** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=131598 Agama dalam Lingkaran Kekerasan Oleh KH Abdul Choliq Dahlan Selasa, 3 Januari 2006 Di penghujung tahun 2005, teror bom kembali terjadi di Pasar Mahesa, Palu Sulawesi Tengah. Dilihat dari tempat kejadiannya, banyak orang berspekulasi bahwa pengeboman tersebut berlatar belakang agama. Kekerasan atas nama agama seolah tidak pernah selesai mencoreng kemuliaan dan kesucian agama. Ajaran semua agama sesungguhnya menolak segala bentuk kekerasan. Kekerasan tidak pernah dapat diterima sebagai prinsip suatu tindakan. Prinsip kekerasan adalah amoral, karena kekerasan selalu mengandaikan pemaksaan kehendak terhadap pihak lain dan ini berarti melanggar asas kebebasan dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, prinsip kekerasan adalah tidak manusiawi, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bebas secara moral. Dengan pertimbangan ini jelas bahwa semua agama menolak kekerasan sebagai prinsip untuk bertindak. Masalah kekerasan menjadi rumit kalau dipraktikkan dengan legitimasi etiko-religius atau sekadar dengan label agama demi ambisi-ambisi yang sebenarnya jauh dari tujuan agama. Masalah kekerasan kemudian bukan hanya berupa eskalasi dan sofistikasi, melainkan juga agamanisasi. Melalui jalur agamanisasi ini pulalah kekerasan akhirnya menjadi bagian dari sejarah agama. Bagaimana agama masuk dalam lingkaran kekerasan? Jika pengamatan tentang budaya kekerasan di atas dapat dibenarkan, maka agama kini hidup dalam lingkungan kekerasan. Dalam sejarah, agama tidak hanya mengasuh masyarakat melainkan juga "diasuh" oleh masyarakat. Oleh karenanya, agama juga "diasuh" oleh lingkaran dan budaya kekerasan yang hidup dalam masyarakat. Jika dalam pembangunan agama sudah menjadi salah satu unsur legitimasi belaka dan kini masyarakat sudah memasuki budaya kekerasan, maka tidaklah mengherankan kalau agama juga dipakai sebagai legitimasi tindakan kekerasan. Ini berarti bahwa agama mulai kehilangan daya normatifnya dalam memengaruhi tindakan seseorang atau kelompok. Dalam konteks Indonesia, gejala ini tampak dalam formalisasi agama. Proses semacam ini membuat agama menjadi tidak siap ketika harus berhadapan dengan kondisi di mana ia tidak hanya harus kritis terhadap lingkungan sekitarnya, tetapi juga harus kritis terhadap dirinya sendiri. Lingkaran kekerasan tidak akan dapat kita putus jika yang lain atau the other masih kita anggap sebagai ancaman terhadap identitas dan integritas kita. Kita tidak akan dapat berdamai dengan komunitas lain jika memandang perbedaan dan pluralisme agama dan budaya sebagai bahaya yang harus diwaspadai dan bahkan dimusnahkan. Kita akan dapat menghargai dan menghormati diri kita dalam penghormatan dan penghargaan terhadap yang lain. Oleh karenanya, alih-alih dilihat sebagai sebab hubungan konfliktual, perbedaan di antara budaya-budaya dan agama-agama seharusnya bisa menjadi sumber pengalaman untuk saling melengkapi. Budaya-budaya dan agama-agama yang berbeda memiliki instrumen-instrumen intelektual, simbolik, dan eksistensial yang memberikan pandangan spesifik tentang realitas personal, historis, dan kosmik, tetapi ia tidak harus menjadi pandangan yang dipaksakan. Tentu saja, saling memperkaya hanya mungkin dilakukan jika kelompok-kelompok yang berbeda mengorganisasi sifat mereka yang terbatas melalui dialog yang konstruktif. Dialog bukan berarti pengkhianatan; ia berarti pengakuan terhadap sudut pandang lain dan pengalaman lain dalam kejujuran dan koherensi mereka. Ia juga mengimplikasikan integrasi berbagai anasir berharga dari tradisi-tradisi lain, tanpa takut kehilangan identitas. Satu jaminan perdamaian di antara berbagai budaya dan peradaban adalah perdamaian antar-agama. Seluruh agama besar dunia menyerukan perdamaian, kasih sayang, keselarasan, simpati, keadilan, kedermawanan, kepedulian, dan kelembutan. Agama-agama seharusnya tidak hanya mengajarkan nirkekerasan dalam komunitas mereka sendiri, tetapi juga mempraktikkan sebuah dialog yang penuh pengertian dan kesantuan dengan agama-agama lain, serta membela kebebasan beragama-legislasi yang menghormati kebebasan hati nurani dari setiap manusia, dan memungkinkan praktik setiap agama dalam teritori historis agama-agama lain. Dan, agama-agama seharusnya bisa menyetujui serangkaian kriteria etik universal untuk memberikan basis bagi perdamaian di dunia, dengan membuka pintu selebar-lebarnya untuk kesepakatan antar-budaya dan politik berdasarkan nirkekerasan dan saling menghormati. Pengakuan terhadap pluralisme budaya dan agama memerlukan pengembangan demokrasi lebih lanjut. Demokrasi bukan hanya merupakan partisipasi warga negara dalam administrasi struktur yang kaku; jenis demokrasi yang paling menarik adalah yang memungkinkan terjadinya berbagai perubahan dan transformasi dalam struktur birokrasi ini menurut berbagai aspirasi seluruh kelompok masyarakat. Demokrasi juga merupakan metode untuk berdialog dan memeroleh konsensus di antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan berbeda. Meskipun Huntington dan para analis lain percaya bahwa perbedaan secara tak terhindarkan mengarahkan komunitas manusia pada kekerasan dan perang, tetapi ada bentuk-bentuk persetujuan yang menghormati identitas dan kebebasan dari seluruh kelompok budaya. Secara teoretis, kebebasan dari setiap kelompok tampaknya tidak lebih utopian ketimbang kebebasan setiap individu anggota komunitas manusia jika kita menerima aturan-aturan demokrasi. Tidak mungkin ada demokrasi yang maju tanpa kebebasan seluruh kelompok. Persoalan yang lebih serius untuk dipikirkan adalah bukan hanya memusnahkan lingkaran dan budaya kekerasan itu, melainkan juga bagaimana harus merintis budaya antikekerasan. Secara positif, budaya antikekerasan juga berarti budaya perdamaian. Berbicara tentang budaya antikekerasan atau budaya perdamaian sesungguhnya orang berbicara tentang suatu transformasi yang berdimensi kultural dan bukan hanya bersifat kelembagaan. Selain itu, adanya jaminan yang pasti terhadap hak asasi manusia (HAM). Penjaminan terhadap HAM ini harus dibarengi dengan usaha-usaha alternatif dari pemerintah yang dimaksudkan untuk menyentuh kebutuhan masyarakat bawah yang selama ini kurang mendapat perhatian. Misalnya, menggunakan pendekatan basic needs dalam menghadapi berbagai macam krisis, kekuasaan, dan kekerasan yang ditujukan untuk mengatasi penderitaan, kemelaratan, dan ketertindasan rakyat kecil yang tidak terjangkau dengan "teori tetesan ke bawah" (trickle down theory). Wallahu a'lam. *** Penulis Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah Provinsi Jawa Tengah. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **