** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/bpost/012006/7/opini/opini1.htm Kitorang Basudara Belajar Dari Kerukunan Banjar - Dayak Oleh: Ahmad Barjie B Ungkapan kitorang basudara (kita orang bersaudara), sering digunakan masyarakat di kawasan Indonesia Timur khususnya Ambon-Maluku, Papua (Irian) dan sebagian Sulawesi. Selama berabad-abad, persaudaraan antaretnis dan agama di kawasan itu terpelihara dengan baik. Sayang sekali karena provokasi, persaudaraan tersebut sempat ternodai oleh konflik bernuansa SARA yang sangat berdarah-darah dan belum sepenuhnya pulih hingga kini. Sebagai negara yang pluralistik dilihat dari suku, agama, ras, bahasa, adat istiadat, daerah dan hidup dalam ribuah pulau, sudah pasti antarsuku terjadi interaksi dan korelasi. Secara sosiologis, interaksi tersebut dapat saja mengerucut menjadi persaingan dan konflik karena berbagai faktor. Tetapi secara positif juga dapat menimbulkan kooperasi yang konstruktif, sehingga terjadi take and give, saling mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan masin-masing. Terjadinya konflik bernuansa SARA di beberapa daerah pada tahun-tahun lalu, saya kira selain dipicu provokasi eksternal, karena gagalnya membangun hubungan saling menguntungkan antarsuku dan agama di daerah bersangkutan. Agar peristiwa serupa tidak terulang, semua pihak perlu banyak introspeksi dan belajar dari mana saja sehingga tumbuh sikap toleran, kooperatif dan konstruktif dalam membangun kehidupan yang rukun, damai dan adil dalam bingkai NKRI. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan masing-masing etnis, persaudaraan etnis Banjar dengan Dayak yang selama ini terjalin mesra tanpa cacat, patut sekali dijadikan cermin atau referensi. Bung Marko Mahin, dosen STT-GKE Banjarmasin, menulis di BPost edisi Sabtu 24 Desember 2005 berjudul: "Putri Banjar Di Tanah Dayak". Tulisan Marko itu sangat menarik dan simpatik, padat informasi masa silam yang jarang diketahui orang masa kini. Termasuk saya yang berasal dari Pasintik-Kelua Tabalong, yang relatif berdekatan dengan perkampungan komunitas Dayak di Pasar Panas, Bagok, Pupuh, Bamban, Jaar, Tamiang Layang dan seterusnya. Salah satu titik lemah generasi kini adalah terjadinya generation gap dengan generasi masa silam. Terutama di segi pengenalan terhadap sejarah klasik, cerita rakyat (folklor) dan sejenisnya, karena kurangnya dokumen historis tertulis tentang hal itu. Tulisan bung Marko sedikit banyaknya menjembatani gap tersebut. Semangat Kebersamaan Minimal ada dua benang merah yang dikemukakan Marko berkenaan eratnya persahabatan antara etnis Banjar dengan Dayak, khususnya Dayak Ma'anyan di Kalteng. Pertama, secara historis Putri Mayang Sari yang berkuasa di Jaar-Sangarasi (Sanggar Wasi?), adalah putri dari Raja Banjar Islam yang pertama (Sultan Suriansyah) dari istri keduanya Norhayati yang berdarah Dayak, cucu Labai Lamiah tokoh Islam Dayak Ma'anyan. Walau Mayang Sari beragama Islam, dalam memimpin sangat kental dengan Adat Dayak, senang turun lapangan mengunjungi perkampungan Dayak dan sangat memperhatikan keadilmakmuran masyarakat Dayak di masanya. Itu sebabnya, ia sangat dihormati dan makamnya diabadikan dalam Rumah Adat Banjar di Jaar. Dapat ditambahkan, eratnya persahabatan Banjar-Dayak, juga karena kedua suku ini terlibat persekutuan erat melawan Belanda dalam Perang Banjar. Umum diketahui, setelah terdesak di Banjarmasin dan Martapura, Pangeran Antasari beserat pengikut dan keturunannya mengalihkan perlawanan ke daerah Hulu Sungai dan sepanjang Sungai Barito sampai hulu Barito, di mana beragam etnis Dayak banyak terlibat di dalamnya. Gigih, dahsyat dan survivenya Perang Banjar, tidak terlepas dari andil pejuang dan masyarakat Dayak. Wajar bila ada yang mengusulkan Perang Banjar lebih tepat dinamai Perang Barito, karena yang terjadi sesungguhnya adalah perang koalisi antara etnis Banjar bersama etnis Dayak di satu pihak versus kolonialis Belanda dan antek-anteknya di pihak lain. Sebagaimana watak peperangan pada umumnya, jauh lebih banyak duka daripada sukanya. Karenanya, etnis Banjar dan Dayak sudah merasa bersaudara senasib sepenanggungan. Harta benda, jiwa raga, darah dan airmata kedua suku serumpun ini sama-sama tumpah di tengah api perjuangan luhur mengusir penjajah. Kedua, secara sosiologis-antropologis antara etnis Banjar dan Dayak diibaratkan sebagai dangsanak tuha dan dangsanak anom (saudara tua dan muda). Urang Banjar yang lebih dahulu menjadi muslim kemudian disusul sebagian etnis Dayak yang bahakey (berislam), saling merasa dan menyebut yang lain sebagai saudara. Mereka tetap memelihara toleran si hingga kini. Tiap ada upacara ijambe, tewah dan sejenisnya, komunitas Dayak selalu menyediakan Balai Hakey, tempat orang muslim dipersilakan menyembelih dan memasak makanannya sendiri yang dihalalkan menurut keyakinan Islam. Simbiosis Mutualis Selain dua tesis di atas, sebenarnya ada lagi variable pendukung erat dan kuatnya kerukunan etnis Banjar-Dayak. Di antaranya, hubungan saling memerlukan dan menguntungkan (simbiosis mutualis) melalui jalur ekonomi atau perdagangan. Menurut cerita tutur lisan orang tua, jauh sebelum dikenalnya perdagangan konvensional di mana berlaku alat tukar uang rupiah, antara orang Banjar dengan Dayak telah terjalin perdagangan secara barter. Pedagang Banjar menjual beras, gula, garam, terasi, tembakau, kain, alat dapur, dll. Pembeli dari etnis Dayak membayarnya dengan karet, damar, kayu, sarang burung, madu, dan buah-buahan seperti cempedak, pampakin, karatungan, dan berbagai hasil bumi mereka. Keadaan itu terus berlanjut setelah berjalannya perdagangan konvensional. Berbagai wilayah yang dihuni komunitas Dayak merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan bagi pedagang Banjar. Setelah, berlangsungnya pasar di beberapa kota Banjar hulu seperti pada Rabu (Pasar Arba-Banua Lawas), Kamis (Amuntai dan Kelua), dilanjutkan dengan beberapa pasar di daerah komunitas Dayak di antaranya Jumat (Pasar Ampah), Sabtu (Pasar Panas), Ahad (Pasar Jaar), Senin (Pasar Tamiang Layang) dst. Ditambah dengan sejumlah pasar kecil di beberapa komunitas Dayak yang lebih kecil, seperti Bagok, Bamban, Pupuh, Kanres, Marahu, Masibu, Matabu, Hayaping, Tampa, Patung, Dayu dan masih banyak lagi. Jadi satu minggu penuh selalu ada pasar. Di situlah terjadi interaksi yang erat antara kedua pihak, sehingga hampir semua pedagang Banjar (umumnya dari Kelua, Amuntai, Alabio, Nagara) pandai berbahasa Dayak Ma'anyan. Begitu pula sebaliknya, hampir semua etnis Dayak Ma'anyan pandai berbahasa Banjar. Dulu, ayah saya, Ukis Utar, seorang pedagang beras dan sayur yang berasal dari subetnis Banjar-Kelua, malah lebih lihai berbahasa Ma'anyan daripada Bahasa Banjar dan Indonesia. Penguasaan Bahasa Ma'anyan ini tentu hasil interaksi yang lama dan intens, bukan belajar teori. Sebab, dulu (entah kini), belum ada kamus besar Bahasa Dayak beserta dialek dan subdialeknya. Walau relasi dagang tersebut menghasilkan kesejahteraan ekonomi, namun hubungan yang dijalin tidak bersifat dominatif dan eksploitatif. Pedagang Banjar mencari keuntungan secara wajar dan berusaha untuk jujur, sebab kejujuran merupakan hal sangat penting dalam berdagang dengan etnis Dayak. Pedagang Banjar tidak termotivasi memupuk kekayaan berlebihan dengan mengeksploitasi pembeli, dan tidak pula ingin menguasai daerah secara ekonomi, sosial dan politik. Agama Kristen, Katolik dan Kaharingan yang dianut mayoritas Dayak dihargai sebagaimana mestinya, sebagaimana Dayak juga menghormati Agama Islam. Kalau di sejumlah daerah pernah terjadi konflik berdarah bernuansa SARA, komunitas Banjar-Dayak adem ayem saja dan selalu kondusif. Karena ketenangan itu, tidak sedikit pedagang Banjar berpindah dan hidup bersama di tengah komunitas Dayak. Itu sebabnya, di beberapa kota seperti Magantis, Tamiang Layang, Ampah, Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, dll, banyak sekali etnis Banjar berdomisili. Sebaliknya, Urang Dayak juga berusaha menjadi pembeli yang baik, bahkan pelanggan setia. Mereka sangat kuat menjaga kesetiaan sepanjang tidak pernah dikhianati. Hubungan bertetangga dan bermasyarakat terjalin sangat mesra. Kalau pun ada terjadi konversi agama, sifatnya hanya alami dan sukarela. Dari kemesraan itu, ketika memasuki ranah politik, tidak terjadi konflik antarkedua pihak. Bila kebetulan pejabatnya Dayak, mereka akan melayani semua orang tanpa diskriminasi. Begitu pula sebaliknya. Bahkan karena sifat jujurnya, pejabat Dayak konsisten pada peraturan dan jarang terlibat KKN. Karena etnis Dayak masa lalu sangat mementingkan pendidikan, sekolah setinggi mungkin, banyak putra daerah mereka menjadi pejabat penting. Pedagang etnis Banjar yang lebih termotivasi berdagang, anak-anaknya relatif jarang yang menjadi pejabat. Tetapi karena hijrahnya sebagian kalangan terpelajar Banjar ke Kalteng, jabatan penting di sejumlah kota dan daerah Dayak pun tetap heterogen. Maka, kebersamaaan tetap berjalan dinamis sebagaimana mestinya. Bagi Urang Banjar atau Dayak di Kalteng, tidak terlalu menjadi persoalan siapa bupati, gubernur atau pejabat yang memimpin mereka, sepanjang berbuat kebaikan untuk kesejahteraan masyarakat yang adil dan maksimal. Jadi tidak berguna dan sebaiknya tidak perlu mendramatisasi perbedaan SARA saat suksesi kepemimpinan di daerah. Ikatan historis dan emosional kedua suku jauh lebih berharga dan bernilai abadi ketimbang kepentingan politik sesaat. Banjar atau Dayak sama baiknya, sebab keduanya bersaudara, senasib sepenanggungan sejak zaman dahulu kala. Siapa pun yang memimpin, yang penting all out mengabdi dan bergandeng bersama seluruh rakyat. Semoga kebersamaan ini terus terjaga hingga akhir usia dunia, dan kerukunan serupa juga terjalin bagi seluruh etnis di Indonesia. Amin. Pemerhati masalah kemasyarakatan, tinggal di Banjarmasin e-mail: barjie_b@xxxxxxxxx [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **