** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SUARA KARYA Kita Ini Tinggal "Baju Dalam" Oleh Ismail Saleh Kamis, 12 Januari 2006 Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, dengan adanya keterbukaan dan pengawasan yang lebih ketat dan kuat, maka orang berpikir dan berhitung berkali-kali untuk melakukan korupsi. Rumah digeledah, kantor diobok-obok oleh tim pemeriksa Korupsi untuk mencari bukti dokumen dugaan adanya tindak pidana korupsi. Ada yang "tinggal baju dalam", bahkan ada yang mungkin sampai "telanjang bulat". Bayangkan saja. Semua surat atau yang diperkirakan sebagai dokumen yang disimpan di kantor atau rumah diambil dan selanjutnya dibuka dan diperiksa satu per satu oleh aparat yang berwenang. Dapat dipastikan, ada surat-surat pribadi dari keluarga atau pengurus salah satu organisasi yang tidak ada kaitannya dengan dugaan korupsi dan penyuapan, ikut terbawa oleh tim pemeriksa. Boleh jadi akan timbul aib pada keluarga yang bersangkutan. Tetapi, itu semua adalah konsekuensi dari upaya pemerintah untuk menindak mereka yang diduga melakukan tindak pidana korupsi. Diharapkan tindakan para penyidik dapat menimbulkan sifat deterrent bagi mereka yang masih mau mencoba-coba untuk berbuat korupsi. Karena itulah Wakil Presiden menyatakan, "Saat ini orang mulai takut melakukan korupsi." Rasa takut itu sudah tercipta, baik di jajaran pemerintahan, swasta maupun masyarakat. (Suara Karya, 3 Januari 2005). Saya berpendapat, mudah-mudahan rasa takut tersebut berkaitan dengan mulai tumbuhnya kesadaran hukum, sehingga dapat mencegah perbuatan korupsi. Di samping rasa takut, juga ada rasa malu. Sebagaimana diungkapkan Jusuf Kalla, yang mengaku malu partai politik disebut sebagai lembaga yang paling korup. Seperti dilaporkan Tranparansi Internasional Indonesia, parpol dinilai paling korup. Padahal, Jusuf Kalla sendiri adalah Ketua Umum Partai Golkar. Wakil Presiden saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku Memerangi Korupsi Sebuah Peta Jalan untuk Indonesia di Gedung Bursa Effek Jakarta mengatakan, "Karena Partai Golkar adalah partai terbesar dan saya ketua umumnya, maka termasuk saya yang mempunyai tanggung jawab paling besar". Persoalannya adalah sampai sejauh mana putusan pengadilan bisa menimbulkan efek jera, sehingga orang akan berpikir berulang-ulang untuk melakukan perbuatan korupsi. Jangan marah, kalau saya katakan Partai Golkar harus mawas diri, agar jangan kemaluan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Balai Pustaka 2001, yang dimaksud dengan "kemaluan" tidak selalu berarti ada kaitannya dengan alat kelamin pria atau wanita. "Kemaluan" artinya "mendapat malu". Contoh kalimatnya berbunyi: "Terpaksa kita kabulkan kehendaknya, supaya kita jangan kemaluan." Contoh kalimat lain dengan tema "takut" berbunyi: "Putusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman berat, membuat orang ketakutan." Wapres Jusuf Kalla juga berbicara masalah keterbukaan dan pengawasan. Saya setuju dengan pendapat Wapres Jusuf Kalla. Keterbukaan, menurut saya, sangat penting agar semua mengetahui apa yang hendak dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Melalui keterbukaan, semuanya berlangsung dengan terang, jelas dan tidak remang-remang (terang tidak, gelap juga tidak) sebab dalam keterbukaan akan terlihat jelas, yang salah tampak salah dan yang benar tampak benar. Pengawasan diperlukan bukan karena kurang kepercayaan dan bukan pula ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah, tetapi untuk memahami apa yang salah sebagai bahan untuk memperbaiki langkah-langkah ke depan. Pengawasan harus diterima sebagai sesuatu yang wajar oleh semua pihak, bukan sebagai sesuatu yang menyinggung perasaan atau mencurigai. Jika pengertian ini disadari, maka tidak perlu ada rasa "ewuh pakewuh" dalam menjalankan tugas pengawasan. Pembinaan Manusia Persoalan lebih lanjut adalah bagaimana kita semua masih tetap mampu mempertahankan, menciptakan dan memelihara "iklim takut korupsi" dan "budaya malu korupsi". Pada tahap ini, maka faktor pembinaan manusia perlu diperhatikan. Kalau tidak ada pembinaan ke arah kesadaran hukum, maka akan kembali lagi timbul penyakit kronis korupsi. Perlu direnungkan sebuah pemeo, korupsi itu sama tuanya dengan pelacuran. Korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang paling tua. Pernah ada Keppres tahun 1967 tentang Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi (TPK). Dulu ada TPK, sekarang ada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Inpres No 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Pada saat menandatangani Inpres No 5/2004 tanggal 9 Desember 2004, Presiden mengatakan, "Sungguh menyedihkan bila bangsa kita dijuluki sebagai bangsa yang korupsi walaupun korupsi juga terjadi di negara-negara lain." Untuk selanjutnya kebijaksanaan pemerintah perlu diarahkan tidak hanya pada upaya-upaya penegakan hukum yang bersifat represif, tapi perlu dimulai langkah-langkah mengenai faktor pembinaan kesadaran hukum manusia yang bersifat preventif. Ada petuah kuno mengatakan: "Kalau engkau ingin cepat mendapat hasil, tanamlah tanaman palawija seperti singkong, jagung. Tapi, kalau engkau ingin mendapat hasil yang lebih lama, tanamlah tanaman keras, seperti kopi, karet, jati. Sedangkan kalau engkau ingin mendapat hasil seumur hidup, binalah manusianya." Pembinaan hendaknya terfokus pada arah terbentuknya "manusia sadar hukum", masyarakat sadar hukum" dan "penyelenggara negara sadar hukum". Insya Allah. *** Penulis mantan Jaksa Agung dan mantan Menteri Kehakiman. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **