[nasional_list] [ppiindia] Gagalnya Komunikasi Politik SBY

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 26 Jan 2006 02:11:47 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA
Rabu, 25 Januari 2006




Gagalnya Komunikasi Politik SBY 
Mohammad Yasin Kara Anggota Komisi XI DPR, dari Fraksi PAN


Perang statemen politik menyangkut rencana pemerintah untuk impor beras terjadi 
di antara pejabat negara, baik pada level antarpemerintah maupun pemerintah 
versus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wakil rakyat. Fenomena ini 
merupakan manifestasi kegagalan strategi komunikasi politik Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono (SBY).

Presiden beserta seluruh jajarannya di pemerintahan tidak berhasil membangun 
kepercayaan publik (trust public), sehingga kebijakan impor beras akhirnya 
mendapat reaksi keras dari fraksi-fraksi di DPR. Sebagian fraksi itu menyatakan 
ketidaksetujuannya atas rencana impor beras. Mereka mengajukan hak angket dan 
interpelasi, meski setelah divoting, kedua hak tersebut akhirnya tidak bisa 
melaju.

Ironisnya, justru penentangan ini berasal dari fraksi-fraksi DPR yang 
berkoalisi mendukung pemerintah. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila 
hal ini penulis katakan sebagai buah komunikasi politik SBY yang gagal.

Sumber kegagalan
Sumber kegagalan kemunikasi politik itu jelas ada pada presiden. Sejak awal, 
memang banyak kalangan yang menyangsikan kemampuan Presiden dalam membangun 
komunikasi politik yang baik dan efektif. Letak kesalahannya, presiden lebih 
sering turut campur dalam masalah yang bukan menjadi wewenangnya. Paling tidak 
untuk masalah-masalah yang tidak semestinya ia lakukan sebagai satu kebijakan 
politik yang kurang kondusif bagi strategi komunikasi politiknya.

Seperti rencana impor beras ini, mestinya cukup ditangani di tingkat 
kementerian. Sementara presiden mestinya berada pada level pengambilan 
kebijakan publik dan politik yang bersifat universal bukan partikular seperti 
impor beras itu. Adalah sangat kecil dan naif manakala presiden turut campur 
dalam masalah yang bersifat partikular itu. Akibatnya Presiden menjadi sasaran 
tembak berbagai kalangan yang tidak senang atas strategi dan eksistensi 
politiknya di tingkat nasional.

Terus terang saja, ini terlalu riskan bagi Presiden untuk melebur di dalamnya. 
Jadi, bukan sistem pemerintahannya yang tidak sehat seperti Presiden pernah 
tegaskan di berbagai media massa, tetapi strategi komunikasi politik Presiden 
yang tidak tepat sehingga berimplikasi negatif bagi roda pemerintahannya. Saya 
sebagai wakil rakyat di parlemen (DPR) merasa prihatin melihat realitas politik 
seperti ini. Sementara pada sisi yang lain, saya berpandangan, mekanisme atau 
metodologi rencana impor beras terlihat tidak memiliki landasan pemikiran yang 
kuat. Mestinya impor beras itu tidak semata didasarkan pada upaya untuk 
memenuhi stok beras nasional.

Berbagai kalangan mengetahui bahwa stok pangan saat ini relatif cukup pada 
tingkat masyarakat di akar rumput (grass root level) tetapi mengapa pemerintah 
bersekukuh merencanakan untuk impor? Penulis secara individual bukan tidak 
setuju impor beras dilakukan jika memang impor itu sesuai dengan kebutuhan 
dalam negeri. Persoalannya, saat ini masyarakat tidak kekurangan pangan. 
Sehingga impor beras saat ini akan menjadi satu pukulan telak bagi para petani 
kita yang merupakan rakyat miskin kebanyakan.

Terus terang, impor beras bukanlah solusi terbaik untuk membangun masyarakat 
yang mandiri, kuat, dan bertahan dalam arus globalisasi ekonomi yang 
perkembangannya kian tidak terbendung. Perlu kita sadari bahwa impor beras itu 
hanya bersifat sementara, jangka pendek dan tentatif. Pun harus kita sadari 
bahwa dalam jangka waktu yang panjang, kebijakan impor beras itu hanya akan 
mendorong ketergantungan pada kebijakan politik luar negeri menuju proses 
pembangkrutan masa depan perekonomian nasional secara tidak langsung. Untuk 
itu, ada baiknya kebijakan politik impor beras itu dipikir ulang. Mekanisme 
atau metodologinya mesti tepat dan tidak merugikan masyarakat kita secara luas.

Sebagai pemimpin bangsa dan negara secara organisatoris, kita memiliki 
kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang 
Dasar negara. Oleh karena itu, jika terpaksa kita harus mengambil jalan pahit 
dengan kebijakan impor beras, ini harus bisa dijadikan sebagai pelajaran 
berharga untuk membangkitkan sektor pertanian kita di masa depan sebagaimana 
yang pernah Presiden janjikan dalam kampanye pemilihan umum (pemilu) setahun 
yang lalu. Terus terang, kebijakan pemberdayaan dan pengembangan sektor 
pertanian sebagai upaya untuk membangun dan menguatkan sektor pangan itu bukan 
dengan melakukan kebijakan politik impor beras seperti yang disetujui Presiden.

Sejatinya, para petani kita tidak butuh kebijakan yang terlampau muluk. Mereka 
hanya ingin memiliki lahan pertanian, bisa memperoleh pupuk dengan harga 
terjangkau dan hasil pertaniannya bisa terjual dengan harga yang memadai dalam 
arti tidak merugi. Itu saja keinginan mereka.

Dampak negatif
Yang paling parah akibat tidak efektifnya strategi komunikasi politik di tubuh 
pemerintahan saat ini, Presiden tampaknya tidak memperhitungkan aspek-aspek 
yang bersifat psikologis. Psikologi pasar akibat kebijakan atau bangunan 
komunikasi politik yang tidak terarah itu korelasinya dengan kebijakan politik 
impor beras menjadi kian tidak terkontrol.

Beras di tingkat grosir dan pengecer cenderung mengalami kenaikan yang memukul 
telak kemampuan masyarakat untuk membeli. Pada sisi yang lain, kemiskinan dan 
pengangguran menjadi kian menganga. Ditambah pula oleh musibah banjir di 
berbagai kawasan negeri ini. Ini adalah hal fundamental yang mestinya turut 
menjadi variabel analisis suatu kebijakan publik dan politik, betapa pun 
kebijakan rencana impor beras itu adalah semata untuk memenuhi stok nasional. 
Pertanyannya, untuk apa kita memenuhi stok nasional sementara masyarakat yang 
sejatinya membutuhkan beras itu berada dalam ketercukupan pangan.

Jika demikian, di manakah letak persoalan sebenarnya? Ini pertanyaan 
fundamental yang tidak mudah untuk menjawabnya. Pun juga kita bisa bertanya, 
ada apa di balik rencana impor beras itu? Mengapa pemerintah ngotot dengan 
pendiriannya untuk melakukan impor beras itu? Adakah suatu koalisi semata untuk 
mencari keuntungan yang bersifat finansial di balik rencana impor beras itu? 
Hal ini penting kita pertanyakan. Sementara para anggota parlemen (DPR) yang 
bersikukuh atas pendiriannya menolak rencana impor beras itu tampaknya lebih 
rasional dan lebih mudah diterima akal sehat.

Berpijak pada penjelasan ini, saya mengingatkan para pengambil kebijakan publik 
dan politik, terutama Presiden agar tidak gagabah dalam mengambil kesimpulan 
yang bersifat politik. Kita akan sangat sedih apabila kesejahteraan masyarakat 
luas menjadi terabaikan hanya karena mengejar kepentingan sekelompok elite 
politik yang memiliki kepentingan bisnis atas rencana impor beras itu. Fenomena 
ini terlihat dengan tidak tersedianya mekanisme atau metodologi yang jelas, 
mengapa kita mesti melakukan impor beras sementara stok pangan masyarakat di 
level masyarakat bawah masih relatif memadai.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Gagalnya Komunikasi Politik SBY