** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indomedia.com/bpost/012006/13/opini/opini3.htm Bohong EGGY Sudjana minta maaf kepada Susilo Bambang Yudhoyono, karena menuduh anak presiden menerima mobil Jaguar senilai Rp1 miliar dari pengusaha Harry Tanoesoedibyo. Eggy mengaku, tuduhan tersebut tidak benar karena sudah dibuktikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mengenai tertuduh lainnya yakni Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi dan juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng serta Dino Patti Djalal, dalam pengakuannya di Kantor KPK, Rabu (11/1), Eggy tidak berkomentar. Mungkin Eggy berpikir, yang terpenting adalah menyelesaikan urusan dengan anak presiden. Para tertuduh tentunya berpikiran: "Enak benar Eggy Sudjana." Dengan enaknya dia menggembar-gemborkan mereka menerima Jaguar dan dengan enak pula dia meminta maaf. Padahal, nama para tertuduh telah terpampang di berbagai media massa selama berhari-hari. Rakyat pasti memandang negatif terhadap mereka. Benar atau tidak, rakyat pasti beranggapan tak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Media massa pun sebenarnya dirugikan dalam hal ini. Media massa yang seharusnya menyajikan kebenaran kepada publik, ternyata selama ini ikut memfitnah orang. Sebuah harian terkenal di Jawa Timur pada edisi Senin 9 Januari 2006, bahkan harus meminta maaf karena menulis berita bohong. Semua ini merupakan kebohongan publik dan sungguh memalukan. Media massa memang harus benar-benar cermat dalam mewawancarai narasumber. Tidak semua narasumber pantas diwawancarai. Pertama yang harus diperhatikan adalah kompetensi mereka. Selain itu latarbelakang mereka. Selanjutnya adalah apa yang mereka sampaikan. Soalnya, bila salah memilih, berita yang disajikan adalah berita sampah. Berita yang menyajikan kebohongan, tuduhan dan masyarakat pembaca tidak mendapatkan apa-apa dari media massa. Harus diakui, sekarang banyak media massa mencari sensasi untuk meningkatkan oplah. Media massa seperti ini tidak peduli apakah yang diberitakan benar atau tidak. Bahkan untuk konfirmasi pun mereka tidak mau. Menuduh orang tanpa bukti adalah memfitnah. Bahkan ada peribahasa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Semua kriminal. Hal seperti ini patut diselesaikan secara hukum. Orang yang merasa dizalimi harus bersikap. Bila memang besar hati, sikap yang bisa diambil adalah diam. Jangan anggap sedikit pun tuduhan tersebut, bahkan sebagai angin lalu. Bila memang hendak membuat jera, adukan secara hukum. Dengan demikian orang tidak mudah menuduh. Orang akan berpikir dua kali untuk melemparkan tuduhan tanpa bukti karena hanya ingin mencari nama. Selanjutnya pihak berwenang menanganinya. Masyarakat jangan menyampaikan dugaan adanya penyelewengan tanpa bukti, karena akan merepotkan penyidik. Padahal mereka memiliki tugas yang berat dan banyak. Memang, sebagai rakyat kita bisa saja menyampaikan dugaan adanya korupsi. Namun yang lebih penting adalah bukti, bukan siapa yang menyampaikannya. Mereka yang punya bukti adanya korupsi harus menyampaikannya ke pihak penyidik. Bukan menggembar-gemborkannya ke media massa. Sebagai pembaca, pemirsa, kita juga harus menyeleksi mana media dan tokoh yang cuma cari sensasi. Media yang suka cari sensasi jangan dibeli. Sedang tokoh, yang cari nama dengan menuduh sana-sini, jangan diberi tempat. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **