** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/23/utama/2387382.htm ANALISA EKONOMI Tarif Dasar Listrik Faisal Basri Agenda berat yang harus segera diputuskan pemerintah ialah kenaikan tarif dasar listrik. Dalam menghadapi masalah yang berat ini kita sangat berharap pemerintah tak lagi berwacana. Kesan berwacana sangat kental karena pemerintah melontarkan salah satu skenario besarnya, kenaikan tarif dasar listrik (TDL), yang masih bersifat sangat kasar dan membutuhkan pendalaman lebih lanjut. Siapa yang tak terbelalak membaca berita bahwa kenaikan TDL untuk rumah tangga dengan daya 1.300-10.000 volt ampere (VA) bisa mencapai 83 persen hingga 90 persen dan untuk beberapa jenis industri bisa lebih dari 100 persen. Mengapa skenario ekstrem tersebut yang mengemuka, padahal kita yakin masih banyak skenario lain yang telah dipersiapkan. Cara penyampaian suatu masalah kepada publik sangat menentukan kemampuan pemerintah mengelola masalah tersebut dan efektivitas kebijakan yang ditawarkan untuk menyelesaikannya. Dalam kasus rencana kenaikan TDL kita berharap pemerintah tidak menyampaikan formula yang masih setengah matang. Sampaikanlah rencana kebijakan jika sudah hampir matang dengan kemasan utuh. Bukan seperti sekarang, setiap menteri bicara berbeda, lalu muncul reaksi, kemudian ditimpali lagi oleh menteri yang lain. Pihak PLN mengemukakan, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), biaya produksinya meroket karena jumlah pembangkit listrik PLN yang menggunakan BBM masih cukup banyak, yakni sekitar 22 persen. Berdasarkan perhitungan PLN, jika TDL tidak dinaikkan, subsidi listrik akan menggelembung menjadi Rp 38 triliun. Besarnya subsidi itu didasarkan pada asumsi nilai tukar Rp 9.700 per dollar AS dan harga minyak 57 dollar AS per barrel sebagaimana menjadi acuan penghitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2006. Sementara itu, APBN 2006 hanya mengalokasikan untuk subsidi listrik sebesar Rp 15 triliun plus Rp 2 triliun yang berasal dari pembiayaan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Keuangan. Berarti masih ada kekurangan sebesar Rp 21 triliun. Kekurangan inilah yang sebagian atau seluruhnya akan ditutupi dengan kenaikan TDL. Persoalannya, bagaimana membagi-bagi beban dengan mengedepankan rasa keadilan. Namun, sebelum mendistribusikan beban dengan adil, harus ada kejelasan terlebih dahulu atas angka-angka yang diajukan pihak PLN lewat Departemen ESDM. Pertama, angka Rp 38 triliun sangat boleh jadi didasarkan pada keadaan PLN tanpa perbaikan sama sekali. Kita menyadari, pembengkakan subsidi ini hampir sepenuhnya disebabkan kenaikan harga BBM. Namun, bukankah subsidi listrik harus didasarkan pada selisih antara harga jual listrik dan biaya produksi, bukan harga BBM saja? Karena itulah, kita masih harus mempertanyakan tingkat efisiensi PLN. Kita masih sangat yakin biaya produksi PLN yang berasal dari non-BBM bisa ditekan. Kita menuntut komitmen PLN untuk berbenah karena sebagian kesalahan ada pada pihak PLN yang di masa lalu gagal mempercepat realisasi pengonversian pembangkitnya dari yang berbahan bakar minyak ke gas atau batu bara. Bagi-bagi beban Kenaikan TDL bisa dijadikan momentum untuk memecut PLN berbenah diri. Katakanlah, pemerintah membebankan sepertiga dari kekurangan dana sebesar Rp 21 triliun kepada PLN. Dengan kata lain, pemerintah mengajukan syarat, subsidi listrik akan dikucurkan Rp 17 triliun sebagaimana ditetapkan dalam APBN