daya beli masyarakat. Pencabutan subsidi merontokkan daya beli masyarakat, terutama di segmen yang paling miskin. Oh ya, pemerintah memang mengatakan ada kompensasi bagi orang miskin, lewat subsidi langsung: obat, beras dan sebagainya. Subsidi seperti ini, bahkan jika kita percaya birokrasi pemerintah bisa melakukannya secara cepat dan tanpa korupsi, hampir mustahil bisa dilakukan. Jumlah orang miskin Indonesia kolosal, puluhan juta orang. Bahkan pemerintah tak punya alamat mereka, bagaimana mungkin pemerintah bisa memenuhinya? Tentu saja, pemerintah perlu menyeimbangkan anggaran. Tapi, kebiasaan mengorbankan rakyat miskin untuk "meneyeimbangkan anggaran", menurut saya tidak bermoral. Subsidi justru telah terlalu banyak diberikan pada para bankir. Siapa yang membayar subsidi itu? Orang kebanyakan, termasuk rakyat miskin yang tak pernah berurusan dengan bank. Mereka ikut membayar beban utang Indonesia yang kini jumlahnya kolosal. Sekitar 40-50% pengeluaran pemerintah dalam beberapa tahun terakhir dipakai untuk membayar utang luar negeri. Dalam situasi seperti itu, pemerintah tak mungkin menyediakan dana cukup untuk penguatan sosial-ekonomi orang kebayakan. Pencabutan subsidi minyak hanya cara untuk berkelit dari kewajiban pemerintah menegosiasikan utang luar negeri, jika perlu bahkan penghapusan utang. Pemerintah Yudhoyono terlalu pengecut melakukan itu, dan lebih suka mengorbankan rakyat miskin. Di sisi lain, sejauh ini belum terlihat pemerintah ini melakukan tindakan kongkret memberantas korupsi--penyebab utama kebangkrutan negeri. Secara ekonomi, Indonesia sekarang sekelas negeri Afrika seperti Somalia dan Ethiopia. Fakta seperti itu tak bisa nampak jika kita melihat Indonesia hanya dari balik tirai apartemen mewah Jakarta atau dari balik jendela kaca sedan BMW. Saya menolak pencabutan subsidi BBM yang tidak logis dari segi ekonomi maupun basis moralnya. Salam, Farid Gaban __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **