[nasional_list] [ppiindia] Ketika BUMN Menjadi Beban

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 10 Jan 2006 02:10:39 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/09/nas07.htm

Ketika BUMN Menjadi Beban


       
      Didik J Rachbini  
     
POSISI BUMN secara ekonomis sangat strategis karena jumlah aset dan ragam 
kegiatannya sangat luas, baik pertanian dalam arti luas seluruhnya, 
pertambangan, industri, perdagangan, infrastuktur, maupun jasa lainnya. Pendek 
kata, BUMN berada pada hampir seluruh sektor kegiatan ekonomi.

Bahkan tidak berlebihan jika ekonomi BUMN ini disebut sebagai separo dari 
sistem perekonomian nasional. Jika pertumbuhan produksi BUMN baik maka baik 
pulalah perekoniam nasionalnya. Namun hal itu tidak terjadi karena kenyataannya 
BUMN banyak yang bermasalah, merugi, bahkan menjadi beban anggaran negara dan 
perekonomian nasional.

Karena itu, gagasan dan kebijakan pemerintah diarahkan untuk mengefisienkan 
BUMN dengan cara merampingkan, melakukan konsolidasi holding, merger, dan 
mengurangi jumlah BUMN dengan menutup yang mengalami kerugian.

Apakah jumlah BUMN akan menyusut? Jawabannya sudah pasti karena tanpa kebijakan 
apa pun sudah banyak yang bangkrut akibat didera inefisiensi dan kerugian 
secara terus-menerus. Menteri Negara BUMN sudah selayaknya membersihkan BUMN 
yang merugi ini.

Akan tetapi, rencana strategis BUMN yang masih asal-asalan sudah mengelompokkan 
BUMN ke dalam berbagai kelompok berdasarkan jenis kegiatan. Kemudian secara 
massal akan diterapi dengan alternatif cara holding, merger, atau dibiarkan 
berjalan sendiri sebagai perusahaan yang mandiri. Langkah-langkah itu tidak 
strategis dilihat dari kondisi faktual di lapangan karena setiap BUMN mempunyai 
masalah sendiri- sendiri. Jadi, tidak seharusnya semua BUMN dimasukkan ke dalam 
proses konsolidasi umum seperti itu. 

Banyak BUMN yang tidak memerlukan terapi apa pun karena sudah mempunyai kinerja 
yang baik. Strategi konsolidasi seperti itu hanya dilakukan jika ada masalah di 
dalam BUMN tersebut atau ada kebutuhan yang faktual dari bawah karena berbagai 
alasan strategis pengembangan perusahaan. Seperti konsolidasi pemasaran, 
kebutuhan kolektif pengadaan bahan baku, ekspor bersama, dan alasan lainnya.

Jadi, strategi umum mengevaluasi seluruh BUMN untuk dikonsolidasikan melalui 
holding atau merger tidak tepat karena akan banyak masalah tambahan jika 
dilakukan dari atas melalui perintah secara otoritatif. Menurut saya, langkah 
seperti itu saya anggap kurang berhati-hati. Sebab, melakukan langkah-langkah 
merger seperti ini bisa menimbulkan implikasi bila tidak dilakukan secara 
hati-hati dan tidak cermat.

Begitu juga dengan kebijakan holding untuk BUMN sejenis akan bisa bermasalah 
kalau bukan karena ada kebutuhan yang sama. Kebijakan tersebut tidak ada 
gunanya dan bisa menghabiskan sumber daya dan biaya yang besar. Jadi yang harus 
kita cermati bahwa langkah-langkah seperti itu tidak bisa dilakukan secara 
sembrono sehingga menimbulkan implikasi-implikasi yang merugikan. 

Kemudian harus dipertimbangkan juga bahwa BUMN itu diintegrasikan dalam sistem 
ekonomi nasional dengan langkah-langkah alternatif yang harus segera 
dipikirkan. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efisiensinya sehingga 
kontributif secara optimal terhadap perekonomian nasional. Jika BUMN efisien 
dan untung maka kesinambungan perusahaan dan produksinya akan mantap.

Yang pertama, apabila BUMN itu untung, bagus, profitable, kemudian likuiditas 
dan kinerjanya bagus, maka BUMN tersebut tidak diintervensi dengan kebijakan 
apa pun. Yang diperlukan adalah keleluasaan manajemen untuk mengembangkan 
kinerjanya secara labih baik lagi. 

BUMN tersebut yaitu tidak perlu dimerger, tidak perlu di-roll up, dan tidak 
perlu dikonsolidasikan dengan holding. Yang terpenting dan menjadi pegangan 
pemerintah adalah kendali manajemen dengan kontrak manajemen. Jika posisi 
eksternalitasnya strategis untuk publik maka tidak perlu diprivatisasi. Negara 
memerlukan kehadirannya untuk keberpihakan tertentu yang terkait dengan 
kepentingan publik secara lebih luas.

Yang kedua, apabila BUMN itu untung, kemudian bersaing dengan banyak sekali 
usaha swasta itu berarti BUMN tersebut tidak memiliki posisi eksternalitas yang 
strategis. Posisi tersebut hanya merupakan bagian dari pasar yang sudah 
berkembang luas. Contohnya adalah hotel yang dimiliki oleh pemerintah. Industri 
perhotelan sudah besar dan sudah banyak swasta yang terlibat di dalamnya.

Kelompok BUMN yang baik kinerjanya tetapi tidak memiliki posisi eksternalitas 
yang strategis tidak perlu dipertahankan. Artinya, jika pemerintah hendak 
melakukan privatisasi maka hal tersebut tidak perlu diributkan kecuali hendak 
mencegah penyimpangan dalam penjualan. Jika pemerintah hendak mempertahankannya 
harus ada alasan yang kuat karena sudah sukses dalam mencapai kinerja yang baik.

Yang ketiga, kalau ada BUMN rugi dan kurang bagus kinerjanya, tetapi posisi 
eksternalitasnya sangat strategis (seperti PLN) maka harus dikorporasikan agar 
kinerjanya lebih baik sehingga tidak membebani anggaran. Ada usaha 
restrukturisasi, perampingan dan usaha ekstra lainnya agar kinerjanya menjadi 
lebih baik.

Keempat, jika BUMN merugi terus sepanjang masa dan posisi eksternalnya tidak 
strategis maka sebaiknya dilikuidasi atau dijual jika ada yang hendak 
membelinya. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan sumber daya ekonomi dan biaya 
yang besar kecuali menyelamatkan karyawannya sesuai dengan hukum. Pemerintah 
tidak bisa melalukan terapi konsolidasi dan merger yang tidak perlu karena 
usaha itu akan menghabiskan biaya yang besar. 

Yang terpenting, setiap BUMN harus membaca rencana strategi Menneg BUMN agar 
bisa memberikan masukan dari bawah. Sebab, mempelajari satu BUMN saja 
memerlukan waktu yang lama dan bertahun-tahun. Konsep perencanaan strategis 
tanpa mengetahui kondisi faktual setiap perusahaan akan menyesatkan dan 
berakibat fatal bagi masa depan BUMN. (14n)

- Penulis adalah anggota DPR RI dan pengamat ekonomi 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Ketika BUMN Menjadi Beban