[nasional_list] [ppiindia] ANALISA EKONOMI Tarif Dasar Listrik

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 22 Jan 2006 23:54:25 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/23/utama/2387382.htm


 

ANALISA EKONOMI
Tarif Dasar Listrik 

Faisal Basri

Agenda berat yang harus segera diputuskan pemerintah ialah kenaikan tarif dasar 
listrik. Dalam menghadapi masalah yang berat ini kita sangat berharap 
pemerintah tak lagi berwacana.

Kesan berwacana sangat kental karena pemerintah melontarkan salah satu skenario 
besarnya, kenaikan tarif dasar listrik (TDL), yang masih bersifat sangat kasar 
dan membutuhkan pendalaman lebih lanjut.

Siapa yang tak terbelalak membaca berita bahwa kenaikan TDL untuk rumah tangga 
dengan daya 1.300-10.000 volt ampere (VA) bisa mencapai 83 persen hingga 90 
persen dan untuk beberapa jenis industri bisa lebih dari 100 persen. Mengapa 
skenario ekstrem tersebut yang mengemuka, padahal kita yakin masih banyak 
skenario lain yang telah dipersiapkan.

Cara penyampaian suatu masalah kepada publik sangat menentukan kemampuan 
pemerintah mengelola masalah tersebut dan efektivitas kebijakan yang ditawarkan 
untuk menyelesaikannya. Dalam kasus rencana kenaikan TDL kita berharap 
pemerintah tidak menyampaikan formula yang masih setengah matang. Sampaikanlah 
rencana kebijakan jika sudah hampir matang dengan kemasan utuh. Bukan seperti 
sekarang, setiap menteri bicara berbeda, lalu muncul reaksi, kemudian ditimpali 
lagi oleh menteri yang lain.

Pihak PLN mengemukakan, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), biaya 
produksinya meroket karena jumlah pembangkit listrik PLN yang menggunakan BBM 
masih cukup banyak, yakni sekitar 22 persen. Berdasarkan perhitungan PLN, jika 
TDL tidak dinaikkan, subsidi listrik akan menggelembung menjadi Rp 38 triliun. 
Besarnya subsidi itu didasarkan pada asumsi nilai tukar Rp 9.700 per dollar AS 
dan harga minyak 57 dollar AS per barrel sebagaimana menjadi acuan penghitungan 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2006.

Sementara itu, APBN 2006 hanya mengalokasikan untuk subsidi listrik sebesar Rp 
15 triliun plus Rp 2 triliun yang berasal dari pembiayaan Departemen Energi dan 
Sumber Daya Mineral dan Departemen Keuangan. Berarti masih ada kekurangan 
sebesar Rp 21 triliun.

Kekurangan inilah yang sebagian atau seluruhnya akan ditutupi dengan kenaikan 
TDL. Persoalannya, bagaimana membagi-bagi beban dengan mengedepankan rasa 
keadilan. Namun, sebelum mendistribusikan beban dengan adil, harus ada 
kejelasan terlebih dahulu atas angka-angka yang diajukan pihak PLN lewat 
Departemen ESDM.

Pertama, angka Rp 38 triliun sangat boleh jadi didasarkan pada keadaan PLN 
tanpa perbaikan sama sekali. Kita menyadari, pembengkakan subsidi ini hampir 
sepenuhnya disebabkan kenaikan harga BBM. Namun, bukankah subsidi listrik harus 
didasarkan pada selisih antara harga jual listrik dan biaya produksi, bukan 
harga BBM saja?

Karena itulah, kita masih harus mempertanyakan tingkat efisiensi PLN. Kita 
masih sangat yakin biaya produksi PLN yang berasal dari non-BBM bisa ditekan. 
Kita menuntut komitmen PLN untuk berbenah karena sebagian kesalahan ada pada 
pihak PLN yang di masa lalu gagal mempercepat realisasi pengonversian 
pembangkitnya dari yang berbahan bakar minyak ke gas atau batu bara.

Bagi-bagi beban

Kenaikan TDL bisa dijadikan momentum untuk memecut PLN berbenah diri. 
Katakanlah, pemerintah membebankan sepertiga dari kekurangan dana sebesar Rp 21 
triliun kepada PLN. Dengan kata lain, pemerintah mengajukan syarat, subsidi 
listrik akan dikucurkan Rp 17 triliun sebagaimana ditetapkan dalam APBN 
seandainya PLN bersedia memberikan komitmen untuk melakukan pembenahan 
mendasar. Jika jajaran direksi tak sanggup, sepantasnya mereka mengundurkan 
diri.

Kita yakin masih ada sejumlah orang di dalam PLN sendiri yang mampu mewujudkan 
perbaikan mendasar, khususnya dalam hal percepatan penggunaan non-BBM untuk 
pembangkit listrik, reformasi pengadaan barang dan jasa, serta pemanfaatan 
kelebihan kapasitas pembangkit-pembangkit swasta. Jika jajaran direksi berhasil 
mencapai target, sepantasnya pula mereka memperoleh insentif. Jika perlu, 
aturan-aturan seperti ini dituangkan dalam kontrak sehingga tidak menimbulkan 
persoalan seperti kasus pembagian jasa produksi yang sampai sekarang masih 
menggantung di Kejaksaan Agung.

Sepertiga beban berikutnya ditanggung pemerintah. Salah satu upaya untuk 
menghapuskan beban Rp 7 triliun bersumber dari kemampuan pemerintah menjaga 
stabilitas makro-ekonomi sehingga, katakanlah, nilai tukar tetap bisa 
dipertahankan pada tingkat sekarang sekitar Rp 9.400 per dollar AS. Artinya, Rp 
300 lebih kuat dari asumsi APBN 2006. Tentu dari sini saja tak cukup.

Sumber lainnya ialah menghitung kembali asumsi harga BBM yang dijual Pertamina, 
termasuk kepada PLN. Dasar perhitungan harga minyak internasional dalam 
menentukan besar subsidi tak sepenuhnya akurat karena sekitar 40 persen dari 
minyak yang dihasilkan oleh swasta merupakan jatah pemerintah.

Selain itu juga karena ada produk sampingan dalam menghasilkan BBM yang tak 
diperhitungkan dalam pemberian subsidi kepada Pertamina. Dengan kata lain, ada 
potensi pemerintah kelebihan bayar kepada Pertamina.

Penerimaan pajak

Jika potensi-potensi itu belum mencapai penghematan Rp 7 triliun, sepantasnya 
subsidi kepada PLN ditambah. Sumber dananya bisa didapat dari peningkatan 
penerimaan pajak. Berdasarkan hitungan kasar, peningkatan nisbah pajak (tax 
ratio) sebesar satu sampai 1,5 per mil saja sudah cukup untuk menutupi 
kekurangan ini.

Adapun sepertiga sisanya, sebesar Rp 7 triliun, barulah dibebankan kepada 
pengguna listrik dalam bentuk kenaikan TDL. Niscaya besarnya kenaikan yang 
diputuskan akan lebih bisa diterima dengan lapang dada oleh semua kalangan. 
Terutama karena pemerintah mengedepankan prinsip rasa keadilan.

Dengan formula seperti ini, pemerintah memiliki keleluasaan untuk tidak 
menambah beban bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta kalangan 
pengusaha mikro dan pengusaha kecil. Pengusaha menengah dan besar pun masih 
bisa diharapkan mempertahankan daya saingnya dan terus meningkatkan produksi 
jika kenaikan TDL serendah mungkin.

Sementara itu, PLN terpacu beroperasi dengan lebih sehat dan akan lebih mampu 
meningkatkan penetrasinya ke segala pelosok Tanah Air sehingga jumlah rumah 
tangga yang mendapat pelayanan listrik (electrification ratio) bisa bertambah 
cepat bergerak dari posisi sekarang sekitar 53 persen. Kelebihan lain dari 
formula bagi-beban seperti ini juga adalah tidak akan mengancam kesinambungan 
APBN (fiscal sustainability).

Seandainya formula kenaikan TDL seperti digambarkan di atas terlaksana, 
diharapkan kontroversi yang hampir selalu menyertai setiap kebijakan pemerintah 
akan teredam sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kredibilitas 
pemerintah. Karena pertimbangan-pertimbangan di balik suatu kebijakan lebih 
terbuka dan rasional, bisa pula terhindarkan politisasi yang membuat suatu 
masalah bisa berkembang menjadi liar.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] ANALISA EKONOMI Tarif Dasar Listrik