[kepalabatu] MENGAPA ENGGAN MENGUBAH DIRI?

  • From: Sunjaya Saputra <Ujay@xxxxxxxxxxxx>
  • To: 'pwr' <pwr-juanda16@xxxxxxxxxxx>,'kepalabatu' <kepalabatu@xxxxxxxxxxxxx>,'rockheads' <rockheads-ugm@xxxxxxxxxxx>
  • Date: Fri, 25 Jan 2002 07:01:42 +0700

AJANG CUAP2 ANAK GEOLOGI 95 UGM
oh yeah... 
FYI... bagus untuk kontemplasi diri..

MENGAPA ENGGAN MENGUBAH DIRI?
KH. Abdullah Gymnastiar/ Aa Gym

Kekuatan seseorang mengubah dirinya akan menjadi salah satu kunci kesuksesan
memburu pertolongan Allah Azza wa Jalla. Kita banyak keinginan dan dengan
begitu
lantas kitapun jadi banyak berharap dan berdoa kepada Allah. Namun sibuknya
meminta kadang-kadang membuat kita tidak sempat menilai diri sendiri.
Padahal
justru kalau kita berdoa dan berakibat kita mengubah diri, maka Allah pun
akan
memberi apa yang diminta. Ini dikarenakan doa itu adalah pengiring agar kita
bisa mengubah diri.

Jadi, kalau kita banyak berharap, banyak minta sesuatu kepada Allah dan
begitu
besarnya keinginan agar Allah mengijabah doa kita, tetapi kita sendiri tidak
pernah mau membuat diri sendiri berubah menjadi lebih baik, berarti ada yang
salah dari permintaan kita.
"Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau
sendiri
tidak mengubah dirimu dari kebiasaannya?" tanya Imam Ibnu Athoilah.

Kita berharap padi yang kita tanam dapat tumbuh subur dan bernas bulirnya
tetapi
kita sendiri tidak bergairah mencangkul, memberi pupuk dan memeliharanya
dengan
baik. Manakah mungkin keinginan itu dapat tercapai? Kita berdoa kepada Allah
karena ingin dimudahkan dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Tetapi,
kita tidak meningkatkan kegigihan belajar, enggan memperluas wawasan, malas
berkonsultasi, tidak mau menggali informasi sebanyak-banyaknya; pendek kata
tidak mau bersungguh-sungguh, ini berarti doa yang kita panjatkan tak lebih
dari
doa hampa belaka.

Betapa tidak? Sebetulnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika
kita
sanggup mengubah diri dengan doa tersebut. Allah sekali-kali tidak akan
mengubah
nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri demikian sabda
Rasul
SAW. Umar bin Khattab sendiri pernah mengusir seseorang dari masjid lantaran
beberapa kali dijumpai sedang sibuk berdoa tanpa kelihatan keluar untuk
berikhtiar.

Pernah suatu ketika ada seorang istri yang begitu mendambakan memiliki
anak-anak
yang shalih dan suami yang lebih bertanggung jawab, dapat menjadi teladan
yang
baik bagi keluarga serta taat dalam beribadah. Ia telah banyak memanjatkan
doa
kepada Allah. Tak jarang pula mendatangi ulama untuk meminta nasihat dan
didoakan.

Akan tetapi, wanita tersebut ibadahnya tidak pernah ditingkatkan. Shalatnya
masih biasa-biasa saja. Dinasihatkan agar mulai belajar mengenakan busana
muslimah kalau memang ingin semakin dekat kepada Allah, sehingga doanya
membuahkan ijabah. Mudah-mudahan dengan demikian Allah melihat ia lebih
sungguh-sungguh lagi dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Lihat pula kedalam
diri
sendiri, selidikilah apa saja yang kurang dari kebiasaan ibadah selama ini.
Tidak cukup hanya dengan doa saja. Namun, bila semua ikhtiar mengubah diri
tersebut enggan dilakukan, bagaimana mungkin segala sesuatu yang diharapkan
itu
bisa kesampaian?

Kita harus mulai berani mengubah kebiasaan yang kurang baik, sejauh yang
sanggup
kita ubah. Bila kita selama ini terbiasa merokok cobalah mulai dikurangi.
Daripada uang dibelikan rokok lebih baik disedekahkan karena bersedekah itu
jelas-jelas merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai pahala yang amat
tinggi, sedangkan "membakar" uang melalui rokok, adalah perbuatan mubadzir
yang
mengundang bala.

Malam hari yang biasanya tidur pulas, kali ini bangunlah untuk tahajud.
Siang
hari, yang biasanya segala makanan disantap, cobalah kali ini belajar
menahan
diri dengan melaksanakan shaum sunnah. Selama ini sudah terbiasa tidak bisa
menahan lisan, gemar berbicara banyak, berkomentar tentang hal-hal yang
tidak
perlu dan menahan diri. Bukankah Rasulullah SAW sendiri pernah
menegaskan,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah
ia
mengucapkan kata-kata yang baik atau hendaklah ia diam" (HR.Bukhari Muslim)

Kita banyak didera oleh berbagai persoalan hidup, lantas sangat berharap
segera
terbebas dan beroleh kenyamanan dan kebahagiaan, tetapi selama hidup tidak
pernah masuk ke mesjid. Bukankah kesanggupan pergi ke mesjid untuk bersujud
kehadapan-Nya itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada kita? Tidak ada
yang bisa datang kerumah Allah, kecuali orang yang diundang oleh-Nya.

Demikian juga ketika hendak makan, hendaknya terlebih dahulu curigai makanan
dihadapan ktia. Halal, haram atau syubhatkah? lalu tengok pakaian yang
sedang
kita kenakan, adakah memang milik sendiri, tidakkah dibeli dengan uang
haram?
Mulut mungkin selama ini terlalu banyak dipergunakan untuk menyakiti
perasaan
orang lain. Mulailah direm sekarang juga.

Pendek kata semakin banyak permintaan yang kita panjatkan kepada Allah,
semakin
kita harus pandai-pandai mencermati diri, apalagi yang harus kita ubah dari
diri
kita. Insya Allah semua ini akan membuat lebih cepat diijabahnya suatu doa.

Berdoa adalah suatu amalan yang baik, tetapi perubahan suatu amalan yang
tidak
baik menjadi baik itu juga harus lebih bagus lagi dari yang sudah-sudah.
Kalau
kita rajin berdoa tetapi selama ini tidak ada perubahan akhlak, mutu ibadah
ataupun pengendalian diri, maka tidak usah menyalahkan siapa-siapa kalau doa
kita sepertinya hampa dan tak terkabulkan.

Padahal mustahil Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba. Begitu banyak
ayat
Al Qur'an dan hadist yang menegaskan jaminan Allah ini,
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya
Aku
dekat. Aku menjawab doa seseorang yang berdoa manakala ia berdoa" (QS.Al
Baqarah:186)
Rasulullah SAW bersabda:
: Sesungguhnya Allah itu hidup lagi Maha Mulia dan Maha Pemurah. Dia malu
apabila seseorang menengadahkan kedua tanggannya, untuk menolaknya dalam
keadaan
hampa dan sia-sia (HR. Timidzi)

Dengan demikian, lebih memikirkan upaya untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan
kurang baik, ternyata faktor yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin
doanya lebih cepat diijabah. Betapa tidak? Karena pada umumnya orang itu
suka
lebih sibuk dan merasa pusing dengan apa yang diinginkannya ketimbang
mengubah
dirinya sendiri.

Bahkan tidak usah heran kalau suatu saat kita berharap mampu berubah, lalu
Allah
menolong kita dengan menyampaikan aib dan kekurangan kita tentu saja
syariatnya
lewat manusia misalnya lewat cercaan langsung, lewat surat dan sebagainya.
Bagi
orang yang doanya ingin diijabah, ia akan melihat kritik, pencelaan, atau
cercaan orang lain itu sebagai bagian dari karunia Allah, sehingga ia lebih
mudah mengubah diri daripada sibuk-sibuk membela diri.

Tidak demikian halnya bagi orang yang tidak mau berubah. Ketika mendapatkan
sesuatu yang tidak enak, mendengar kritik atau hinaan orang, maka ia akan
lebih
sibuk membela diri daripada segera berintropeksi untuk mengubah diri. Bahkan
ia
akan serta untuk menutup-nutupi, bukannya memperbaiki.

Nah kalau kita lebih suka berdalih daripada mengubah diri, kita tidak usah
terlalu banyak berharap. Terhalang doa kita nantinya justru oleh kelakukan
kita
sendiri.

Dalam berdoa itu sebenarnya yang penting bukan diijabahnya karena hal itu
toh
sudah menjadi janji dan jaminan Allah. Tetapi bagaimana agar dengan doa kita
bisa membuat mutu diri semakin tinggi dan semakin dekat dengan Allah, inilah
justru faktor yang harus kita tekankan. Bukankah sejak bayi, bahkan sejak
masih
dikandungan ibu, kita banyak dicukupi oleh Allah, padahal kita tidak
terus-menerus berdoa?

Permintaan dan keinginan kita yang tidak terucap atau belum terpikir, justru
diberikanNya kepada kita. Kita tidak berdoa minta makan, namun toh hingga
kini
kita terus bisa makan. Kita tidak pernah berdoa minta baju, namun toh sampai
saat ini kita tetap mampu mengenakan baju. Berapa puluh tahun kita hidup
tanpa
doa, tetapi segala kebutuhan kita dapat tercukupi. Hanya saja semua itu
tidak
memiliki arti karena kita enggan mendekat dan akrab dengan Allah.

Sekarang kita tahu ilmunya, sehingga setiap memiliki keinginan tertentu kita
lantas berdoa. Ada sedikit musibah, segera berdoa. Diuji dengan ketakutan,
serta
merta berdoa. Padahal yang lebih penting justru dengan doa sebetulnya
diharapkan
semakin baik pribadi kita, akhlak pin semakin bermutu, cemerlang dan kian
dekat
kepada Allah. Inilah sesungguhnya yang lebih besar nilainya daripada sekedar
pemberian-pemberian dari Allah yang sebetulnya diberikan diberikan juga
kepada
kita ketika berdoa.

Jadi ternyata ada nilai yang lebih tinggi dari sebuah doa. Bukan sekedar
ijabahnya saja, karena hal itu sudah tidak perlu kita ragukan. Allah kalau
sudah
berjanji, mustahil tidak Dia tepati. Melainkan nilai yang lebih tinggi
daripada
itu, sekali lagi adalah perubahan diri kita-yang disebabkan oleh permintaan
kita
kepada Allah-menjadi lebih baik, lebih bermutu dan lebih cemerlang daripada
yang
sudah-sudah.
Wallahu A'lam
**************************************


Best Regards
Ujay



Other related posts:

  • » [kepalabatu] MENGAPA ENGGAN MENGUBAH DIRI?