seandainya PLN bersedia memberikan komitmen untuk melakukan pembenahan mendasar. Jika jajaran direksi tak sanggup, sepantasnya mereka mengundurkan diri. Kita yakin masih ada sejumlah orang di dalam PLN sendiri yang mampu mewujudkan perbaikan mendasar, khususnya dalam hal percepatan penggunaan non-BBM untuk pembangkit listrik, reformasi pengadaan barang dan jasa, serta pemanfaatan kelebihan kapasitas pembangkit-pembangkit swasta. Jika jajaran direksi berhasil mencapai target, sepantasnya pula mereka memperoleh insentif. Jika perlu, aturan-aturan seperti ini dituangkan dalam kontrak sehingga tidak menimbulkan persoalan seperti kasus pembagian jasa produksi yang sampai sekarang masih menggantung di Kejaksaan Agung. Sepertiga beban berikutnya ditanggung pemerintah. Salah satu upaya untuk menghapuskan beban Rp 7 triliun bersumber dari kemampuan pemerintah menjaga stabilitas makro-ekonomi sehingga, katakanlah, nilai tukar tetap bisa dipertahankan pada tingkat sekarang sekitar Rp 9.400 per dollar AS. Artinya, Rp 300 lebih kuat dari asumsi APBN 2006. Tentu dari sini saja tak cukup. Sumber lainnya ialah menghitung kembali asumsi harga BBM yang dijual Pertamina, termasuk kepada PLN. Dasar perhitungan harga minyak internasional dalam menentukan besar subsidi tak sepenuhnya akurat karena sekitar 40 persen dari minyak yang dihasilkan oleh swasta merupakan jatah pemerintah. Selain itu juga karena ada produk sampingan dalam menghasilkan BBM yang tak diperhitungkan dalam pemberian subsidi kepada Pertamina. Dengan kata lain, ada potensi pemerintah kelebihan bayar kepada Pertamina. Penerimaan pajak Jika potensi-potensi itu belum mencapai penghematan Rp 7 triliun, sepantasnya subsidi kepada PLN ditambah. Sumber dananya bisa didapat dari peningkatan penerimaan pajak. Berdasarkan hitungan kasar, peningkatan nisbah pajak (tax ratio) sebesar satu sampai 1,5 per mil saja sudah cukup untuk menutupi kekurangan ini. Adapun sepertiga sisanya, sebesar Rp 7 triliun, barulah dibebankan kepada pengguna listrik dalam bentuk kenaikan TDL. Niscaya besarnya kenaikan yang diputuskan akan lebih bisa diterima dengan lapang dada oleh semua kalangan. Terutama karena pemerintah mengedepankan prinsip rasa keadilan. Dengan formula seperti ini, pemerintah memiliki keleluasaan untuk tidak menambah beban bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta kalangan pengusaha mikro dan pengusaha kecil. Pengusaha menengah dan besar pun masih bisa diharapkan mempertahankan daya saingnya dan terus meningkatkan produksi jika kenaikan TDL serendah mungkin. Sementara itu, PLN terpacu beroperasi dengan lebih sehat dan akan lebih mampu meningkatkan penetrasinya ke segala pelosok Tanah Air sehingga jumlah rumah tangga yang mendapat pelayanan listrik (electrification ratio) bisa bertambah cepat bergerak dari posisi sekarang sekitar 53 persen. Kelebihan lain dari formula bagi-beban seperti ini juga adalah tidak akan mengancam kesinambungan APBN (fiscal sustainability). Seandainya formula kenaikan TDL seperti digambarkan di atas terlaksana, diharapkan kontroversi yang hampir selalu menyertai setiap kebijakan pemerintah akan teredam sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kredibilitas pemerintah. Karena pertimbangan-pertimbangan di balik suatu kebijakan lebih terbuka dan rasional, bisa pula terhindarkan politisasi yang membuat suatu masalah bisa berkembang menjadi liar. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **